Alex kali ini pulang sendiri, karena ayahnya yang pergi duluan untuk menjumpai raja. Sedangkan Uraca sudah pulang duluan orang tuanya
Ia berjalan dengan santainya di kota, sembari melihat kesana sini. Ia melihat sebuah toko kue, tapi dirinya sadar karena tak punya uang, dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Di saat ia melewati sebuah gang, dia berhenti dan melihat seorang wanita muda sedang di ganggu oleh lima orang preman.
Wanita itu di pegang kedua tangannya oleh dua orang, sedangkan yang sisanya menggodanya.
Alex masih hanya melihat dengan hanya lirikan. Wanita itu melihat ke arahnya, lalu air matanya keluar.
Alex melanjutkan perjalanannya lagi. Perempuan terkejut namun hanya bisa pasrah.
Tapi ternyata Alex tiba-tiba berlari kembali dengan membawa sebuah botol di tangannya.
Salah seorang preman itu menyadarinya dan bersiap menghadangnya.
Tapi ia berlari sekuat tenaga, dan pada saat ia tepat di depan preman itu ia langsung melompat ke dinding gang itu dan mendarat di dinding dengan kakinya.
Lalu ia melompat ke arah para preman itu. Alex memukul orang pertama di bagian kiri wajahnya dengan botol itu hingga pecah. Percikan darah terbang kemana-mana.
Setelah itu dirinya langsung menusuk muka orang yang berada di kiri wanita tersebut dengan pecahan botol di tangannya.
Lalu Alex langsung menendang kaki orang yang di kanan hingga terjatuh kedepan, dan menancapkan pecahan botol yang di tangannya itu ke bagian belakang leher preman tersebut.
Wanita yang ditolongnya itu tak bisa berkata-kata dan jatuh terpuruk di lantai. Ia melihat mayat-mayat para preman itu dengan keadaan yang mengerikan.
Dua orang preman lainnya melarikan diri. "Awas saja kau bocah kecil!!!".
Alex yang mendengar itu tidak memperdulikannya. Ia berjalan ke arah wanita tadi.
Wanita itu melihat ke arah Alex yang mengulurkan tangannya. Di wajahnya terdapat banyak bercak darah. Ia pun mengambil sebuah sapu tangan dari tasnya, dan mengelap wajah Alex.
Alex mengajak wanita itu untuk mencuci bercak darah yang ada di bajunya, dan mereka pergi ke sebuah toilet umum.
Setelah selesai mereka duduk sebuah bangku yang ada di sana. Lalu saling berbicara.
"Tante tak terluka kan? ".
" Tante? Umur ku masih 18 tahun lho!, panggil aku kakak saja, karena namaku Ruri, panggil Kak Ruri aja"
"Baiklah kalau begitu aku pergi"
"hah?, gak perlu buru-buru, bagaimana kalau kakak traktir kamu makan dulu"
Alex yang mendengar hal itu, matanya langsung berkilauan karena sangat senang.
"Beneran gak apa apa nih?" Tanyanya.
"Gak apa kok." Balas wanita itu.
Setelah itu mereka langsung pergi ke sebuah restoran yang ada di dataran tinggi kota itu.
Pemandangan yang indah di sertai teriknya matahari membuat kota terlihat berkilau dari atas sana.
Alex yang makan dengan lahapnya. Wanita itu hanya melihat ke arahnya.
"Oh iya, namamu siapa? " tanya wanita itu".
"Panggil saja Alex" kata Alex dengan mulut yang penuh.
Wanita itu penasaran kenapa Alex biasa saja setelah membunuh orang orang itu, dan menanyakannya.
"Mereka penjahat jadi ku tidak begitu merasakan sesuatu". Jawab Alex
"Ja-jadi begitu ya~".
Alex kemudian bertanya kepada Ruri kenapa ia bisa di tahan oleh para penjahat itu.
Ruri mengatakan kalau ia sedang berjalan di kota untuk mencari seseorang.
"Siapa orang itu?". Tanya Alex penasaran.
"Dia adalah ayah angkat ku, dia bekerja sebagai salah satu Servant kerajaan", Kata Ruri.
Alex yang sedang melahap makanan seketika terhenti dengan wajah terkejut.
"Kenapa dengan mu? "
"Gak apa-apa kok"
"hmmm?"
Setelah selesai makan Alex berterima-kasih ke Ruri lalu ia lanjut pulang.
Alex kepikiran tentang Servant yang dikatakan oleh Ruri tadi, ia sering mendengar para tetangga yang sering mengatakan hal itu.
"Liat tuh si Serv-, tidak si anjing kerajaan yang meninggal anak berbahaya seperti itu di rumah"
Suara-suara yang hampir tiap pagi ia dengar.
Setelah Alex sampai di rumah ia langsung naik ke kamar dan melihat sebuah kertas kosong di atas kasur dan ia langsung tau kalau ayahnya itu tidak akan pulang beberapa hari.
Ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Tapi ia tiba kepikiran tentang pertanyaan Ruri tentang perasaan ia ketika membunuh tadi.
Ia pun bangun dan mengambil segelas air, dan duduk menghadap ke jendela.
Sambil menghela nafas ia berkata "Perasaan ya?, sepertinya aku tak memilikinya".
______________________________________
Chapter 4 End
Words = 676
KAMU SEDANG MEMBACA
-<(This False/True)>-
ActionKekuatan adalah yang diinginkan seluruh orang, dan Power Crsytal adalah jawaban dari semua itu. Burning Power School, sebuah sekolah asrama yang menyediakan Power Crsytal bagi para anak yang memiliki bakat, namun sebenarnya sekolah tersebut adalah n...