"Gimana sekolahnya?" tanya Marchell yang kini berada di hadapan meja makan.
"Nggak gimana-gimana kok." jawab Sherly enteng. Padahal ia hampir mampus dengan pelajaran fisika tadi pagi selama 3 jam.
"Oh ya Lyly, ini tante buatin makanan kesukaan kamu dan ini buat Santiana ya sayang." Diva memberikan beberapa bekal dan sudah lengkap berada di dalam tas kecil.
"Eh tante nggak usah repot-repot, Lyly bisa masak sendiri kok di rumah." tolak Sherly kepada Diva karena selalu saja membuat Diva repot.
"Repot? Tante nggak suka ya Lyly bilang gitu. Kamu itu udah tante anggep anak sendiri toh kamu sedari kecil minta buat tante masakin buat kamu jadi jangan pernah bilang repot." omel Diva kepada Sherly.
"Eh eh iya iya tante, Lyly nggak bakal gitu lagi kok ini bekalnya Lyly ambil." Lyly spontan bergerak dan mengambil bekal itu dan duduk terdiam. Mendengar omelan atau penjelasan dari Diva sangat capek dan bikin telinga sakit jadi Sherly diam dan ikut perintahnya.
"Lyly pintar." puji Diva dan mengelus kepala Sherly dengan lembut.
"Pintar disini tapi pelajaran goblok." ucap Marchell dan membuat Diva melotot tajam ke arahnya, Marchell berdiam dan tidak berkutik.
"Maaf." sekali lagi Marchell bersuara dan agak berdehem, Diva pun tersenyum."Yaudah tan, Lyly mau pulang dulu ya." Sherly berdiri dan menyalimi tangan Diva.
Keluarnya Sherly dari kediaman Pradipta diikuti oleh Marchell. Ia berniat mengantarkan Sherly hanya sampai depan rumahnya saja sesudah itu balik ke rumah masing-masing.
Sherly masuk ke dalam rumahnya dan yang selalu ia dapati hanyalah hening di kediaman ini.
Selepas Sherly berganti pakaian,ia pun menyiapkan makanan yang diberikan Diva untuk menyajikannya kepada ibunya yaitu Santiana.Tokk...tokk
"Mahh! Mamah makan dulu ya ini tante Diva buatin makanan kesukaan mamah," ucap Sherly dari balik pintu.
Tak ada jawaban-
"Mamahh aku masuk ya." Sherly membuka pintu tersebut dan mendapati seorang wanita sambil memeluk boneka kelinci kecil yang sedang duduk di dekat jendela.
"KELUARR!!" teriak Santiana saat melihat Sherly.
"Mamah makan dulu ya, habis mamah makan aku keluar kok." ucap Sherly sambil tersenyum.
Santiana terdiam dan ini kesempatan Sherly untuk mendekati ibunya. Sherly duduk di sebelah Santiana dan bersiap menyuapi namun tangan Santiana menolak hampir saja sendok yang berada di tangan Sherly jatuh tapi untungnya tidak.
"Mamah makan ya." pinta Sherly.
Sherly mencoba untuk menyuapinya sekali lagi dan kali ini Santiana membuka mulutnya dan menerima suapan tersebut. Sherly tersenyum karena melihat ibunya yang menurutinya.
"Buat apa kamu nyuapain wanita gila itu?" Sherly sontak kaget dan memalingkan wajahnya mengikuti arah suara tadi.
"Papah?" Bayu Abimayu Fernandez berdiri di depan pintu dan berjalan mendekati Sherly dan Santiana.
Santiana yang melihat Bayu yang datang sangat tidak suka sedangkan Sherly yang menatap Santiana yang begitu tidak senang melihat kehadiran Bayu di rumah ini segera ia menarik tangan Bayu keluar dan sampai di ruang tengah.
"Papah ngapain lagi kesini?" tanya Sherly.
"Balik ke rumah emang nggak boleh?" tanya balik Bayu.
"Balik? Sejak kapan papah ingat pulang? Udah bosen sama wanita pelakor itu ya dan mau balik kesini." ujar Sherly agak menekan.
"Tutup mulutmu Yuna sudah meninggal." ucap Bayu.
"Bagus dong kalo dia meninggal papah bisa cari wanita lain, terus datang pamerin ke sini, terus di bawah ke Villa,tidur bareng bahkan lupa sama istri dan anaknya disini."
Plakk..
Sherly memegang pipi kanannya yang habis di tampar oleh Bayu Abimayu Fernandez.
"Jaga mulut kamu! Karena di didik oleh wanita itu kamu jadi kurang ajar ya." ucap Bayu.
Sherly menundukkan kepalanya dan terdiam sebentar ia pun meremas tangannya sendiri. Bayu sadar akan itu dan berbalik badan.
"Papah cuman ngecek kondisi rumah ini masih bagus apa nggak,soalnya lusa bakal papah jual ke temen bisnis papah." ujar Bayu sontak membuat Sherly mengangkat kepalanya dan mengejar Bayu.
"Pah! Ini rumah aku pah, papah nggak bisa gitu dong pah. Kalo di jual aku sama mamah tinggap dimana?" ucap Sherly dan menahan lengan Bayu.
"Kamu ikut papah! Wanita itu terserah tinggal dimana." jawab Bayu.
"Enggak! Pokoknya rumah ini nggak boleh di jual! Aku dan mamah nggak akan pergi dari rumah ini." Sherly bersikeras dan menolak apa yang dikatakan Bayu.
"Terserah besok anak buah papah bakal kesini dan membereskan semuanya." Bayu pergi begitu saja dari rumah itu dan meninggalkan Sherly yang masih tertekan dengan ucapan Bayu.
Apa rumah ini benar-benar akan di jual? Sherly bingung harus memikirkan apa. Lekas Sherly kembali ke kamar Santiana dan mendapati Santiana menangis di sudut lemari sambil memegang boneka kelincinya itu.
"Mamah kenapa?" tanya Sherly.
"Sherly, Sherly mamah nggak mau rumah ini di jual." Sherly? Sungguh, Sherly sangat kaget dengan ucapan Santiana dengan memanggil namanya.
"Mamah manggil aku?" tanya Sherly senang dan tersenyum.
"Pokoknya rumah ini nggak boleh di jual, pokoknya nggak boleh." senyuman Sherly seketika pudar dan melihat kondisi Santiana yang kini buruk.
Sherly sangat ingin ibunya ini kembali seperti dulu tapi apa yang harus ia lakukan? Sherly tak ingin membawa Santiana ke Rumah Sakit Jiwa, karena Sherly tau bahwa Santiana tidak gila dia hanya depresi saja.
Dan kini masalah lain pun datang, lusa rumah ini akan di jual apa yang harus Sherly lakukan? Apakah ia akan diam saja? Atau melakukan sesuatu? Sungguh Sherly sangat bingung.
.
.
Budayakan hargai kerja keras Author yang nulis dengan memberikan vote/komen:)
.
.~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath Everything For Me
Misterio / SuspensoPerasaan yang di simpan sejak kecil hingga sekarang masih terus terpendam. Banyak menyimpan misteri. Dimana setiap lelaki yang mendekati atau menyatakan perasaan kepada Sherly Anatasya hilang begitu saja atau bisa di bilang tewas. misteri apa yang...