"Demi Tuhan! Ibu, aku sudah muak diperlakukan seperti anak kecil. Umurku sudah 18 tahun! Aku bisa melakukan apapun yang aku mau!"
Nanon marah hingga meninggikan suaranya pada sang ibu. Perkara kecil baru saja terjadi antara ibu dan anak di kediaman keluarga Kirdpan.
Emosi Nanon sedikit tidak stabil akibat lelahnya menahan diri untuk waktu yang lama. Ibunya selalu melarangnya untuk ini dan itu, mengekang dirinya seperti balita yang belum tahu apa saja mengenai dunia luar.
"Nanon! Ini semua demi kebaikanmu, sayangー"
"Ah persetan dengan itu semua! Aku muak!" sela Nanon, selepas itu ia berlari menuju kamarnya yang berada di lantai tiga, menguncinya dan mengabaikan teriakan ibunya yang memanggil namanya berulang kali.
Kamarnya terlihat gelap, saklar lampu belum ia tekan. Pikirannya marah karena kondisi gelap yang membatasi pengelihatannya, tapi tubuhnya lelah dan terasa malas.
Tubuhnya berbaring terlentang diatas kasur dengan lengan kanan menutupi kedua matanya.
Sunyi rasanya.
Setelah ibu berhenti memanggilnya hanya terdengar samar-samar suara mesin mobil di jalan raya tak jauh dari rumahnya.
Untuk beberapa saat ia terdiam dengan posisinya sembari berkutat dengan pikiran kacau yang perlu ia benahi.
tuk
tuk
Bunyi gemerutuk terdengar.
Nanon mengabaikannya berpikir bahwa hanya beberapa tetesan hujan yang siap membasahi bumi.
Kini bunyi gemerincing lonceng terdengar, begitu samar namun terasa menggelikan pada indera pendengaran Nanon seperti bunyi nyamuk disekitar telinganya.
Tangan kirinya yang bebas berkibas mengusir bunyi itu. "Enyahlah nyamuuk!" kesal tetapi ia masih setia dengan posisinya.
"Kau baik, Tinker?"
Nanon mengernyit dibalik lengannya, ia mendengar seseorang berbisik. 'Tinker? Apa aku punya tetangga bernama Tinker?' batinnya bertanya-tanya.
"Apa dia tertidur ya? hehe, jangan marah padanyaーHUAAA!"
Nanon sontak ikut berteriak dan secara spontan menggulirkan tubuhnya hingga jatuh dari tempat tidurnya.
Siapa yang tidak terkejut? Saat ia mendengar suara berbisik itu lagi, ia berinisiatif untuk mencari asal suara itu, namun alangkah terkejutnya ia mendapati lelaki melayang diatas tubuhnya.
"S-siapa kau!" suaranya meninggi hingga tanpa sadar ia membentak bukannya bertanya.
Lelaki itu masih melayang seakan-akan tubuhnya itu sangat ringan jika dibandingkan dengan sehelai bulu angsa.
Bunyi gemerincing lonceng kembali terdengar, kini Nanon tahu suara itu berasal dari cahaya kekuningan seperti kunang-kunang yang terbang kearahnya.
"Hai!"
Nanon memicingkan matanya saat cahaya kekuningan itu meredup dan memperlihatkan wujud mungil yang sangat cantik dibaliknya. "H-hai." jawab Nanon ragu.
Layaknya peri dalam cerita dongeng, wujud mungil didekatnya ini memiliki sayap transparan yang terlihat berkelip dan gaun pink mungilnya seperti Mariposa. Sangat cantik hingga Nanon terkagum-kagum untuk sesaat.
"Hai, aku Ohm."
oh benar, Nanon hampir lupa dengan lelaki didepannya. Tubuh Nanon kembali beringsut mundur hingga membentur dinding kamarnya. "B-bagaimana bisa kau masuk ke kamarku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Pan ( Ohm x Nanon ) ✔
FantasySeorang lelaki dan sebuah cahaya tiba-tiba saja muncul dihadapan Nanon. Keduanya mengajak Nanon pada suatu tempat, tempat yang hanya Nanon dengar dari cerita pengantar tidur malamnya dari sang ibu.