Aura memeluk kedua kakinya dengan badan yang di pukul gagang sapu oleh papa nya.Tubuh nya tidak sanggup untuk melawan,dirinya hanya diam menerima pukulan demi pukulan yang di layangkan oleh papa nya.
"Kamu sama mama kamu engga berbeda jauh,sama'sama pembawa sial di hidup saya"kata-kata itu sangat menyayat hati Aura.
Aura mendangakan pandangan nya.
"Apa pernah Ara minta buat dilahirin di dunia ini?"ucap nya dingin.Satu tamparan berhasil mendarat di pipi.Membuat sudut bibir Aura berdarah.
Papa nya pergi begitu saja meninggalkan tubuh Aura yang sudah lebam akibat pukulan dari gagang sapu.
Aura pergi ke-rumah Sakti.Berniat untuk membersihkan luka dan menenangkan diri disana.Mata nya terasa memanas ketika mengingat kata demi kata yang di lontarkan oleh papa nya.
"Asslammualaikum"Aura mengetuk pintu rumah Sakti.
"Waalaikumsallam"jawab seseorang dengan pintu yang sedang di buka.Laras muncul bersamaan dengan pintu yang terbuka.
Laras adalah adik satu-satunya Sakti yang berumur sepuluh tahun.
"Eh kak Ara,masuk kak"Laras mempersilakan Aura untuk masuk kedalam.
Tak lama kemudian Sakti muncul sambil menuruni anak tangga.
"Laras kamu masuk ke-kamar gih.Belajar."
"Iya bang,aku tinggal ya kak"Laras tidak mau mengomentari luka-luka yang berada di badan Aura.Ia tidak ingin mencari masalah dengan Sakti.Abang nya.
"Udah?"Sakti memasukkan satu tangan kedalam saku celana.
"Apanya?"
"Udah selesai dia ngebuat lo kayak samsak tinju gini?"
Aura tidak menjawab ia hanya bungkam.Lengan nya di tarik oleh Sakti menuju ruang tengah.
"Duduk"perintah Sakti.
"Gue ambil P3K dulu"lanjut nya.Sakti meninggalkan Aura sendiri.Aura tidak merasa asing dan canggung berada disini.
Sakti kembali lagi dengan baskom yang berisikian air hangat dan kotak putih berisikan obat'obatan.Semacam perban,alkohol,kapas,plester,dan sebagai nya.
Dibagian lengan Aura terdapat beberapa lebam bekas pukulan.Dan luka di sudut bibir nya akibat tamparan yang cukup keras.
"Gue cuma minta satu Ra.Lo lawan bokap lo kek"ucap Sakti bernada ketus.
"Iya Sak iya"
Aura hanya mengiyakan ucapan Sakti."Bunda sama ayah kemana Sak?"
Aura sudah terbiasa memanggil kedua orangtua Sakti dengan sebutan Bunda dan Ayah.Sama seperti Sakti dan Laras ketika memanggil kedua orangtuanya.
"Lagi belanja bulanan"dengan lihai Sakti mengompres setiap lebam yang ada di lengan Aura.Tak sengaja Sakti sedikit menekan salah satu lebam.Berhasil membuat Aura mengaduh.
"Ih sakit bego"tanpa sadar Aura memukul pelan pundak Sakti.
"Eh maap-maap"Sakti hanya menujukkan deretan gigi nya saja.
"Malem ini gue tidur sama Laras ya.Boleh?"
"Pernah gue ngelarang?"Sakti memberikan obat merah ke-luka yang berada di sudut bibir Aura.
"Terus nebeng juga ya"Aura menunjukkan beberapa deret gigi nya.
"Iya iya,gini kek nyusahin gue"
"Mantap!"Aura mengacungkan ibu jari nya tepat di depan wajah Sakti.
Sakti membereskan obat'obatan yang sudah digunakan.Dan meninggalkan Aura sendirian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragazza
RandomHatinya yang sudah hitam legam bak rumah lama yang sudah usang membuat dirinya mempunyai karakteristik yang terbentuk sebagai gadis pemberontak yang tidak tahu menahu apa itu aturan.Disetiap tatapannya tersirat dendam dan amarah yang sudah berusaha...