Jimin Point of View-*
"Enggak! Pokoknya kamu harus nurut sama Ibu, apa kamu mau jadi anak durhaka kayak di FTV itu hah?!"
Aku hanya bisa menangis sembari menepuk-nepuk paha Kakakku yang sama sekali tidak membantu itu. Padahal aku berharap ia akan berdiri lalu membelaku untuk tetap tinggal, namun sayang... Hatinya tidak akan sebaik itu.
Kulihat Ibu meneteng dua buah tas di kedua tangannya dan sebuah koper yang ditaruh diatas kepalanya, berjalan menuju pintu keluar. Tangisku semakin pecah, apalagi dari sekian banyak anggota keluarga disini sama sekali tidak ada yang berniat mau membelaku.
Eh ralat, hanya ada Ayah dan Kakak. Lebay amat sih.
Aku lalu merangkak dan memeluk kaki Ayah yang sebesar perut anak kerbau itu.
"Daddy please help me, i don't want to leave this home and y'all are my lovely fami--""Nurut aja sama Ibumu Jim, kau tau sendiri kan kalau dia sudah marah besar bisa berakibat seperti apa?" potong Ayah dengan sebatang rokok di mulutnya. Omongannya jadi agak ngawur.
Aku lalu berpaling melihat Kakak yang ternyata juga tengah menatap kearahku, "Kakak..."
"Nih uang, sana cepat pergi. Supir taksinya sudah menunggu didepan."
Jderr!!
Sial, kenapa hati ini begitu syukit saat mendengar ucapan mereka berdua. Apa jangan-jangan aku sudah tidak dianggap lagi di keluarga ini sampai-samai dengan teganya mereka semua mengirimku ke asrama kumuh?
Karena sudah tidak ada pilihan lain lagi... Aku dengan berat hati berdiri dan melangkahkan kakiku menuju kearah pintu rumah. Padahal ini semua kan bukan salahku, melainkan salah ketiga orang yang telah melecehkanku lima tahun yang lalu itu. Alhasil aku jadi begini.
"A-aku... Hiks, aku pergi dulu... Ibu jaga kesehatan yah,"
"Alah pake drama segala lagi kamu. Ibu ini punya dukun pribadi, jadi gausah takut terjadi apa-apa!" tangkas Ibu penuh kesadisan.
Sekarang aku malas menatap wajah mereka lagi. Kuambil tas dan koperku lalu kugendong dan memasukkannya kedalam begasi mobil. Aku lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jujur saja aku kini merasa ditindas oleh keluargaku sendiri.
Hanya gara-gara aku tidak pernah sekolah bahkan keluar kamar sekalipun, aku jadi dikirim ke sekolah asrama di sebuah desa kecil yang jauh dari Gangnam. Bukankah itu terlalu berlebihan buatku?
Ayolah, aku hanya trauma dengan kejadian waktu mereka membuka resleting celanaku lalu memasukkan kelamin mereka kedalam... Oh tidak! Kumohon jangan ingatkan aku lagi dengan cowok-cowok brengsek itu. Sudahlah ingusan, gay lagi. Dasar penghuni Jahanam!
Malam itu aku menangis tak henti-hentinya sembari menatap keluar kaca mobil yang transparan dan memperlihatkan pemandangan bintang kejora yang berkedip-kedip di langit.
"Neng, mau kerupuk udang?"
"Neng pala kau pak, aku cowok bukan cewek!" protesku pada supir taksi menyebalkan itu. Ia hanya terkekeh geli dan berkata, "Oh kirain cewek tadi, soalnya nangis mulu daritadi hihihi."
Aku lalu merogoh tas kecilku dan memperlihatkan sebuah belati tajam kepada sang supir menyebalkan tadi. Seketika ia terdiam dan mempercepat laju mobil.
"Bicara sekali lagi, benda ini akan menancap di biji zakar mu!" ancamku.
"I-iya mbak... Iya... Maaf."
"MBAK KATAMU?!"
***
Setelah melalui perjalanan selama hampir tiga jam, akhirnya aku telah tiba di sebuah permukiman warga yang sudah sepi. Iyalah, ini kan sudah jam satu pagi!
Setelah memberikan ongkos ke pak supir tadi, aku lalu meneteng ketiga tas ku dan masuk ke sebuah bangunan tak berpagar yang bertuliskan...
'Welcome to House Of Angel Shcool!'
Aku tidak mengerti kenapa sekolah dan asrama ini diberi nama demikian. Apa karena tempatnya yang indah seperti surga, jadi orang-orang menyebutnya rumah malaikat? Atau karena penghuninya yang berhati malaikat? Entah.
Apapun itu aku harus segera masuk kedalam. Udara disini sangat dingin, terlebih aku bisa merasakan sepasang mata merah yang menatapku dibalik semak belukar.
Saat membuka pintu kayu itu, seorang gadis berponi langsung menyapaku dengan lembut.
"Selamat datang di Rumah Malaikat, ada yang bisa saya bantu Tuan Park--Ji--Min!""Ah iya, aku baru saja pindah kesini. Katanya orangtuaku sudah memesankan kamar dan telah melunasi semua pendaftaran sekolah?" balasku mencoba untuk tidak gugup.
"Oh, itu kau ternyata. Benar sekali, Nyonya Hyekyo sudah memesan kamar VIP premium 3 dengan extra bed, free breakfast, pijat spa, pendingin ruangan super, private pool, dan juga Jacuzzi."
Mataku terbelalak begitu gadis tadi membacakan semua bonus yang ternyata sudah dipesan oleh Ibu itu. Tapi darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu kalau makan saja kadang masih harus minta ke tetangga!
Tanpa basa-basi lagi gadis itu lalu mengantarku ke lantai lima mengguanak lift lalu memberikan kunci kamar khusus yang ternyata adalah kartu berlapis emas asli.
Hmm... Boleh juga ternyata.Aku menempelkan kartu itu lalu masuk kedalam kamar. Situasi didalam sangat gelap dan sedikit agak pengap, aku juga bisa mencium aroma alkohol dan... Pizza? Entahlah, tapi aku tidak yakin.
Aku meraba-raba sekitarku, mencoba untuk menyari saklar lampu yang entah berada dimana. Jemariku secara tidak sengaja menyentuh sebuah benda cair yang kenyal, berbau, dan lengket itu.
"Ih, apa ini?!"
Dan tiba-tiba saja lampu menyala, tiga orang pria telanjang berada didepanku dengan wajah mengantuk mereka. Aku tidak dapat menahan keterkejutanku, apalagi saat melihat sesuatu yang kupegang tadi ternyata adalah segumpal sperma cair yang masih segar.
"AAAAAAAA!!"
"Hei-hei... Diamlah bocah, ini sudah malam!"
"AAAAAAAA PERGILAHH! INI MENJIJIKAN! IBU... AKU TAKUT,"
Ketiga orang itu lalu saling bertatapan bingung. Mereka lalu mencoba menenangkanku dan berniat menjelaskan semuanya. Tapi aku sudah terlanjut menangis dan ketakutan.
"Yeong, diamkan dia. Bisa bahaya kalau sampai Yuna kemari dan melihat semuanya."
"Hei pria cantik, kumohon berhentilah menangis. Kami tidak bermaksud!" ucap salah satu dari mereka yang berbadan agak kurus itu.
Ta-tapi tunggu... Sepertinya aku mengenal suara ini. Seperti ada memo yang tiba-tiba saja memasuki otakku dan mengingatkanku pada...
Aku lalu mendongak.
"...K-kalian...?"
"Eum, apa kau mengenal kam--HEI!"
Aku secara tidak langsung pingsan dan tak sadarkan diri. Hingga pada akhirnya terbaring diantara jejeran ketiga pria itu yang kini kukenali mereka sebagai... Si cowok brengsek!
***
Hi guys. O-M-G!
Setelah vakum selama hampir tiga bulan dan tidak pernah ada kabar dari aku, apa kalian rindu?Hayo... Pasti kalyan rindu ama Fathins kans? :v #lol
Maaf kalau cerita-cerita kookmin yang lain belum dilanjut soalnya masih mikir ide buat chapter seterusnya. Hihi.
Kay? See u later chinguuu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Body!
FanfictionDulu, Jimin sempat mengalami pelecehan seksual terhadap tiga orang cowok teman sekelasnya disaat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak saat itu ia kini anti dengan segala pergaulan luar dan menghindari semua orang, tak terkecuali kedua oran...