Sedikit panas, angin menghantarkan debu, beberapa kali aku bolak balik ke dapur untuk mengambil seteguk air. Tirai melambai, matahari sedikit bergejolak, angin menyapu daratan, yang kurasakan hanya kesepian terjebak di kota kecil yang memiliki sedikit penduduk. Aku kesini karena ingin sendiri, setelah hilangnya adik ku. Tak tau kemana ia pergi? Beberapa sahabat ku menghubungi ku untuk berkunjung, tetapi semua ku tolak karena rasanya aku tidak ingin membuat mereka kerepotan. Awalnya ku pikir akan baik baik saja tapi rasanya memang aku terlalu kesepian. mendengarkan musik, memasak, bahkan membersikan rumah sedikit memberi ku kekuatan untuk tidak merasa sendiri. Kenyataan yang tak bisa ku terima, semua ku salahkan atas diriku sendiri. Banyak hal sebenarnya yang ingin ku bagi tapi aku tau tidak harus membagi nya kepada siapa?
Beberapa tahun diriku tinggal disini, hanya sedikit yang berinteraksi, makhluk sosial? Tidak aku tidak seperti itu, tinggal di keluarga yang keras membuatku sukar untuk berinteraksi, walau aku punya 5 orang sabahat, dua orang diantara mereka meninggalkan ku. Awal yang tak kuterima tetapi sedikit demi sedikit aku merelakan kepergian mereka walau rasanya sedikit sakit.
Berapa lama lagi aku menunggu untuk bahagia? Mencari sesuatu yang tak pasti membuat ku lelah. Ingin istirahat sebentar tetapi hati memaksa ku untuk tetap berdiri tegak menghadapi rintangan yang tak berpenghujung. Semua kekesalan dalam diri ku tak dapat kuterima, sumber kebahagianku diambil, adik, dan sahabat ku, terus seperti itu. Sampai aku tak bisa melihat mentari lagi! Lihatlah betapa tidak adil nya takdir ke padaku.
Beep beep beep...
"Hey, samatoki bangun lah! Dan kenapa kau tetiba menangis seperti itu? Kau baik baik saja?"
Pria kurus dengan kacamata dan baju polisi itu bertanya kepada ku dengan wajah sedikit sendu. Sepertinya aku membuat orang lain cemas lagi []
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER
General FictionKenagan pahit terus muncul dan menimbulkan luka baru yang tak kunjung sembuh, menambah beban di dalam diri, hati terus menggebu gebu untuk lari jauh hingga tak ada yang tau, yang kutemukan hanya kehampahan yang menelan diri dalam kesepian.