01. Bapak-Ibu Guru

53 3 1
                                    

Kringggggg...

Aku lagi males. Iya. Seperti biasa, jam tujuh lewat limabelas, para guru mulai on the way kekelas mengajar masing-masing. Aku juga sama, lebih tepatnya menyiapkan diri dari kemalasanku karena hari ini jadwal mengajarku full sampai sore. Ga bisa leha-leha di kantor, menikmati wifi sekolah sambil mendengarkan podcast horror mizter popo yang selalu menemaniku sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Beberapa guru sudah mulai hilang satu persatu, sampai akhirnya Pak Suho nyolek kepalaku "Heh! Ngajar sana!!" Dan tangannya sekarang udah siap buat jitak kepalaku. Tanpa banyak ba-bi-bu aku langsung lari terbirit-birit, menuruni tangga dengan sepatu kantor ber-hak. Berjalan cepat, dan akhirnya sampai lah aku ke depan kelas.

"Ibu aurel..." goda Hendery saat melewatiku..dan "Adawww ibuuuuu!! Kejam banget sih!!??" Teriaknya gaduh sampai-sampai beberapa murid berbaju olahraga yang sedang berlalu menuju ke lapangan menatap geli kami berdua.

"Nama sayaa Lolita.. bapakkkkk" sahutku sambil menyubit kecil lengan putihnya itu.

"Ah...aaa.. woe sakit bego"balasnya pelan.

Jadi sebenarnya kami berdua ini teman dekat sekaligus sekampus, sekomplek tapi untungnya beda blok yang sayangnya sama-sama keterima jadi guru di sekolahan ini. Emang takdir ku jelek banget kali ya... hm, sekarang malah se-rekan kerja sama manusia empat dimensi macam Hendery yang sayangnya termasuk menjadi salah satu guru paling di idolakan siswi sekolah ini. Karena sekarang berada di satu tempat mengajar, mau gak mau aku dan Hendery selalu jaga-jaga sikap. Tapi terkadang juga suka kelepasan saat becanda-becandaan di ruang guru atau malah pas lagi di sekitaran kelas. Bahasa kebun binatang dan bahasa kasar-kasar lainnya yang sering kami ucapkan terkadang juga lolos gitu aja, lalu pada akhirnya kami berdua sering di panggil Pak Suho buat diceramahin. Tapi ya gitu, namanya juga Loli dan Hendery.. begitu terus sampe Pak Suho gak ngerti lagi mau ngasi kita hukuman apa.

"Anak anang sama krisdayanti kan.. aurel... dipanggil Loli... Loli... gue azriel" begitu terus gurauannya dari zaman Anang cerai sama Krisdayanti sampe jadi guru.

"Babi lo!" Bisikku pelan tepat di telinganya yang hampir aku gigit, kemudian bergegas masuk kedalam kelas yang ributnya udah sebelas duabelas mirip sama arisan RT komplek rumahku. Saat aku duduk di kursi depan khusus guru, seketika ruangan senyap. Para remaja-remaja yang tadinya sibuk bergosip ria, bernyanyi sambil memukul meja bahkan ada yang sampai tidur-tiduran di atas meja...sekarang sudah dalam keadaan normal.

Bukan mau sombong sih sebenarnya.. tapi emang siswa siswa disekolah ini pada takut semua denganku. Mereka gak berani macam-macam. Aku terkenal jadi guru killer. Guru biologi yang kalo lagi bersabda sambil mencak-mencak bakal bikin murid-murid disini pada nangis. Selain itu, mulutku juga terkenal sepedas kuah pop mie pedas gledek yang kalo salah telan dikit udah bikin orang-orang hampir mati.

Beberapa bibit cabe-cabean disekolah sudah aku atasi juga dan sekarang malah paling rajin ke masjid.. ya sekalian modusin Pak Kun juga sih sebenarnya. Tapi ya gapapa lah, buat perubahan kearah yang lebih baik.

Selesai menandatangani jurnal serta membaca beberapa nama-nama siswa yang tak masuk hari ini, aku membuka buku cetak Biologi kelas sepuluh "Ada PR kan?"

"Ada bu!" Jawab seorang siswi barisan paling depan dan jawabannya mengundang keluhan siswa lain.

"Yaudah, PR nya di kumpulkan pas jam selesai aja" karena lagi berbaik hati, secara tak langsung aku mempersilahkan muridku untuk menyontek atau mengerjakan PR nya terlebih dahulu. Ya... killer-killer begini juga pernah jadi murid SMA, ngerti banget lah aku sama kelakuan mereka.

"LKS kita sisa berapa halaman lagi?"

"Sekitar 14 halaman lagi bu!"

"Oke.. kita ngerjain itu aja ya.. minggu depan ibu kasi kisi-kisi ujian semesternya"

A Plus Tàrd!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang