Yian mendecih kesal, "Iya, sumpah. Pasti Pak Gundul yang maling payung gue kemaren."
Alin menggeleng tidak percaya, membalik halaman buku novel yang sedang dibacanya. "Lo salah liat kali."
Hana mengangguk semangat, menyetujui perkataan Alin. Pak Gundul itu guru favoritnya, jadi tentu saja Hana menolak tuduhan Yian pada guru fisika yang sangat rajin masuk kelas.
Entah apa yang membuat tiga serangkai ini betah duduk di atas lantai marmer dan bersandar pada dinding koridor depan kelas 11 IPA 1. Sampai-sampai para adik kelas yang melewat harus mengucapkan permisi karena agak sungkan untuk melewati calon penguasa sekolah, berhubung kelas 12 baru saja lengser minggu kemarin.
Dari kejauhan, gerombolan lelaki berpenampilan urakan mulai mendekati ketiga wanita yang tengah duduk lesehan sembari sibuk berhaha hihi.
"Awas."
Salah satunya berkata dengan dingin, menatap ketiga kaum hawa di bawahnya. Mendengar suara berat, mereka mendongak menatap empat laki-laki yang berhenti di samping mereka. Yian mengamati lelaki itu dengan seksama, menatapnya dari atas hingga bawah. Kaos hitam mengintip dari tiga kancing teratas yang terbuka dan dikeluarkan dari celana. belum lagi sepatu hitam dengan strip putih yang melanggar aturan.
"Lo gak denger gue bilang apaan? Awas." Jeno, pria itu menatap Yian dengan tajam.
"Ini para betina kagak ada tempat gosip yang lebih elit apaya? betah bener lesehan dilantai." Salah satu dari mereka dengan kulit kecoklatan dan surai cokelat muda mencibir.
"Apasi gajelas bet." Hana mendengus pada Haechan, saudara kembarnya. Yian dan Jeno masih saling menatap dengan tajam, Sementara Hana dan Haechan sibuk adu bacot.
"Budek ya lo?"
"Ngomong baik-baik bisa gak sih?"
Jaemin, pria bersurai cokelat tua dengan balutan almamater itu diam menyimak perang dingin Yian dan Jeno. Sikunya menyenggol Haechan dan menaikan dagu kearah keduanya. Yang disenggol menoleh, membuat Hana juga ikut menoleh. Hana menepuk pundak Alin dan menunjuk perang dingin di samping mereka.
"Woi buruan mau jajan atau kagak? keburu masuk entar. Tatapan mulu cinlok mampus lo anjing."
Renjun berceletuk dari samping kiri Jaemin. Jeno berdecak kesal lalu menunjuk Yian dengan dagunya. "Liat noh kelakuan sepupu jauh lo."
"Mohon maaf nih ya, koridor tuh luas. Noh liat Mingyu ae masih bisa lewat. emangnya badan lu segede apaan sampe lewat aja kudu ngusir gue?"
"Udah-udah buset gak liat ini lima belas menit lagi bel? dah ah ayok." Renjun menarik belakang kerah Jeno lalu mengusak surai hitam Yian sebelum berlalu pergi diikuti Haechan yang melotot pada Hana dan Jaemin yang mengedip manja pada Alin.
"NAJIS GILA SIAPA SIH TU ANAK NGESELIN BENER DAH SUMPAH!"
"Kalem An, kalem."
TBC
total: 417 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tanpa Judul • nct dream/00L
Fanfiction"jangan julid-julid amat ngapa. Entar kalau suka panjang urusannya." "lo bisa nerima masa lalu sepupu gue gak? Apa lo bisa mastiin, bakal tetep disamping dia saat lo tau cerita kelamnya?" "sekali lagi gue liat dia nangis gara-gara lo, ajal lo bakal...