2. Mi Casa

12 2 2
                                    

"This place probably mi casa"

🖤🖤🖤

Alice membuka mata nya dengan sedikit paksa, bahkan ia langsung bangkit dari posisi tidur nya. Matanya melihat sekeliling, memastikan bahwa tak ada manusia bersayap itu, dan memastikan bahwa ia masih berada di dunia nya.

Ia mendapati Jung yang tertidur di kursi yang berada di Samping ranjang nya. Sadar dengan pergerakan Alice, Jung pun ikut terbangun. Alice spontan memeluk sosok itu.

"Jung! Aku ta-kut" katanya, ia benar-benar mengeratkan pelukannya. "Tak apa, kau aman sekarang" Jung berusaha menenangkan Alice. Alice masih ingat detik-detik mobil itu menghantam tubuhnya, juga ia ingat wajah yang di lihat sebelum kesadaran nya hilang.

"Syukurlah kau sudah sadar Alice" ucap Jung tersenyum. "Berapa lama kau disini? Maaf aku merepotkan mu" tanya Alice, "eum.. semalam" jawab Jung, "tidak apa-apa, kau tidak merepotkanku. Sungguh" lanjut Jung dengan cepat. Alice pun tenang mendengarnya.

"Tunggu, bagaimana kau tahu rumahku?" Tanya Alice, setahunya ia tak pernah memberi tahu tempat tinggalnya pada siapa pun. "Oh itu.."

"Tadi ada seseorang, ia bilang tahu tempat tinggal mu. Padahal tadi aku akan membawamu ke rumah sakit, tapi kata orang tadi kau tak perlu dibawa kerumah sakit, ia akan menelfon dokter untuk datang kerumahmu." Jelas Jung dengan ragu.

"Anehnya, aku percaya begitu saja. Padahal luka mu cukup parah, tapi syukurlah kau ternyata tidak apa-apa." Lanjut nya. Alice lalu menatap tubuhnya, benar saja. Tangan dan kaki nya begitu banyak luka. Tapi ia bersyukur, padahal mobil itu lumayan keras menabraknya. Tapi ia masih hidup.

'Aresh..'

"Dimana orang itu?" Tanya Alice panik. "Entah lah, mungkin kerumahnya. Katanya dia tetangga mu" jawab Jung. Mata Alice membesar, tetangga?

Alice tak dapat membayangkan jika ia benar bertetangga dengan mahluk aneh itu. "Ah, sepertinya sudah siang. Aku harus pulang dulu Alice. Kau tak apa ku tinggal? Nanti aku akan bilang pada Yera untuk menemanimu" Tanya Jung pamit.

Alice sebenarnya takut jika ditinggal sendiri, tapi seperti nya Jung sudah berada disini sejak malam. Jadi ia pun harus merelakan dirinya sendiri disini. "Iyaa, tidak apa-apa. Terima kasih sudah menemaniku" balas Alice.

Alice menghela nafasnya, sejak kepergian Jung, ia sangat bosan. Alice pun larut dalam lamunannya, kepala nya begitu pening karena memikirkan banyak hal.

Bunyi jendela yang terbuka membuat lamunan Alice buyar, ia panik begitu matanya menemui sosok yang sangat ia hindari. Laki-laki bersayap itu membuka jendela nya. Dengan cepat, Alice beranjak dari ranjangnya untuk pergi dari kamar itu. Tapi ternyata ia terjatuh, akibat kaki nya yang sangat sakit saat di gerakkan.

Aresh pun dengan cepat menghampiri Alice yang msih berusaha untuk berdiri. Saat Aresh semakin mendekat, tangis nya pecah. Alice sangat ketakutan. "Kumohon, jangan mendekat" Alice memohon, Aresh pun tak tega melihat Alice yang selalu ketakutan saat melihatnya.

"Tenanglah Pyralice, aku hanya ingin membantumu. Aku janji tidak akan menyakitimu" ucap Aresh terliht tulus. Kaki nya berjalan perlahan mendekati Alice. "Aku janji" bisik nya.

Alice hanya pasrah, kaki nya sangat sakit. Bahkan tak bisa di gerakkan. Mati rasa. Aresh mengangkat tubuh Alice ke atas, dan menempatkannya di ranjang Alice. Setelah nya Aresh pun duduk di kursi yang tadi di duduki Jung. Setelah tenang, Alice pun mulai memberanikan diri untuk bertanya. "Apa mau mu?" Lirih Alice, ia masih tak mau menatap Aresh. "Aku ingin menjemputmu" jawab Aresh.

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang