A Letter

276K 20.6K 8.2K
                                    

Hai suamiku.

Aku tidak tahu apakah ketika kamu membaca ini, aku masih bisa tersenyum atau– ah! 

Tidak. 

Hanya, aku benar-benar minta maaf jika harus membuatmua membaca surat ini. Seharusnya... aku membuangnya, bukan? Aku minta maaf kamu malah harus menemukan surat yang akan berisi ungkapan panjangku setelah ini. 

Jeno-ya, 

Aku bangga karena kamu bisa bertahan sampai sejauh ini, sampai kamu berhasil menjadi seorang ayah dari anakku, sampai kamu mampu merawat dan menjagaku hingga akhir. Kamu itu... suami terbaik yang pernah ada. 

Tapi, maaf ya. 

Sepertinya aku memang hanya seorang istri yang tidak berguna sama sekali. Aku ingin menjadi sosok yang bisa memberimu kekuatan, tapi pada kenyataannya aku hanyalah seseorang yang terus bergantung padamu. 

Kamu mau menerima keputusasaanku, kerapuhanku, hingga ketidakberdayaanku. Terima kasih karena waktu itu... kamu mau mengulurkan tangan untuk menolongku yang terpuruk di kegelapan. 

Anak kita nanti perempuan atau... laki-laki ya? 

Apapun itu, kamu pasti bisa merawatnya dengan baik, kan? Aku percaya kamu. Setelah ini kamu harus melakukan semuanya sendiri, tanpa aku. Iya, maaf karena aku... begitu jahat. 

Ah, dasar. Kamu pikir aku tidak menangis ketika menulis surat ini? 

Aku menangis dan... tertawa kecil, seperti orang yang menyedihkan. Seperti orang yang sebenarnya tidak siap untuk pergi. 

Jangan makan junk food, kamu sudah sering memasak bersamaku, kan? Kalau sibuk bawa saja cucian kotor ke laundry. Jangan memaksakan diri, kamu juga punya rasa lelah. Jangan sering bertengkar dengan Guanlin, aku sudah tidak ada, apa yang perlu kalian ributkan? kkk~

Guanlin itu orang baik, kamu juga tahu itu kan? Dia akan membantu kamu suatu saat nanti, di masa depan, saat kamu kesulitan. Jadi... jangan suka berkelahi lagi. 

Padahal kita... punya banyak janji, ya? Di kehidupan selanjutnya... semoga aku bisa menebus semua kesalahanku ini ya, entah dengan cara apapun itu. Aku yang tidak tahu diri ini hanya merasa sulit meninggalkanmu tanpa berbuat apapun. 

Lee Jeno, jika kamu ingin tahu satu hal. Hal yang sepertinya selalu mengganggu pikiranmu setiap malam, yang bahkan sulit untuk kamu katakan padaku. 

Aku tidak pernah menyesal menikah denganmu. Tidak dengan terpaksa, tidak dengan kepasrahan. Aku menerimamu menjadi suamiku, karena kala itu aku melihat ada harapan untukku dalam dirimu. 

Aku tidak pernah menyesal... menghabiskan sisa hidupku dengan pria sepertimu. Terjebak denganmu bukan kutukan, namun sebuah kenangan. 

Aku mencintaimu, jika itu yang kamu pertanyakan. 

Akan aku sampaikan salam darimu untuk saudaramu nanti. 

Jeno, aku pergi... ya.



Istrimu,

Jung Jeha




a little present

[✔] 3. WITH J : after he left meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang