Warn! dialognya dikit, chap ini didominasi paragraf naratif!
Yian mendesah lelah, wajahnya berkerut dengan keringat yang mengucur dari pelipisnya. Kepalanya mendongak, menatap terik mentari yang terasa membakar kulit. tiga jam terhitung setelah dirinya memutuskan untuk memangkas taman di pekarangan rumah. Kata bosan menjadi alasan mengingat sudah 3 hari dirinya membolos sekolah karena terserang demam.
Hujan yang sempat mengguyur tubuh ringkih Yian beberapa hari yang lalu ternyata cukup berefek pada kesehatannya. Sebenarnya tidak separah itu, dirinya masih sanggup untuk melangkahkan kaki menuju sekolah dan berhaha hihi bersama kedua setan peliharaannya. Namun si Huang memaksa agar beristirahat di rumah, dan mengancam akan memaku pintu kamar Yian jika seandainya si Song berani melangkah keluar dari kamar.
Renjun tidak pernah bercanda dengan ancamannya, namun Yian dan kebosanannya mendobrak masuk. Toh, demamnya sudah turun, dan Yian tidak merasa keluhan apapun.
"Hohohohoho, jadi disini si setan itu menyabotase anak-anakku."
Jajaran bibit bunga kertas, mawar, bonsai, dan agalonema seakan-akan mendapat spotlight ditengah-tengah gudang kecil yang dipakai Renjun untuk menyimpan barang-barang untuk mereparasi motor dan sepeda Yian jika rusak. dengan kelewat dramatis, Yian berlari dan memeluk pot paling besar dengan tangis haru. "Aku kira kau sudah meninggal, tabebuyaku."
Walaupun disembunyikan oleh Renjun, ternyata dirinya masih menyiram tanamannya setiap hari. Terbukti dari lantai semen yang menggenangkan air bercampur tanah. dalam hati bersyukur karena sang setan masih memiliki hati untuk menyiram tanaman yang 'diculik' dari Yian.
Dengan semangat 45, satu persatu pot dipindahkan olehnya menuju pekarangan yang telah dibersihkan. Menanamkannya dengan cinta dan kasih sayang. aku tidak bercanda, Yian benar-benar menanam dengan mata berbinar diiringi pujian-pujian yang ditujukan untuk tanamannya.
Melupakan fakta jika dirinya terlalu lama terpapar sinar mentari, tanpa sadar nafasnya kian memberat dan kepalanya kembali berputar pusing. tangan berbalut sarung tangan kain itu mengusap pipinya yang meneteskan peluh, mengabaikan wajahnya yang kini kotor. Yian berhenti sejenak, memejamkan mata untuk menetralisir pandangannya yang semakin berkunang-kunang.
setelah agak baik, tangannya kembali bekerja untuk menanam agalonema terakhir. mendesah lega, dirinya kemudian bangkit dari posisi jongkok untuk mengambil tabebuya yang akan ditanam di tengah-tengah pekarangan. Mendadak, kepalanya kembali berputar dan pandangannya menggelap.
"dajjal lo, dibilangin diem di kamar malah ngurus taneman."
Aroma dan siluet familiar yang disertai omelan menjadi hal terakhir yang Yian lihat sebelum matanya menutup. Dirinya ambruk dalam pelukan Renjun, ditengah kegiatannya menanam kembang dengan wajah belepotan tanah dan badan yang berbau minyak kayu putih.
sungguh sangat tidak epic.
TBC
ternyata bacaan tuh bakal mempengaruhi style menulis kkkk
total: 401 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tanpa Judul • nct dream/00L
Fanfiction"jangan julid-julid amat ngapa. Entar kalau suka panjang urusannya." "lo bisa nerima masa lalu sepupu gue gak? Apa lo bisa mastiin, bakal tetep disamping dia saat lo tau cerita kelamnya?" "sekali lagi gue liat dia nangis gara-gara lo, ajal lo bakal...