Happy Reading gays!!
*****
Malam nya, tepat pukul 19:00 WIB. Saat Alan dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobil yang di kendarai Alan karna sang papi lebih memilih duduk di bangku belakang di temani dengan I-pad di tangan nya.
Saat di perjalanan pulang,sang mami yang teringat kalau Bi minah,Art di rumah nya masih izin tidak masuk pun,meminta untuk mampir ke salah satu tempat makan yang menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam hanya untuk makan.
Alhasil kini, saat Alan kembali melajukan mobil keluar dari pelantaran parkir tempat makan. Waktu sudah menunjukan pukul 20:30 WIB. Untung tadi Alan bobo siang. Jadi gak ngantuk banget nyetir nya karna terlalu bosan.
Dan kini,Alan yang sedang menyetir dengan sang mami di samping kirinya,sedang sang papi di kursi belakang, harus di buat jengkel karna harus rela di serbu dengan pertanyaan-pertanyaan dari mami nya yang dia yakin tidak ada habis nya itu.
"Gimana sekolah kamu Lan? anak mami nggak akan nakal kan? nilai kamu gimana? terus di sekolah kamu sering telat nggak masuknya?berangkat sekolah bareng Chaca terus kan kamu?"
Terang saja,sang mami memang akan selalu begini padanya saat baru saja pulang dari perjalanan nya bersama sang suami. Hal itu karna Alina tidak mau ketinggalan berita sedikit pun tentang anak nya hanya karna terus mememani perjalanan bisnis sang suami.
Berbeda dengan sang papi, Sandi lebih bisa menutupi raut rindu pada sang anak di wajah nya seperti sekarang ini, Sandi yang sudah sibuk dengan I-pad nya di kursi belakang mengabaikan raut jengkel sang anak yang terus saja di cerca pertanyaan oleh sang istri.
"Mi, udah kek nanya nya, Alan kan lagi nyetir nih. Kudu fokus."
Alina mendelik jengkel pada sang anak, tak urung dirinya langsung saja mengantupkan bibir nya kesal. Emang ya,Alina tu serba salah,cuek di kira ada masalah,giliran gak cuek mala di suruh diem. Dasar!
"Lan,bener kamu besok malam mau tanding basket?" Sandi yang sendari tadi diam di kursi belakang mulai bertanya pada anak semata wayang nya ini. Memecahkan keheningan yang terjadi saat sang istri memilih diam akhirnya.
Alina yang mendengar pertanyaan sang suami barusan langsung menoleh pada sang putra di sampingnya.
"Loh kamu mau tanding nggak ada kasih tahu mami tuh,kamu nggak ada niatan minta restu ke mami gitu?!" sinis Alina pada Alan.
"Iya pi jadi,tapi tanding nya sih sore,malemnya Alan mau langsung main sama temen. Doain aja ya. Semoga menang." Alan menjawab pertanyaan papi nya tadi,menghiraukan perkataan sang mami.
"Loh apa gak cape,abis tanding langsung main?" Tanya Sandi heran
"Gak pi,ada acara sebentar doang kok. Abis itu pulang" jawab Alan
"Ih,Alan gitu ya sekarang sama mami. Mami dari tadi ngomong di cuekin,giliran papi ngomong langsung di jawab tuh" akibat gondok dengan sifat sang anak,Alina gemas memukul pelan bahu sang anak yang sedang fokus menyetir.
"Ih mih,bahaya. Alan kan lgi nyetir" protes Alan,tapi setelahnya kekehan muncul di bibir Alan saat melihat muka sang mami yang tengah merajuk. Imut. Pantes papi nya betah.
"Biari aja!kamu mau durhaka sama mami kamu? minta doa ke mami dulu,abis itu baru ke papi. Ini malah ke balik!" Dengus Alina yang di balas tawa sang anak dan kekehan sang suami.
Sandi yang melihat interaksi sang istri dan anak hanya dapat menggelengkan kepala pelan,bersyukur bahwa perjalanan bisnis nya dengan sang istri tidak membuat adanya jarak antara dirinya dengan sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calysta
Teen FictionCalysta,gadis berusia 17 tahun harus di buat bingung dengan jalan hidupnya. Di tuntut untuk menerima sebuah perjodohan yang sudah orang tuanya siapkan. Bertambah rumit saat dua orang pria dengan status sosial yang setara mulai memperebutkan hati Cal...