3. Deja Vu

11 2 3
                                    


🖤🖤🖤

Alice mengamati dunia yang baru ia datangi kembali, "kita akan menuju kerajaan" ucap Aresh. Setiap kali Aresh berbicara, membuatnya tersadar bahwa ia masih berada di pelukan laki-laki itu. Ditambah jarak mereka yang sangat dekat, ini tidak baik bagi Alice.

Sesampainya di bangunan putih itu, Aresh akhirnya menurunkan Alice. Mereka berdua berjalan menuju pintu istana. Dan tentu saja mereka disambut oleh para pengawal kerajaan.

"Bukankah kita hanya penjaga? Kenapa kesannya istimewa sekali?" Tanya Alice. "Kita bukan hanya sekedar penjaga" seperti biasa, jawaban Aresh tidak memuaskan. Maka Alice memilih untuk bertanya nanti saja agar lebih jelas.

"Ratu sebentar lagi datang, bersikaplah seperti dirimu yang dulu" bisik Aresh tepat di telinga Alice yang membuat gadis itu terkejut sekaligus merinding. 'mana aku tahu sikapku yang dulu, bodoh' ingin rasanya berteriak seperti itu pada Aresh. Tapi ia memilih untuk diam saja karena baru saja tiba dan tidak ingin membuat keributan.

"Selamat datang kembali Pyralice Dyvette" suara anggun itu membuat semua menundukan tubuhnya, Alice yang tak mengerti pun hanya mengikuti. Ditambah lagi tatapan Aresh yang menyuruhnya untuk mengikuti. "Dan juga untukmu Aresh Keenan" Alice mengakui, sang ratu masih sangat cantik walaupun ia yakin usia nya sudah tidak muda lagi.

Bahkan suara langkahnya saja anggung, Alice tak mengerti kenapa wanita itu bisa hanya turun dari tangga dengan begitu indahnya.

Tatapan nya yang tajam namun lembut, aura nya yang begitu kuat tapi tetap anggun, dan suara nya yang begitu halus. Membuat Alice merasa rendah diri, padahal biasa nya ia lah yang nomor satu saat disekolahnya.

Alice benar-benar tak dapat berkutik ketika dihadapan sang ratu, entahlah Alice merasa dirinya sangat berbeda.
"Aresh, kau bisa antar Pyralice ke kamarnya atau kau juga bisa mengajaknya berkeliling" ucap Larena, sang ratu.

"Dan jangan lupa, besok kalian akan kembali latihan. Aku memiliki tugas untuk kalian" lanjutnya tegas. Baiklah, nyali Alice menciut. Ia mengurungkan niatnya untuk memaki sang ratu. Jangankan memaki, menjawab ucapannya saja Alice rasanya sudah mati kutu.

Setelah mendapat izin, Aresh mengajak Alice untuk melihat sekitar agar Alice kembali terbiasa.

"Kenapa kau diam saja?" Tanya Aresh, Alice pun menoleh. Ia menghela nafasnya, "entahlah, aku--"

Ucapannya terhenti ketika melihat sebuah foto dengan bingkai emas dengan ukuran besar. Tiba-tiba saja ia merasa deja vu, "itu foto terakhirmu dulu bersama kami" ucap Aresh menjelaskan.

"Sebenarnya.."

"Sebesar apa kesalahanku?" Tanya Alice dengan mata yang menatap Aresh sangat dalam, berharap Aresh memberi jawaban yang memuaskan.

Aresh menghembuskan nafas pelan, "sangat besar.." Alice sudah menduga nya, "istirahatlah, kamarmu ada di ujung sana." Aresh berusaha mengalihkan tangannya menunjuk ke kiri mereka. "Bagaimana jika aku membutuhkanmu?" Tanya Alice yang membuat Aresh menoleh dan tersenyum singkat. "Jadi kau membutuhkanku juga?" Tanyanya.

"Tentu saja, karena kau yang membawaku kesini" balasnya sembari menutar bola mata, kedua tangan nya ia lipat. "Jiwa ratumu memang sangat melekat ya" Aresh terkekeh. Alice pun menaikan sebelah alis nya, "lupakan saja, dan jangan tanya latihan besok karena kau akan tahu sendiri" lanjutnya, baru saja Alice akan menanyakan hal itu tapi Aresh sudah menjawabnya duluan.

"Terserah, sudahlah aku ingin istirahat" Alice berniat untuk meninggalkan Aresh, "baiklah, istirahat yang cukup" balas Aresh. Alice tak menjawab lagi dan langsung melangkah dengan anggun.

Aresh pun sedikit terkekeh, walau banyak sekali perubahan pada Alice, ia tetap senang. Setidaknya ia mendapatkan patner nya kembali, meski Aresh harus terbiasa dengan sifat baru Alice.

🖤🖤🖤

Alice sejak kecil tak pernah merasakan hangat nya keluarga, kata Eun Ahjumma -- orang yang merawatnya sejak kecil-- kedua orang tua nya mengalami kecelakaan saat dirinya masih sangat bayi.

Ternyata alasan itu tidak benar karena nyatanya Alice memang tidak pernah memiliki orang tua. Alice tak tahu apakah ia yang dulu memiliki orang tua atau tidak.

Tapi sejak usia nya 16 tahun, Eun Ahjumma membiarkan Alice tinggal sendiri. Alice pun tak masalah saat itu, lagipula ia jadi memiliki kebebasan. Walupun Eun Ahjumma memang setiap seminggu sekali masih tetap mengunjunginya sesekali, Alice jadi merindukannya. Karena selama ini hanya Eun ahjumma yang menjadi orang tua nya asuh nya.

Tentu saja Alice merasa sedih karena kenyataannya, ia tak memiliki keluarga. Tapi jika mengingat Aresh, ia tak merasa lagi sendiri. Alice merasa bahwa Aresh memang satu satu nya yang selalu bersama sejak kecil walaupun Alice benar-benar tak dapat mengingatnya.

Alice merebahkan dirinya di kasur, ia menatap sekeliling kamarnya. Sempat terbesit dipikirannya untuk melarikan diri dari tempat ini, tapi Alice sadar itu bukanlah hal yang dapat dilakukan olehnya. Alice benar-benar rindu dengan kehidupannya sebagai manusia biasa, dimana ia memiliki banyak teman, dapat bermain sebebasnya, dapat menari sesuka hatinya, ia juga rindu di tatap penuh ke iri an oleh perempuan lain saat mata para lelaki menatapnya.

Ia tak mau munafik, semua orang pasti pernah menginginkannya. Semua pasti senang jika mendapat pujian. Dan disini, Alice merasa ia tak lagi mendapatkannya.

Satu hal yang membuatnya terpukul lagi, ketika mengetahui kenyataan bahwa dirinya tak lagi dapat menari seperti dulu. Padahal sejak kecil menari adalah hidup baginya, Alice sangat menyukai nya. Mengingat itu, membuat mata Alice berkaca-kaca.

Tapi ketika mendengar gesekan gorden di jendela kamarnya, Alice buru-buru menghapus air matanya. Alice memang segaja membuka jendela untuk membiarkan udara sejuk masuk ke kamarnya, jadi ia hanya menutup gordennya.

"Apakah sudah menjadi kebiasaanmu masuk melalui jendela?" Sinis Alice ketika melihat Aresh yang sudah masuk ke kamarnya dan berdiri di depan jendela. "Memang kalau aku masuk dari pintu kau akan membuka nya?" Aresh tersenyum singkat.

Alice hanya mendengus pelan, "sudahlah, ada apa kau kesini?" Alice sepertinya memang benar-benar tidak suka basa basi. "Kenapa kau belum tidur? Besok kita akan latihan" Aresh malah balik bertanya. "Belum ingin" jawab Alice, "Dan sekarang aku ingin tidur, kau bisa keluar lewat pintu" lanjutnya sekaligus mengusir Aresh.

"Aku tahu kau belum ingin tidur, ayo sedikit mengobrol, aku ingin mengenal kau yang baru" Aresh tersenyum. "Tidak ada yang menarik dariku" tolak Alice.

"Kalau kau tidak menarik, aku tidak akan bertanya."

🖤🖤🖤

To be continue..

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang