5 - Bandung

3 0 1
                                    

Hari ini hari Senin. Angkasa bangun lebih awal dari biasanya dikarenakan hari ini Angkasa telah resmi menjadi siswa SMA Cendrawasih. Selama 3 tahun Angkasa akan menghabiskan hari-harinya di SMA Cendrawasih. Entah bagaimana nanti nasib Angkasa sekolah didaerah Bandung. Nyaman tak nyaman ya harus nyaman.

Setelah sarapannya tadi bersama dengan Oma dan Opa nya, Angkasa bergegas menuju sekolahnya. Menghindari telat, masih anak baru soalnya. Mungkin jika sudah berbulan-bulan Angkasa sekolah di SMA Cendrawasih, Angkasa akan berulah lagi. Kebiasaannya selama sekolah di Jakarta. Bedanya saat di Jakarta masih ada Matahari dan Langit, patner jail. Tetapi di Bandung tak ada mereka, hanya ada GALAKSI. Perkumpulan yang Angkasa buat 2 minggu belakangan ini.

Dengan santainya Angkasa berjalan dari parkiran menuju kelasnya yang sudah ditentukan. Banyak pasang mata yang memperhatikan Angkasa, terutama kaum hawa.

" Kasep pisan euy! "

" Dia mah kayanya anak orang Jakarta. Liat aja atuh gayanya bukan anak Bandung, gayanya Jakarta pisan. "

" Orang Jakarta atuh kasep-kasep dibanding orang Bandung. "

Bisikan dari dua siswi itu terdengar langsung oleh telinga Angkasa, Angkasa tersenyum jail. Terlintas ide gila dipikiran Angkasa.

Angkasa tersenyum kepada dua siswi tersebut. " Ganteng ya gue sampai kalian ngomongin gue? " tanya Angkasa jail.

" Mau gak kalian jadi pacar gue? " tanya Angkasa sekali lagi. Sifat jail Angkasa bertambah parah sekarang.

Dua siswi itu tersenyum penuh harap lalu menggangguk. " But, in your dream! " kata Angkasa lalu tertawa. Belum satu jam Angkasa berada di SMA Garuda, dua siswi polos sudah terkena jebakan jail Angkasa.

Saat ini Angkasa sudah berada didalam kelasnya, X IPA II. Duduk bersama Albantani bukan lah hal yang buruk. Angkasa sudah kenal Albantani sedari dulu, bahkan sekarang Angkasa dan Albantani memimpin perkumpulan GALAKSI.  Kebetulan rumah Albantani tak jauh dari rumah Oma dan Opa Angkasa.

Ketika teman-teman kelas Angkasa sibuk menuju lapangan untuk melaksanakan upacara, Angkasa malah dibuat sibuk mencari keberadaan rooftop. Saat sedang berjalan mencari keberadaan rooftop sekolah, Angkasa tak sengaja melihat seorang gadis yang menurutnya gadis itu panik, entah apa sebabnya.

Karena penasaran langsung saja Angkasa menghampirinya. " Lo kenapa? Kebelet boker ya? " tanya Angkasa jail. Gadis itu menatap Angkasa dengan tatapan yang susah diartikan.

" Gue lupa bawa topi bukan lagi nahan boker, makanya gue panik. " jawab gadis itu. Angkasa hanya menggangguk.

" Lebay. Gak bawa topi ajak panik. "

Kesal, itu lah yang dirasakan seorang gadis yang berdiri tepat dihadapan Angkasa. " Ini pake topi gue aja. " kata Angkasa menawarkan.

Gadis yang Angkasa tak tahu namanya pun kebingungan. " Kalo gue pake topi lo nanti lo bisa dihukum kalo gak pake topi. "

Angkasa terkekeh kecil. " Gue hari ini gak ikut upacara dulu. Lo jangan bilang-bilang yah. " ucap Angkasa sambil memberikan topinya kepada gadis itu.

" Kalo lo ketauan gak ikut upacara bisa dihukum. " cegah gadis itu sambil mengambil topi yang Angkasa berikan.

Angkasa mengembuskan nafas, berbicara dengan cewek Bandung rumit ternyata. Terlalu taat kepada aturan, itu kata Angkasa. " Gak ikut upacara sekali gak buat gue dihukum. Lagian gue baru kelas sepuluh. Guru ataupun osis juga gak akan ngenalin gue dan ada atau gak ada keberadaan gue dibarisan upacara pun gak akan berpengaruh. " ujar Angkasa lalu berjalan, masih mencari keberadaan rooftop.

" NAMA LO SIAPA? KELAS BERAPA? NANTI GUE BINGUNG BALIKIN TOPI LO KALO GUE GAK TAU IDENTITAS LO. " teriak gadis itu. Angkasa hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan gadis itu, sibuk mencari keberadaan rooftop.

Akhirnya gadis itu pasrah karena pertanyaannya tak dijawab oleh Angkasa. Lalu langsung bergegas menuju lapangan, takut dihukum.

***

Jam sebentar lagi menunjukkan pukul 07.00 tetapi Langit masih belum menjemput Matahari.

Memang Matahari dan Langit bersekolah ditempat yang sama, SMA Arwana. Ingin rasanya Matahari pergi duluan meninggalkan Langit. Tetapi Matahari masih tahu diri, untuk dijemput Langit saja sudah alhamdulillah.

Tak lama Langit pun datang. " Sorry Hari. Gue bangun agak telat tadi. " ucap Langit yang mengerti raut muka Matahari.

Matahari mengganguk. " Ayo, nanti kita telat. "

Setelah Matahari menaiki motor Langit. Langit langsung saja mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Tetapi tiba-tiba ditengah jalan Langit memberhentikan motornya ditepian jalan. Padahal jarak dari mereka berhenti saat ini dengan SMA Arwana sudah lumayan dekat.

Matahari mengerutkan kedua alisnya. " Kenapa berhenti? "

Langit menoleh kebelakang. " Kita harus balik kerumah gue dulu. Gue lupa bawa topi. " ucap Langit sambil mencengir.

" Kelamaan kadal kalo kita putar balik. Lo kira jarak dari rumah lo sama SMA Arwana dekat apa? " Matahari menghela nafas pelan.

" Lalu? "

Matahari tersenyum smirk. Seolah sudah tau apa yang dipikirkan Matahari, Langit terkekeh. Lalu mereka bertos.

Langit melanjutkan perjalanan yang tadi sempat tertunda, tetapi kali ini bukan dengan kecepatan yang tinggi melainkan kecepatan yang bisa dibilang rendah.

Matahari dan Langit sudah sampai, didepan gerbang SMA Arwana. Tetapi, sayangnya gerbang itu sudah ditutup. Seorang guru yang sedang berjaga pun menggelengkan kepalanya lalu membuka gerbang itu.

" Hari pertama sekolah sudah telat, baru kelas sepuluh pula! Kalian telat enam menit. Jadi, setelah upacara selesai kalian saya hukum. " ucap seorang guru lelaki paruh baya.

" SIAP PAK! " kata mereka lantang. Jika kebanyakan murid yang menyesal ketika akan diberi hukuman seperti ini, tidak dengan Matahari dan Langit. Sudah biasa diberi hukuman katanya.

Guru itu mengerutkan dahinya. " Kalian itu mau saya kasih hukuman bukan permainan, apa tidak ada rasa menyesal? " tanya guru itu sambil menggelengkan kepalanya.

Matahari mencengir polos. " Sudah biasa, Pak. "

" Dasar bad boy dan bad girls! " celetuk guru lelaki paruh baya itu.

" Kita bukan bad boy ataupun bad girls, Pak. "

" Kita juga bukan good boy ataupun good girls, Pak. "

" Lalu, kalian itu apa? " tanya guru itu.

" Kami? " Matahari dan Langit saling memandang.

" Manusia, Pak. "

Guru itu menahan tawanya setelah mendengar ocehan mereka ini. Sedangkan, Matahari dan Langit memandang guru itu aneh. Apa ada yang lucu dari perkataan mereka berdua?

***

Hai...
Matahari, Angkasa dan Langit kembali.
Jangan lupa divomment dan share ya dan tetap tunggu kelanjutan cerita Matahari, Angkasa dan Langit ya.
Sampai jumpa!

Minalaidzin walfaidzin teman-teman....

Salam,
Author.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang