Aku tak melihat jelas muka nya, karna mataku sudah mulai ber-air akibat flu, tapi sepertinya itu teman dekat kak Hina.
Bau buku-buku perpustakaan membuatku lebih baik, disini dingin dan tenang, aku suka tempat ini.
Aku menuju tempat dimana pak Xiumin menitipkan buku-bukunya.
"Oh, Lami ya? Ini buku-bukunya, maaf banyak soalnya ini dipakai untuk satu kelas." Kata Kak Xiao Jun.
Kak Xiao Jun ini orang yang sangat lembut, suka membaca, pintar, dan ramah pada semua orang.
Dan satu lagi, sebenarnya dia tipe ku:)
Aku mulai meletakkan buku-buku itu di pangkuan tanganku, huh! Berat dan sangat banyak, sampai-sampai menghalangi pandanganku.
Dubrakk!!!
Sial! Buku-buku titipan pak Xiumin berserakan di lantai, untung saja maskerku tidak terlepas.
"Hey! Bisa jalan yang bener gak sih?" Bentakku pada orang ini.
Orang itu tak menjawabku, tetapi membungkuk dan membereskan buku-buku yang berserakan.
"Maaf, kamu ada yang luka ga?" Kata orang itu seraya berdiri.
"Ga-gaada, Makasih." Aku merebut buku-buku itu dari tangannya lalu pergi.
Orang itu membuatku stres dan membuang waktuku.
"LAMI!!" Triak Herin dari ujung lorong di belakangku.
"Ada apa Rin?" Tanyaku menoleh.
"Kenapa tadi kamu bersikap kasar sama Kak Jaemin?" Pekiknya tergesah.
Herin adalah teman dekatku, dia cantik, dan sangat bawel.
"Kak Jaemin? Siapa dia?" Aku bingung.
"Orang yang tabrakan sama kamu loh, gimana sih? Memangnya kamu gatau? Dia padahal famous loh, dia jug-"
"Oke Herin, daripada kamu bawel, mending bantu aku bawa buku ini?" Tanyaku menawarnya.
"Oke oke."
---
Akhirnya istirahat tiba~~
Herin mengajakku ke kantin kali ini."Oh iya Mi, kamu beneran gak kenal Kak Jaemin? Anak ganteng se-sekolah, bersama geng nya yaitu kak Bae Jinyoung dan kak Hwang Hyunjin dari kelas unggulan. Dan sialnya kamu ngak tau?" Cerocos Herin.
"Enggak Rin, aku nggak tau. Gak penting juga," singkatku.
"Masalahnya, kamu viral Lami, karna kamu bersikap kasar sama Ka Jaemin." Decak Herin.
What The?Hanya karna reflek membentak orang tampan yang salah, aku jadi viral? Apa-apaan ini, orang-orang sudah gila.
"Itu dia!" Bisik Herin sambil menunjuk tiga orang yang lewat meja kami.
Ya, Ka Jaemin, Ka Hyunjin, dan Ka Jinyoung. Siswa tampan, berprestasi, dan terkenal. Aku pun baru menyadari.
By The Way, yang tau aku adik Kak Hina hanyalah Herin:) Semua orang tidak tahu karna tiap keluar kelas aku selalu menutupi muka, dan aku juga tidak terkenal kan?
Sudahlah, aku tidak peduli dengan mereka bertiga.
Tiba-tiba Herin menyenggol lenganku, "Lami, Itu bukannya kakamu?" Bisiknya.
Aku segera melihatnya, dan benar saja Kak Hina sedang bicara dengan Ka Jaemin.
"Nggak akan kubiarkan cowok itu deketin malaikat ku!" Bisikku.
---
Awan mendung menjadi teman setiaku saat ini, melihat keatas sambil memperhatikan titik-titik air yang mulai turun.Huft! Kak Hina izin kalau dia ada latihan Dance katanya, meski tidak yakin aku percaya hal itu.
Aku berhenti di halte biasa tempat aku dan kakak menunggu bus lewat, aku hanya memandangi jalan sepi di depan ku dengan tatapan kosong, entah apa yang terjadi, aku terlarut dalam pikiranku.
"Sendiri aja?"
Tiba-tiba seseorang sudah berdiri tegap di sebelahku.
"Eh? Ka-kak, ha-halo." Gugup ku.
"Hallo, btw namaku Xiao Ju-"
"Xiao DeJun kan? Aku tau kakak kok, siapa yang gak kenal kaka." Selaku.
Sosok Kak XiaoJun ini boyfriend-able. Dia sangat asik, ramah, dan murah senyum, bahkan saat ini aku deg-degan didekatnya.
"Panggil aja Aku Kak DeJun." Dia menjulurkan tangannya sambil tersenyum.
Oh Tuhan! Senyumnya sangat manis:(
"Oh gitu ya, berarti Halo Kak DeJun, aku Lami." Jawabku.
"Aku tau kok, kalo kamu itu Lami, bahkan aku nge fans sama kamu." Pujinya.
"Apa kak? Fans? Kakak tuh terkenal tau, mana mungkin nge fans sama aku yang sama sekali gak punya kelebihan?" Decakku tak percaya.
"Kamu itu lucu, polos, dan unik." Katanya sambil mencubit kedua pipiku.
Huft, Tuhan! Tolonglah aku. Aku sudah tahu betul, kalau pipiku ini sedang memerah bak di pakaikan blush on.
"Pipimu kenapa merah begitu?"
Deg.
TBC:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Lami.
RomanceHallo, Aku Kim Lami. Aku hanya cewek biasa yang tidak punya ketertarikan, bahkan jumlah temanku bisa dihitung dengan satu tangan saja. Hanya kakakku yang menyayangiku, dia Hina. Tapi Justru aku malah merebut hal yang paling berarti baginya.