Jogja

65 13 0
                                    


Hyunjin ngehela nafas nya kasar, tangan kiri nya tergerak buat ngelap bulir keringat yang membasahi kening nya.

"Tck kalo gini mah tadi aku gk nolak tawarin Jusuf buat bantu beresin barang." Gumam Hyunjin

Sekarang, dia lagi sibuk pindahin baju dari koper nya ke lemari. Pandangan nya teralih sama satu  figura foto yang entah kenapa bisa terselip di dalam koper.

Disana, ada foto Hyunjin, ayah, ibu dan adik kembar nya. Hyunjin tersenyum masam. Foto sembilan tahu lalu itu tanpa sadar buat hyunjin ngebuka luka lama nya.

Foto yang diambil tepat pada saat ia dan sang saudari kembar lulus sekolah dasar.

Hyunjin melirik sosok ayah yang saat itu tengah merangkul sang ibu, sebelah tangan nya menggenggam tangan nya dan sang saudari kembar. Senyum mereka cerah, bahagia.

"Aku kangen sama kalian." ujar Hyunjin seraya mengusap figur ibu nya dan kembaran

Larut dalam lamunan, ketukan pintu membuat semua nya buyar. Hyunjin ngelangkahin kaki nya kedepan pintu kamar.

Saat pintu di buka, Hyunjin dapati sosok pria yang tengah tersenyum ramah. Di tangan pria itu, ada sepiring pisang goreng yang masih hangat.

"Ha-hallo, ada apa ya?" Tanya Hyunjin

"Hallo, kenalin aku Chandra, tinggal disebelah kamar mu." Balas nya sambil ngulurin tangan

Hyunjin langsung balas juluran tangan itu sambil beri senyum ramah.

"O-oh mas Chandra. Aku Nanta mas."

Pria itu mengangguk. Tak lama, tawa sosok yang ada di hadapan Hyunjin pecah.

"Aduh perut ku iso sakit kalo liat muka tegang mu terus terusan, kalem aja Nan."

Hyunjin menggaruk bagian kepala nya yang tak gatal sambil ikut tertawa canggung. Sebenarnya, Hyunjin bukan tipe orang yang pandai membuka pembicaraan, dia juga buka tipe yang mudah berbaur dengan orang baru. Jadi wajar, sikap nya agak kaku bahkan terbilang canggung.

"Oh iya, ini, aku tadi dibawain pisang goreng. Masih anget, kamu makan ya—

dan kalau kamu butuh apa apa, bisa bilang sama aku, gak perlu canggung. Santai aja."

Hyunjin terima uluran sepiring pisang goreng itu, lalu berucap terimakasih.

Orang yang tadi mengaku sebagai tetangga kamar nya langsung undur pamit dengan alasan ada kelas sore.

—hari pertama nya di Jogja gak terlalu buruk, bahkan terbilang baik. Jauh lebih baik dibanding jika ia tetap berada di Jakarta.

"Benar kata ibu dulu, sejauh apapun aku pergi dan menetap di tempat lain. Tempat kita lahir adalah tempat terbaik. Jogja rumah terbaik."
















TbcTjiaaaaaaNext?voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Tjiaaaaaa
Next?voment

LDR-Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang