Dia adalah... (3) End

329 30 2
                                    


06.00 WIB

Sana sudah bangun dan ini benar-benar menjadi kebiasaan baru untuknya. Biasanya ia akan bangun pukul 06.30 dan bersiap-siap 30 menit yang artinya ia akan benar-benar rapih tepat pukul 07.00 WIB. Wow! Kemajuan yang patut diacungi jempol.

Dan hari ini adalah hari terakhir Sana dirumah Neneknya. Ia telah melewati masa hukuman yang di berikan oleh Ayahnya dengan baik dalam waktu 1 bulan penuh. Yang artinya Sana telah melewatkan sepertiga semester kuliahnya. Ia tertinggal jauh dari teman-temannya yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester.

Ya itulah konsekuensi yang Sana dapatkan dari kesalahannya. Semoga ini adalah kesalahan yang terakhir yang dibuat oleh Sana. Ia tidak mau tertinggal lebih jauh lagi dari teman-temannya. Bodo amat dengan pergaulan, yang penting Ia tidak dihukum seperti saat ini lagi.

Sana menyadari bahwa selama tinggal bersama dengan Neneknya, Ia banyak mendapatkan pelajaran baru dan berharga dalam hidupnya. Mulai dari bangun pagi, bersih-bersih rumah, belajar memasak dan juga berternak. Ah ya, satu lagi adalah Sana jatuh hati pada seseorang yang selalu membantunya.

Entah dari kapan Sana menyukai orang itu. Tapi Sana tidak tahu apakah orang itu memiliki perasaan yang sama sepertinya.

Entah harus senang atau sedih yang sekarang dirasakan oleh Sana. Masa hukumannya akan segera berakhir dan ia akan pulang ke rumahnya serta dapat beraktivitas kembali seperti biasa, tapi disatu sisi ia merasa sedih karena harus berpisah dengan laki-laki yang selalu terbayang dalam pikirannya.

“Haahh… menyebalkan” Sana menghela nafas dengan malas

Saat sedang asyik memandangi pemandangan desa pagi hari yang cerah, seseorang datang dan menepuk pundak Sana dan ia pun menoleh kearah orang tersebut.

“Sana, kamu sedang apa disini?’ Tanya Dahyun diiringi dengan senyuman diwajahnya.

“Astaga Dahyun! Kamu mengagetkanku. Hm aku sedang mengnikmati pagi yang sangat indah ini” jawab Sana dan memalingkan wajahnya.

Lalu Dahyun duduk disampingnya, lalu berkata “Sudah satu bulan kita sering bertemu, tapi baru hari ini kita bisa berbicara satu sama lain”

“Ah iya. Baru kali ini kita bisa santai” jawab Sana dengan nada yang lemah

Mendengar jawaban Sana, Dahyun melanjutkan perkataannya. “Aku ingin sekali mempunyai seorang adik perempuan. Tetapi, kedua orang tuaku pergi jauh meninggalkanku sendirian didunia ini” tutur Dahyun sambil tertawa hambar.
Sana hanya diam mendengarkan.

“Dan saat ini aku akan memiliki orang tua dan saudara angkat, Mereka sangat baik dan juga menyayangiku walaupun bukan orang tua kandung” lanjut Dahyun
Sana masih terdiam, tak mengeluarkan sepatah katapun.

“Dan saat bertemu denganmu, aku merasa sangat bahagia. Karena kamu sudah ku anggap sebagai saudariku”

Entah mengapa, mendengar perkataan Dahyun itu menbuat hati Sana sakit.

“Saudari?” batin Sana merasa sesak dalam hatinya. “Terima kasih sudah menganggapku sebagai saudraimu, Kak Dahyun” ucap Sana dengan tersenyum hangat menyembunyikan rasa sakit dan kecewanya.

Dahyun membalas senyuman Sana dengan mengusap puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang dan tersenyum lebar.

“Aku berharap, kau benar-benar adalah adikku” ungkap Dahyun jujur.

Seakan tidak ingin terluka terlalu jauh, Sana memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Ah sudah siang, aku harus bersiap untuk kembali ke Jakarta. Terima kasih untuk selama ini kak Dahyun. Selamat tinggal” ucap Sana dan langsung berlari menjauh dari Dahyun.

Keesokan harinya Sana sudah sampai di Jakarta. Dan saat ini sedang sarapan bersama kedua orang tuanya.

“Sana, ada yang ingin Ayah sampaikan” ucap Ayah

“Apa tentang hukuman lagi? Aku akan melakukannya” kata Sana datar

“Bukan itu sayang. Dengarkan dulu ayahmu bicara” imbuh Bunda dengan lembut

“Kami akan mengangkat seorang anak laki-laki yang akan menjadi kakakmu” ungkap Ayah

“Apa?” teriak Sana tidak percaya atas apa yang telah didengarnya.

“Iya sayang. Ini sudah kami pikirkan dengan sangat matang. Semoga kamu bisa menerimanya”

Saat Sana hendak protes, tetapi diurungkannya. Karena ia tidak ingin berdebat dengan kedua orang tuanya itu.

“Baiklah. Kapan ia akan tinggal bersama kita?” Tanya Sana.

“Nanti siang dia akan datang” jawab Ayahnya

“Kalau begitu, aku pergi ke toko buku dulu” pamit Sana

~

~

~

Saat ini jam menunjukkan pukul 12.15 WIB. Sana baru pulang dari toko buku. Saat memasuki rumah, Sana merasa ada yang berbeda. Dari ruang tamu, terlihat Ayah dan Bundanya tengah bercengkrama dengan seorang anak laki-laki yang membelakanginya.

“Oh Sayang kemarilah. Kakakmu sudah datang” panggil bundanya
Sana pun berjalan menghampiri kedua orang tuanya. Saat melihat laki-laki itu, Sana merasa seperti sudah mengenalnya.

“Mengapa ia mengingatkanku kepada seseorang” batin Sana.

“Perkenalkan namamu, Nak” ujar Ayah
Laki-laki itu pun membalikan badan dan memperkenalkan dirinya.

“Perkenalkan nama saya Kim Dahyun, biasa dipanggil Dahyun. Senang bertemu denganmu” ucap Dahyun dengan senyuman lebar diwajahnya.

Sana hanya diam melihat siapa yang menjadi kakak angkatnya itu. Hal itu disadari oleh Bunda dan segera menyikut pelan tangan Sana.

“A… ya saya Sana senang bertemu lagi denganmu, Kak Dahyun” balas Sana.

Mendengar penuturan Sana, Ayah dan Bunda mengerutkan keningnya dan bertanya kepada Dahyun dan Sana.

“Kalian sudah saling mengenal sebelumnya?”

“Iya Ayah. Kami saling kenal saat aku masih di desa nenek” jawab Sana

“Oh baguslah kalau begitu. Dahyun, ini dia Sana. Adikmu” ucap Ayah

Dahyun tersenyum senang, karena tuhan telah mengabulkan do’anya selama ini.

“Mulai sekarang kalian adalah saudara dan anak kami” ucap Ayah dengan nada senang.

Perasaan Sana saat ini sangat-sangat kacau. Apakah ia harus merasa senang atau sedih? Karena mengetahui siapa yang menjadi kakak angkatnya. Rasa yang ia pendam selama ini, kini membuat dirinya terasa menyakitkan akibat kenyataan yang ia ketahui. Butuh waktu lama agar bisa melupakannya.

Tuhan… tolonglah hamba-Mu ini agar dapat menghilangkan perasaan yang menyakitkan ini” batin Sana.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Sana dapat menerimanya dan mengubah perasaannya menjadi perasaan kasih sayang seorang adik terhadap kakaknya. Meskipun sakit, ia harus menghilangkan egonya demi kebahagiaan kedua orang tuanya.

Lengkap sudah keluarga Minatozaki yang kini memiliki dua orang anak yang sangat baik, pintar, cerdas dan dermawan. Yakni Minatozaki Dahyun dan Minatozaki Sana.






Dia adalah kakaku - Sana





. . .


End










Huaaa akhirnya selesai juga...
Terima kasih telah menunggu dan membaca cerita yg gaje ini.

Terima kasih atas dukungannya...

Semangat bagi para pelajar untuk melakukan pembelajaran secara daring.

Bisa yuk bisa :))

HSY

Dia adalah... (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang