I love him

7 2 0
                                    

Just Imagine
.
.
.
.
.
.

Huft, entah sudah keberapa kalinya aku menghela nafas. Aku bosan melihat dia memainkan benda persegi panjang itu. Ini waktuku bersamanya, bukan dengan benda terkutuk itu.

"Kamu kenapa?" Tanyanya sambil menoleh ke arahku walau cuman sedetik.


"Gapapa, aku cuman bosan" Seperti biasa, jawaban dinginnya "oh" itu membuatku semakin ingin membanting benda itu. Dia sama sekali tidak peka.

Sejam berlalu dia masih saja bermain dengan ponselnya. Aku merasa cemburu, wajarkan cemburu kepada ponsel? Aku sudah tidak tahan, tidak sadar aku menitihkan air mata. Setetes, dua tetes, dan akhirnya tangisanku pecah juga.

"Sayang, kamu kenapa?" Dengan cepat ia menyimpan ponselnya dan beralih ke arahku. Aku yang masih sesegukan melihat dia dengan mata sembab dan tatapan yang kesal.

"Kamu kenapa hemm?" Tanyanya dengan lembut sambil mengusap surai hitamku. Aku tidak menjawab, hanya diam menetralkan detak jantungku.

"Apakah karena ponselku? Maaf, bukan maksudku mengabaikanmu. Tapi aku diberi tugas oleh dosen untuk mengerjakan soal" Lanjutnya, namun dalam posisi yang berbeda. Sekarang aku sudah berada di pelukannya. Sangat hangat, aku memeluknya dengan erat. Dia mengusap rambutku dengan perlahan.

"Aku tidak akan seperti itu lagi. Supaya waktu kita tidak terbuang sia-sia. Maaf " Katanya dengan wajah memelas. Aku sangat suka wajah itu, dia terlihat imut seperti bayi. Aku langsung mengangkat kedua tanganku untuk di tuntun ke wajahnya. Ku tatap matanya dalam-dalam, begitupun dia.

"Gapapa kok, aku gak marah. Cuman tolong jangan mengabaikanku" Balasku dengan pelupuk mata yang sudah dipenuhi air mata yang bersiap-siap jatuh, sebelum dia mengusapnya. Dia langsung memelukku dengan erat sambil mengucapkan kata maaf, maaf, dan maaf. Siapa yang tidak memaafkannya, pria dingin tapi berhati bayi ini. Aku sangat-sangat mencintainya.

.
.
.
.
.
.

I hope you like❤️
Dan tinggalkan jejak🐾🥺

Just imagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang