2nd PROLOGUE

39 8 41
                                    

Hari itu suara gemuruh pertanda hujan akan membasahi seluruh kota terdengar jelas. Rintik rintik permulaan sudah jatuh lebih dulu dari sang inti, ia berkhianat dalam hal membasahi kota.

Pria bertubuh mungil berlari di antara gerimis kecil sembari menutup kepalanya dengan tangan(yang sama mungil)-nya. Jantungnya seperti tersambar petir; yang kehadirnya saja belum diketahui. Tiba-tiba ia tersadar dengan tujuannya berlari dan langkahnya terhenti. Seketika itu pula....

'Gubrak'

Sebuah mobil menabrak tubuhnya dengan keras, tubuhnya terhuyung jatuh dan tersungkur. Ya, dia berhenti tepat di belakang mobil yang sedang memundurkan dirinya..

Si penabrak yang sedang kehabisan waktunya itupun segera keluar karena merasa harus bertanggung jawab.

"Anda baik-baik saja? Maafkan saya, tapi saya tidak melihat apapun tadi. Jadi, saya langsung memundurkan dengan cepat mobil saya kebelakang. Omong-omong, siapa namamu?"

Tangannya ia ulurkan pada pria mungil itu. Sedangkan ia membersihkan sekaligus merapihkan dirinya. Tapi untuk beberapa saat, matanya berbinar melihat siapa yang berada di depannya saat ini.

Pria mungil itu dapat melihat bahwa lawan bicaranya sedang tergesa-gesa.

"Seobin, Yoon seobin. Tidak apa, ini kesalahan saya karena berhenti tepat di belakang mobil anda." Seobin tersenyum pada pria yang tingginya mampu membuat ia sedikit mendongak.

" Seobin tersenyum pada pria yang tingginya mampu membuat ia sedikit mendongak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu menggiring Seobin ke arah lain. Menyelipkan sekantung uang ke dalam saku air minum tas Seobin.

"Untuk biaya berobat, harus diterima! Saya buru buru karena harus pergi." Lantas meninggalkan Seobin dan bergegas masuk ke dalam mobilnya dan menghilang begitu saja.

Meninggalkan Seobin yang sedang-akan mengembalikan uang pada pria itu.

"Ti-tidak usah." Entah ia berbicara pada siapa, ia menggaruk kepalanya agar tidak terlalu canggung berbicara sendiri.

Tidak mau ambil pusing, ia simpan uang itu agar aman, karena ia berniat untuk mengembalikkannya.

Indranya seperti menangkap sosok pria tadi, kedua alisnya bertaut-menjadi satu. Perawakan pria yang baru saja ia temui sangatlah tidak asing, memang. Untuk beberapa saat Seobin membelalakan matanya, mulut terbukanya ia tutup dengan kedua tangannya.

---------

'Silahkan masuk'

Suara seorang suster yang mempersilahkan masuk tamu yang sedang sangat ditunggu, memecah keheningan pada ruangan serba putih berukuran 4x3 m². Kedua orang yang berada di dalam melayangkan senyum mereka.

"Hai semuanya, saya adalah pendonornya."

Tangannya ia lambaikan pada siapapun yang berada disana. Terdapat dokter ahli bedah umum dan juga seorang ibu-ibu dengan wajah yang pucat-pasi yang tepat berada di depan dokter itu, terpisahkan oleh sebuah meja kerja sang dokter.

Matanya berbinar ketika ia mendengar sebuah kalimat dari pria yang baru saja masuk.

---------

'Halo Sekyeong-appa, kamu pergi kemana? Dia udah di ruangan dokter, kita lagi bahas tes kecocokannya sama Sekyeong.'

"Halo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo.... Dia udah disana? Aku baru aja mau jemput dia, tunggu 10 menit lagi ya. Aku balik kesana sekarang."

'Iya, hati-hati di jalan.'

"Eoh..." angguk Seungyoun di dalam mobil. Entah ia tunjukkan pada siapa.

-----------

Butuh beberapa menit bagi dokter Jun untuk menjelaskan protokol operasi yang akan berlangsung.

"Sudah kan dok? Saya harus bergegas pulang karena ada beberapa hal mendesak di rumah. Saya pamit lebih dulu Ahjumma. Sampaikan salam saya pada anak anda."

Wanita itu menahan pergelangan tangannya.

"Tunggu sebentar ya, suami saya sedang menuju kesini. Nanti kita sekalian antar kamu ke rumah biar lebih cepat sampainya. Panggil saya Sora-imo, itu jauh lebih baik." Seulas senyum diberikan oleh Sora, Cho Sora.

" Seulas senyum diberikan oleh Sora, Cho Sora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------

Jam dinding menunjukkan pukul 20:00 saat suara pin sedang ditekan, pertanda salah seorang anaknya baru saja pulang.

Seobin masuk dengan berhati-hati dan seketika itu pula sebuah piring melayang melewati indra Seobin.

"Enak ya kamu pergi-pergian terus, abisin aja terus uang. Mana uang bulan ini? Jangan mentang mentang tinggal di rumah sendiri semuanya mau gratis!" Amarah Yoon Seo Jeong kian meningkat, terlebih ia mengingat bahwa anaknya yang satu ini sudah tidak lagi menapakkan kakinya dari pukul 09:00.

 Mana uang bulan ini? Jangan mentang mentang tinggal di rumah sendiri semuanya mau gratis!" Amarah Yoon Seo Jeong kian meningkat, terlebih ia mengingat bahwa anaknya yang satu ini sudah tidak lagi menapakkan kakinya dari pukul 09:00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf Eomma."

"Bersihin tuh piring, gara gara kamu piring 1 pecah." SeoJeong mininggalkan Seobin dalam tangis diamnya.

"Ck...ck...ck," Yoon Ha ni berdecak melihat adiknya yang sedang kalut. "Makanya kalo pergi inget waktu."

Seobin hanya mengabaikannya. Ia tahu bahwa berdebat bukan akhir yang baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang