Mask from their face

268 18 0
                                    


Hosh

Hosh..

Hosh....

Kulihat langit langit  putih. Bau antiseptik yang kukenal mengetuai di hidungku.

Dan

Dari semua orang yang ku kenal, kenapa dia yang disampingku ?

Kenapa raut wajahnya penuh dengan kekhawatiran?. bukan seperti dirinya saja.

"Shiho! Syukurlah kau sudah sadar!! Sebentar aku perlu memanggil dokter".

.
.
.

Author POV

'jadi ,aku Koma 2 Minggu, tapi tubuhku tidak mengecil kembali? Sepertinya Antidote ku berhasil. Entahlah aku harus senang atau sedih. Tapi yang jelas, Kenapa Akai yang berada di sampingku saat pertama kali membuka mata?'batin Shiho.

"Dokter bilang kamu baru boleh pulang setelah badanmu telah stabil kembali. Dan sepertinya itu membutuhkan waktu yang lama, mengingat lukamu yang begitu parah." Jelas Akai, karena sepertinya Shiho butuh penjelasan.

"Ya" gumam Shiho dengan suara yang parau.

"Tenang saja, profesor akan segera kemari."

Alis Shiho sedikit terangkat, kenapa dia tau siapa yang perempuan itu butuhkan disaat seperti ini?

Meskipun mereka telah kenal satu sama lain, tapi rasanya asing jika bertemu sebagai diri mereka sendiri. Sebagai Akai dan Shiho, bukan Subaru dan Ai, bukan pula rye dan Sherry.

Dan dalam diri mereka ingin rasanya meluruskan urusan yang telah terabaikan.

"Ya, terimakasih. Ngomong - ngomong apa Akai dan selalu datang kemari?"

"Y-

BRAKkkk

"Shihoooo!!!"

Pria tua dengan perut gendut tiba - tiba datang memeluk Shiho dengan erat.

"Ha? Hakase???." Shiho kaget, lalu dia melihat wajah ayah angkatnya yang menangis tersedu-sedu.

"Aku tau kau pasti akan bangun, Shiho! Aku tau kau perempuan yang kuat." Peluk profesor lebih erat.

"Terimakasih profesor. Karena telah percaya padaku" senyum Shiho di bahu ayahnya.

Senyum yang tulus berubah menjadi sendu saat, melihat Shinichi dan Ran masuk.

Shinichi membuka suara.

"Shiho.. aku berhutang Budi padamu. Jika saja.."

Pria bertopi rajut itu mengepal tanganya kuat - kuat. Diam - diam dia menyalahkan dirinya sendiri, walaupun itu sia - sia.

"Sudahlah lupakan, yang penting kita semua selamatkan. Luka ini bukan salahmu. Lagi pula, itu gerak refleksmu untuk melindungi seseorang yang berharga bagimu bukan?"jelas Shiho melirik ke arah Ran, berusaha untuk tidak menyalahi Shinichi.

Kuku jari Akai memutih.

Selalu saja Shiho yang mengalah untuk detektif itu.

Flashback.

"Memangnya aku yang memilih takdir ini!!!!"

"Kalau saja kau tidak membuat obat terkutuk itu! Aku juga tak akan terkurung sebagai anak kecil bersama mu!!! Seharusnya aku bersenang senang dengan masa SMA ku bersama Ran dan Lainya!!! "Teriak Conan,

Mata Ai membelakak.

'akhirnya kata kata yang kutakuti keluar juga'batin shiho

"Maaf, lagi pula kau tak perlu mengucapkan kata-kata itu, aku pun sedang mencari obatnya dan memang butuh banyak waktu. Apalagi datanya tidak ada. Aku benar-benar minta maaf"

Ai menunduk sedalam dalamnya, menahan sakit di hatinya.

"A..aku juga, tak memilih takdir ku seperti ini. Kudo, tak memilih untuk menjadi penerus pembuat obat terkutuk itu, tak memilih untuk hidup dalam organisasi itu, tak memilih untuk hidup sebagai satu - satunya keluarga Miyano, tak memilih hidup  yang menyakitkan pula, ini semua salah siapa? Takdir? Memangnya kita bisa? Aku mohon pikirkan dengan jernih ucapanmu, harusnya otak jenius mu itu paham, soal membandingkan kehidupan siapa yang paling terpuruk." Jelas Shiho menahan emosinya.

"Hufhh, kau benar. "

"Sebenarnya aku hanya takut ran pergi, dan aku tinggal sendiri. Huftt, maafkan aku Shiho. Aku memang terlalu egois."

Conan memeluk Haibara.

'disini kan juga ada aku' batin Haibara dipelukan Conan.

Flashback off




Biochemist and FBI Agent.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang