Babak 1

65 5 2
                                    

Angin selatan berhembus dengan sendu menemani jalan ku yang mulai masuk di persimpangan jalan. Firasat ini terasa buruk mengingat ingat kejadian paling seram yang pernah ku alami. Hawa mahluk itu seakan melekat dipakaian ku, bagaimana cara mengilangkan hawa ini? Apakah dengan mandi atau dengan membaca buku hitam yang ditemukan Anisa?
Anjani pasti akan kesal jika tahu aku membawa buku hitam ini.

" Tringg..." Bunyi pesan dihandphone ku yang ternyata pesan dari Anas

Aku memang telah berpacaran dengan Anas, cowok yang bisa membuat hatiku berbunga bunga. Anas memang tipe ideal ku berkulit kuning dengan hidung mancung, serta bibirnya yang tebal.

Masih ada 11 hari tersisa dari libur semester. Aku yang tidak tahan ingin membuka buku hitam itu, buku yang masih mengeluarkan asap hitam jika dilihat melalui batin. Malam jumat ini adalah waktu yang tepat, Aku akan mencoba melihat momen dari buku ini. Sengaja Aku memtikan lampu kamarku dan hanya menggunakan lilin sebagai penerang, aku menggambar pentragam sihir lalu duduk bersila ditengahnya mencoba untuk berkosentrasi.
Aku melihat 7 orang yang menggunakan jubah hitam yang mengelilingi sebuah bara api yang menyala, dan mereka dikelilingi oleh para wraith. Apa yang sedang mereka lakukan, sepertinya itu adalah ritual tapi ritual apa?
Aku mencoba untuk melihat nya lebih jelas, kudekati dengan hati hati, dengan pelan pelan walaupun mereka tidak mungkin menyadari keberadaanku disini. Aku terpanganga melihat seorang wanita yang diikat Pada tiang kayu yang dibawahnya ada api yang siap menjilat tubuh wanita itu, tetapi wanita itu hanya terdiam polos tidak berteriak atau bergerak sedikitpun, tatapannya begitu kosong memandang kearah ku.

" Untuk memiliki ilmu diavol scupa (ludah iblis) kita harus menyelesaikan ritual akhir ini " teriak salah satu dari mereka

Tiba tiba api berkobar dengan cepat melahap tubuh wanita itu, diiringi teriakan keras wanita yang dijadikan tumbal.
Apinya menjalar sampai ketiang langit dan berubah menjadi asap hitam diiringi tarian para wraith yang berputar putar. Warna langit malam berubah semakin platinum pekat, hawa kelam kian mengaduk suasana. Kemudian dari langit turun sesosok mahluk yang memiliki delapan lengan bertubuh besar menyerupai seekor kera yang disetiap tangannya memegang sebuh senjata. Lengannya berputar seperti spiral dengan perlahan turun diiringi bungkukan badan para penyihir dan wrait yang seolah menyembah kedatangan sosok itu.
Sosok mahluk itu lenyap menjadi asap dan asap itu merasuki tubuh tujuh penyihir. Tiba tiba terdengar dentuman keras yang membuat semuanya kaget termasuk diriku, lalu terdengar suara kuda dari jauh terlihat seperti rombongan pasukan yang bercahaya, sangat silau hingga akupun tidak bisa melihatnya.

" Highhh elffff.." Teriak salah satu dari penyihir tersebut

Para wraith berbaris bersiap untuk menyambut serangan high elf, peperangan pun tak terelakan. Para elf yang menunggangi burung putih besar memanah para wraith, para penyihir pun beradu sihir dengan high elf yang menunggangi kuda putih. Perang pun hampir usai dan banyak memakan korban dari para wraith, penyihir yang tertangkap dipenggal kepalanya. Salah satu dari penyihir tersebut berhasil lolos.

Tanah yang kupijaki bergetar hebat, gelombang waktu memaksaku untuk keluar dari dimensi yang tak seharusnya. Hingga aku pun tersadar telah berada dikamarku lagi. Tubuhku sangat lelah dan rasa kantukpun mulai menyerang.

Aku melihat penyihir yang lolos itu dan para wraith membungkuk dihadapannya. Jantung ku bergetar kuat ketika penyihir itu mentap ku tajam, dia bisa melihat ku dan wajahnya sangat tidak asing bagiku. Hawa gelapnya menyerangku hingga membuatku tak mampu bernafas.

"Tidakkk" teriaku terbangun dari lantai yang bergambarkan pentagram sihir.
Ternyata hanya mimpi pikirku, kemudian bangkit untuk bergegas mandi. Kunyalakan air untuk berendam di bathub, kemudian berendam didalamnya. Sambil memikirkan apa yang kumimpkan semalam.

Astral dan Penjuru Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang