"A dancer dies twice — once when they stop dancing, and this first death is the more painful.”🖤🖤🖤
Alice berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari sekolah. Dengan tangan membawa beberapa kado, hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 18 tahun.
Senyuman masih terukir di wajah cantiknya itu, ia masih dapat mengingat betapa manisnya teman-temannya yang memberi surprise ulang tahun padanya tadi siang. Sebelum pulang ke rumah, Alice berniat untuk mengunjungi sanggar balet nya.
Selain pelajar, Alice merupakan penari balet yang cukup berbakat. Bahkan ia telah memenangkan banyak perlombaan. Tak hanya lomba dari sanggar nya, ia juga sering mewakili sekolahnya untuk lomba, Hal itu membuat dirinya selalu dihargai saat disekolah maupun di lingkungan sekitar rumahnya.
Dan hari ini para teman-teman balet nya meminta untuk datang ke sanggar, Alice sempat berfikir mereka akan melakukan hal yang sama dengan teman sekolahnya. Senyumnya pun semakin mengembang.
Untuk saat ini, diri nya merasa cukup. Ia bahagia dengan keadaannya saat ini.
Sesampainya di sanggar, ia membuka pintu cokelat tua itu dengan perlahan.
Tak ada siapapun selain dirinya, tapi tanpa takut Alice tetap melangkah menuju ruang latihan. Karena ia tahu apa yang akan terjadi.Bohong kalau seseorang ulang tahun dan ia tidak menyadari keanehan yang dibuat oleh teman atau keluarganya. Begitu juga dengan Alice, ia tak berharap sebenarnya. Tapi hal itu memang terus terjadi setiap tahun. Ia mulai melangkahkan kaki menuju lantai atas.
Tapi begitu akan menaiki tangga, tiba tiba saja kaki nya terasa kaku. Alice spontan memegang pinggir tangga, kaki nya benar-benar tak bisa di gerakkan. Alice berusaha sekuat tenaga untuk tetap menggerakan kedua kaki nya. Ia sangat takut.
Entah berasal darimana, angin menerpa wajahnya. Mengakibatkan rambut cokelat panjang nya berkibar. Reflek, Alice memejamkan mata.
Alice membuka mata nya ketika merasa angin itu sudah tidak menerpa wajahnya, tapi tiba-tiba pandangannya berubah. Bukan lagi gedung sanggar nya, melainkan sebuah pohon dengan daun merah muda. Alice tampak tak asing dengan semuanya, walaupun ia tak tahu sekarang berada dimana. Gadis itu menepuk pipi nya sendiri untuk membuktikan kalau ini hanya mimpi, tapi ternyata ini nyata.