Aku hanya terdiam sembari menatap kearah Jungkook yang sedang membaca itu. Gerak-gerik nya yang nampak begitu mencurigakan memancing kedua mataku untuk tetap mengarah kepadanya.
Padahal dia sama sekali tidak melakukan satu hal pun yang aneh, hanya diam dengan satu buku serta secangkir Latte di cangkirnya. Mungkin aku terlalu parno terhadapnya, padahal pria itu tak seburuk perkiraanku.
Mungkin memang dulu aku terlalu trauma. Ayolah, sudah sangat lama sejak kejadian pembullyan diriku terjadi. Tidak mungkin kan kalau dia--si Jungkook beserta teman-temannya masih ingat. Lagipula dia pasti tidak mengenalku sejak melakukan operasi plastik. Hehe.
Setelah mengumpulkan cukup keberanian, aku lalu mulai beranjak dari tempatku dan duduk disampingnya. Atau lebih tepatnya, aku berada dibelakangnya. Ia tidak tau itu, tapi juga terlihat tidak peduli. Aku dengan sedikit gemetar menyentuh punggungnya.
"Pe-permisi,"
Sedetik kemudian ia-pun berbalik dan menutup bukunya. Aku tersenyum gugup dan seketika lupa apa yang ingin kukatakan barusan, jadinya aku hanya terdiam dan menatap kedua matanya.
"Kalau tidak penting sana pergilah, jangan menggangguku bocah." ucapnya dengan nada ketus. Sial, apa dia baru saja memanggilku 'bocah'?
Walaupun kesal tapi aku berusaha bersikap tenang. Aku pun mulai pembicaraan, "Apa kau s-sudah lama tinggal disini?" tanyaku. Dia tanpa pergerakan sedikitpun menjawab, "Hm." dengan begitu... Singkat!
"A-aku Park Jimin..." ku-ulurkan tangan kananku sembari tersenyum. Namun yang ada si Jungkook itu malah berdiri dan mencampakkan ku begitu saja. Antara malu, marah, dan ingin berkata kasar semuanya menyatu didalam diriku.
Pria itu lalu membuka kaosnya percis didepan mataku. Kulihat tubuhnya yang kekar serta otot lengannya yang super duper besar. Kalau disandingkan dengan punyaku, mungkin antara membedakan paha gajah dan kaki belalang.
Dengan gagahnya dia juga melepas celananya dan hanya menyisahkan boxer merah yang menutupi area kemaluannya. Tak sadar aku sedaritadi melihat kejadian itu tanpa berniat untuk memalingkan wajah, membuat Jungkook menggertakku.
"Apa kau keberatan? Aku butuh ruang privasi sekarang." ucapnya. Dengan terburu-buru aku berdiri dan masuk kedalam kamarku. Sungguh kedua pipiku merona tanpa sebab, bukannya ikut-ikutan marah, malah aku merasa senang saat dia melontarkan kata-kata bernada tinggi tadi kepadaku.
Ugh! Sungguh setan apa yang merasukiku, padahal aku masih normal.
Setelah beberapa menit aku menunggu didalam kamar, karena rasa penasaran yang begitu kuat aku akhirnya memberanikan diri untuk mengintip dan ternyata sudah tidak ada orang disana. Aku mengambil kesempatan untuk keluar dan mengendap-endap untuk melihat apa yang sedang pria itu lakukan.
Oh, mungkin didalam sana ia sedang mandi atau apalah?
Karena dari luar sini aku bisa mendengar suara percikan air dari shower.
Kalau kalian menganggapku sebagai tukang intip, maka jawabannya memang iya. Tapi kalau menyangka bahwa aku ingin melihat tubuh Jungkook lagi maka aku akan mengirim kalian kepada Tuhan.
Setelah masuk kedalam kamar dan tanpa tujuan yang pasti, aku lalu mengintip Jungkook yang ternyata pintu kamar mandi tersebut tidak dikunci. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat pria itu tengah onani sambil mendesah.
Kedua mataku terbelalak kaget. Aku terdiam ditempat dan tak dapat mengalihkan pandangan dari Jungkook yang sedang orgasme tersebut. Bisa kulihat seberapa besar 'anu' nya saat dalam kondisi tegang, bruh iru sangat panjang dan ber-urat.
Tak terhitung berapa detik aku disana dan sesaat kemudian akhirnya dari ujung kemaluan pria itu tersembur cairan putih yang bercucuran ke lantai dan mengalir bersama air sabun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Your Body!
FanficDulu, Jimin sempat mengalami pelecehan seksual terhadap tiga orang cowok teman sekelasnya disaat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak saat itu ia kini anti dengan segala pergaulan luar dan menghindari semua orang, tak terkecuali kedua oran...