10. TIDAK ADA YANG BERUBAH JIKA HATIMU MASIH DI TEMPAT YANG SAMA

5.1K 463 27
                                    

Siang, Dears! ^^

Berhubung Hara tidak bisa update malam, jadi Hara update Aira sekarang. Semoga menghibur jelang malam minggu kalian.

Jangan lupa vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita, ya...

Happy reading!


***


"Aira?" Suara itu menyapa, tetapi lebih untuk meyakinkan pengelihatannya.

Semangat Aira yang tadinya menggebu, kini telah lesap. Namun, dia tak ingin air matanya rebas. Sebisa mungkin dia mengendalikan diri agar kehadiran pria di depannya tak lagi mengecilkan hati.

Alih-alih menjawab sapaan Evan dan menanyakan kenapa pria itu bisa di rumah Kakaknya sepagi ini, Aira memilih menyakan hal lain dengan nada tak ramah. "Kak Dania ada?"

Evan terkesiap. Sejak tadi, netranya tak pernah lepas dari Aira. Memang, semalam Haikal tak sengaja mengabarkan kepulangan Aira. Kendati demikian, dia tak pernah menyangka bahwa akan ada kesempatan tak terduga bertemu dengan gadis itu. Terlebih selama ini keluarga Aira seolah-olah mengaburkan semua kabar tentang mantan pacarnya itu. Bahkan Haikal sendiri enggan untuk mengangkat topik tentang Aira setelah gadis itu memutuskan pergi jauh.

Evan berdeham dan membuka pintu lebar-lebar. Dia mundur beberapa langkah saat berkata, "Ada di dalam sedang memandikan Hamas."

Tanpa permisi, Aira langsung masuk dan melewati Evan seakan-akan pria itu tak pernah ada. Wajahnya kembali semringah saat mendapati Dania menggendong Hamas yang tengah berbalut handuk sehingga hanya menyembulkan wajahnya yang lucu.

"Loh, Aira?" Dania menyapa dengan sedikit was-was. Dia melirik Evan yang masih berdiri di ambang pintu. Sepupu suaminya itu terus menambatkan pandang pada Aira yang kini telah mengambil alih Hamas dan berceloteh seru meskipun hanya ditanggapi senyum geli bocah itu.

Haikal keluar dari kamar saat mendengar kehebohan yang Aira buat. Dia menatap bingung keberadaan Aira sepagi ini di rumahnya. Pandangannya kemudian beralih pada Evan, menelisik lebih jauh pertemuan dua insan yang sudah seperti magnet berbeda kutub itu, saling menjauh.

"Kak, ini Hamas aku yang pakaikan baju, ya? Tolong diambil dong perlengkapannya. Aku mau pakaikan di kamarku saja. Kamarku masih sama kan, Kak?" tanya Aira.

Dania sontak menggeragap. Dia tak siap dengan pertanyaan spontan Aira. Jujur, dia tidak tahu harus menjawab apa lantaran dia sendiri juga tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Semua yang terjadi pagi ini sungguh mengejutkan dan berada di luar perkiraannya.

Bibir Dania hanya membuka beberapa detik, lalu mengatup kembali seiring tatapannya yang mengarah pada sang suami. Namun, Haikal pun melakukan hal yang sama. Sinar kebingungan jelas tercetak di netra sepasang suami istri itu.

"Aku akan bereskan barangku dulu," sambar Evan, mengambil alih keheningan yang tercipta. Tanpa menunggu jawaban sang tuan rumah, dia lekas menapaki anak tangga menuju lantai dua dan masuk ke satu-satunya kamar yang ada di sana.

Semua gerak-gerik Evan tak lepas dari pengelihatan Aira. Keningnya berkerut seiring ekor matanya yang memicing pada Dania. Dia butuh jawaban segera. Terlebih tentang lancangnya seorang Evan menjarah kamar lamanya dengan leluasa.

Selang sepuluh menit, Evan turun sembari menjinjing tas kerja dan sebuah ransel menggantung di pundaknya. Haikal segera menghampiri Evan dan bertanya, "Sudah mau balik?"

Evan mengangguk. "Aku harus jemput Caca. Dia pasti cari aku semalam."

"Aku antar ke depan," ujar Haikal mengerti.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang