03. SEKALI SENTUH,MATI!

777 223 73
                                    

"Makasih sayang udah nganter aku ke vila ini." Ucap Yuna dan tak lupa mengecup pipi Bayu.

"Jaga diri baik-baik!" setelah Bayu mengucap beberapa kata, Yuna masuk kedalam Vila tersebut.

Vila yang mewah dan banyak barang berharga membuat Yuna sangat kagum dan kesenangan. Kini Yuna berada di kamarnya yang telah ia pilih kamar yang mewah,luas dan ada beberapa foto Bayu Abimayu Fernandez.

"Memanfaatkan Bayu Abimayu Fernandez memang sangat enak, kekayaan yang bisa ku miliki ini enak sekali." Gumam Yuna senang.

"Begitu enak ya? Tapi lebih enak jika pisau ini menyayat semua tubuh."

Yuna tersentak kaget mendengar suara itu. Suara yang berasal di balik tirai entah naik dari mana dia tapi ini lantai 3 bagaimana bisa ia masuk kemari.

"Siapa kamu?" tanya Yuna yang begitu kaget.

"Tante pengen tahu? Kemari deh."

Yuna gemetaran saat melihat sebuah pisau yang di keluarkan dari saku dan di pegang oleh orang tersebut sehingga Yuna tak sadar ia sekarang berada di sudut tembok.

"Bandel ya."

Yuna semakin takut, dan melihat laki-laki itu yang mendekatinya sambil memegang pisau tersebut dan langsung menusuk dinding dengan pisaunya itu.

Yuna sentak kaget dan ingin bereriak namun ia mulai meneteskan air mata dan ketakutan setengah mati.
Pisau yang tertusuk di dinding kini menggores lengan Yuna secara perlahan dan menyebabkan darah segar mengalir.

"Kumohon jangan sakiti aku,aku nggak salah apa-apa." Yuna bermohon dengan kesakitan dan gemetaran.

"Memohon dengan mulut? Mulut ini kan yang berbicara itu." pisau yang berada di lengan kini menggores mulut Yuna dan membuat Yuna sedikit berteriak kesakitan dan terhunyur kelantai akibat kondisinya yang melemah.

Yuna gemetar setengah mati saat kakinya di elus dan di remas.

"Kaki? Kaki yang menginjak tangan halus mungilnya dan mata yang mengeluarkan air mata palsu cih."

Darah segar terus mengalir bagaikan aliran sungai, pisau yang menusuk kaki kini berpindah ke mata. Yuna berteriak histeris karena kedua matanya di tusuk dengan pisau itu.
Tusukan pisau itu di tusukkan berkali-kali dan membuat darah keluar seperti pancuran. Bukan hanya itu, pisau itu bahkan menembis fital saraf otaknya dan membuat Yuna kehilangan kesadaran atau bisa di bilang mati.

"Sekali sentuh, mati!"

Dan...

"Tadi tante nanya gue siapa kan, kenalin Marchell Gideon Pradipta."

***
.
.
.

"Belum tidur?" tersentak kaget mendengar suaranya yang tak asing.

"Marchell, udah jam setengah satu kok Marchell disini." Ucap Sherly sedikit khawatir.

"Ngapain lo khawatirin gue, seharusnya kebalik." Marchell yang turun dari jendela berjalan perlahan menuju ke arah Sherly yang berada di atas kasurnya.

"Nangis?" tanya Marchell.

Sherly hanya diam dan setetes air matanya juga ikut jatuh.

"Udah nggak usah nangis gue tau semua kok." Sherly kaget dan menatap Marchell.

Marchell selalu saja tau setiap permasalahan Sherly dan membuat ia melampiaskan dengan menangis sekuat mungkin di hadapan Marchell.

Psycopath Everything For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang