Saat hendak mengambil rumput, kaki Sana tersandung batu dan terjatuh. Tetapi Sana merasa aneh, karena tidak merasakan sakit ditubuhnya. Saat membuka matanya, Sana melihat seseorang yang sedang memeluknya. Dia pun tersadar dan langsung melepaskan diri dari pelukan orang itu.
“Apa nona baik-baik saja?” Tanya lelaki itu.
.
.
.Bukannya menjawab, Sana terpukau oleh orang itu.
“Nona, apa ada yang sakit?” Tanya lelaki itu lagi.
Sana menjawab sambil mengibaskan tangannya “Ah… saya tidak apa-apa. Te…terima kasih sudah menolong saya”.
“Syukurlah kalau nona baik-baik saja. Lain kali hati-hati ya nona. Maaf saya harus segera pergi. Permisi” Kata lelaki itu. Belum sempat menjawab, lelaki itu sudah hilang dari pandangannya.
"Dia sangat tampan, kulitnya sangat putih pucat. Apakah dia sakit? Aaahh apa-apaan sih San, cepat selesaikan ini dan kembali kerumah!" pikir Sana
Sana pun melanjutkan pekerjaannya. Sapi-sapi yang dimiliki oleh Neneknya itu terbilang banyak dan ukurannya sangat besar. Ada yang beratnya mencapai 1,6 ton. Meskipun bau kotoran sapi-sapi itu sangat menyengat, tetapi Sana menikmati pekerjaannya. Karena mereka sangat jinak dan tidak membuat Sana takut untuk berinteraksi bahkan menyentuh mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Satu bulan sudah Sana tinggal dirumah Neneknya, tetapi masih merasa kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh sang Nenek. Saat ini Sana sedang mengambil rumput untuk diberikan kepada sapi-sapi yang ada dipeternakan. Tetapi saat Sana hendak menaiki tangga, ia merasa kesulitan dan seseorang datang menjulurkan tangannya untuk menolong Sana.
“Lain kali, kalau mau membawa rumput minta ditemani oleh seseorang agar tidak kesulitan”
Sana sempat terkejut dengan kedatangan Dahyun yang tiba-tiba membantunya untuk menaiki tangga.
“I... Iya, terima kasih. Ini kedua kalinya Kamu menolong saya” ucap Sana tulus.“Sama-sama, oh ya, tepangkeun wasta abdi Dahyun” kata Dahyun dengan mengulurkan tangannya, lalu disambut oleh Sana.
Ya, Sana mengerti apa yang diucapkan Dahyun karena sewaktu kecil selalu diajarkan Bahasa Sunda oleh Neneknya.
“Saya Sana, senang berkenalan denganmu Dahyun” ucap Sana.
Tetapi Sana harus segera memberikan rumput itu untuk sapi-sapi yang sebentar lagi harus makan.“Ah maaf saya sedang terburu-buru. Permisi” pamit Sana tanpa menunggu jawaban dari Dahyun.
Lelaki itu masih diam ditempat dan seperti sedang merenungkan sesuatu.
“Cantik dan menarik. Benarkah dia yang akan…” belum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba seseorang memanggil namanya dengan keras.
"Kang Dadayyyyy... Dipilarian ku Abah, eh ngadon ngahuleng didinya"
(Kang Dadayyyy... Dicariin sama Abah, eh malah ngelamun disitu)Dahyun pun menoleh ke arah orang itu dengan sedikit rasa kesal. Ia pun berjalan mendekatinya dan...
"Aww... Aww.. Ehhh kang udah atuh jangan jewer telinga abdi" teriak orang itu kesakitan karena Dahyun menjewernya.
Bukannya dilepas, Dahyun malah semakin menariknya.
"Suruh siapa teriak kayak tadi heh! Kuring reuwas!! Dasar buyur!" marah Dahyun kepada orang itu.
"Hampura kang, hampura. Acheng moal kitu deui moal. Jangji!" mohon Chaeng atau akrab disapa Acheng itu kepada Dahyun dengan wajah yang memelas dan menahan sakit di telinganya.
Melihat hal itu, Dahyun pun melepaskan tangannya dari telinga Chaeng. Dan menatap datar temannya itu.
"Aya naon, Cheng? Abah kunaon?" (Ada apa, Cheng? Abah kenapa?) tanya Dahyun penasaran
"Itu aya nu naroskeun akang ti kota" ( itu ada yang nanyain akang dari kota) jawab Chaeng
'ti kota? Sahanya..' batin Dahyun
"Oh, kitu. Nuhun Cheng. Ngke urang ngaliwet di pos ronda. Kade ulah poho" ( Oh, gitu. Makasih Cheng. Nanti jangan lupa kita makan-makan di pos ronda. Awas jangan lupa) ucap Dahyun sambil berjalan meninggalkan Chaeng.
"uh siyap atuh" balas Chaeng dengan memberikan jempolnya
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Selamat Malam,
Maaf baru dilanjut lagi dan ini sangat pendek. Berhubung aku lg sibuk di real life, semoga update-an ini bisa mengurangi rasa penasaran kalian.Dan mungkin cerita ini ga jadi twoshoot, mungkin bakal ada 2 chapter lagi yang akan di up. Tapi tidak bisa dipastikan kapan waktunya.
Terima kasih atas perhatiaanya.
HSY
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia adalah... (End)
Short StoryGak boleh ini! Gak boleh itu! Belajar, belajar, terus aja belajar!! Emang gini ya rasanya jadi anak tunggal - Minatozaki Sana