Chp2

9 2 0
                                    

Seberapa keras kita meraihnya kalau bukan jodoh tidak akan tergenggam. Dan juga sebaliknya, seberapa keras kita mengacuhkan nya, kalau memang jodoh dia akan tetap bertahan.

---


Athira POV

Kemarin Abi bilang kalau anak kiyai Abdullah akan tinggal disini beberapa bulan kedepan. Dan lagi, Abi bilang dia teman kecilku. Aku benar benar lupa siapa itu Faizan. Ah lebih baik aku sudahi ini, memikirkan lelaki yang bukan mahram jelas dosa.

Eh tapi, jika anak kiyai Abdullah tinggal di sini, dimana dia akan tidur?apa di dhalem atau di asrama santri? Sepertinya tidak mungkin kalau di asrama santri.

"Mba, Abi pamit pergi dulu yo. Mau ngisi tausyiah di kampung sebelah" Abi terlihat sangat rapi dan wangi. Aku langsung tersadar dari lamunanku yang tak berguna ini. Langsung saja aku menyalimi punggung tangan Abi lalu mengangguk pelan.

"Inggih Abi. Hati hati yo bi"

"Iyo.abi pamit dulu, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" aku melihat punggung Abi yang lama lama menghilang. Setelah benar benar menghilang aku memutuskan untuk ke kamar mengambil kitab mutamimah dan pergi ke wilayah asrama santriwati untuk mengajar.

---

Allah memberi cuaca yang sangat bagus hari ini, walaupun sedikit panas tapi tidak masalah karna kita harus menerima dan mensyukuri setiap pemberian-Nya.

Sebenarnya aku sudah kembali dari mengajar sejak jam 2 siang tadi. Aku kembali ke dhalem yang ternyata sepi. Samar samar aku mendengar suara seseorang yang memberi salam. Baru saja hendak melepas niqab, saat mendengar suara itu aku urungkan dan langsung menuju pintu masuk.

Aku membuka pintu secara perlahan sambil menjawab salam yang sangat aku kenali siapa pemilik suara itu.

"Wa'alaikumussalam inggih sebentar dek mba nya buka pintu dulu" jawabku sambil fokus membuka pintu. Saat aku membuka nya, aku mendapati 2 orang beda usia yang sedang berdiri di dekat teras rumah. Itu kedua adikku, Akifa dan Abil. Abil adalah adik laki laki ku satu satunya, dia berumur 17 tahun sekarang. Nama panjang nya Abil Shidqi Arsalaan yang berarti Laki-laki berparas tampan dan gagah berani yang selalu berkata jujur.

Tapi sebentar, mereka sedang berbicara dengan siapa? Aku tidak melihat sosok lain di dekat mereka. Apa orang itu duduk di bangku depan?

Karna penasaran aku langsung keluar rumah, dan sekarang aku sedang berada di teras rumah sambil memperhatikan lelaki asing di depan adikku. Tunggu, Astagfirullah kenapa aku sangat serius saat menatapnya? Itu zinah mata namanya. Dan Alhamdulillah nya aku memakai niqab sekarang.

"Ono opo dek?" Tanya ku pada kedua adikku yang sekarang berada tepat di depanku.

"Eh mba Athira" sapa adikku yang paling kecil.

"Mba Iki sopo? Teman mba kah? Atau tunangan mba?" Sambung Akifa.

Aku langsung membulatkan mata, kaget akan pertanyaan yang baru saja di lontarkan Akifa. Aku menggeleng kecil lalu menatap abil yang sedang mengulum senyumnya.

"Bil, ada apa?" Tanya ku berusaha mengacuhkan pertanyaan konyol akifa.

"Akifa lupa bawa kitab mutamimah nya mba" aku hanya mengangguk tanda paham. Selang beberapa detik Akifa meminta izin untuk mengambil kitabnya.

"Mas Faizan baru sampe?" Tanya Abil pada pria di depannya.

"Iyo bil, baru aja sampe" jawabnya sambil tersenyum. Tunggu, tadi Abil memanggil dia siapa?Mas Faizan? Jadi, dia yang Abi ku bilang? Tapi aku tidak mengenalinya.

Bertemu kembali karna takdir AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang