3 - Tentang Langit

3 1 0
                                    

Langit Bima Adimanyu.
Lahir di Bandung dan besar di Bandung. Tetapi ketika Langit masuk SMP, ia pindah ke Jakarta.

Langit Bima Adimanyu, sosok yang paling ceria dan gila diantara Angkasa dan Matahari. Langit sama seperti Angkasa dan Matahari, sama-sama kesepian. Hanya bedanya keluarga Langit tak utuh seperti keluarga mereka.

Hanna Adimanyu, sosok Ibu Langit. Hanna sosok yang tegas dalam mendidik Langit. Sedari bayi Hanna merawat dan besarkan Langit sendirian, tanpa sesosok Ayah Langit.

Sampai saat ini Langit tak pernah kenal sosok Ayah. Ketika Langit bertanya kepada Hanna tentang Ayahnya, Hanna selalu marah.

" Bunda, Langit mau nanya? " kata Langit ketika Hanna baru saja pulang dari kantornya.

Hanna mengembuskan nafas, " Besok aja ya Lan. Bunda cape. "

" Bentar aja kok Bun. Setelah itu Langit gak akan ganggu Bunda lagi. " kata Langit memohon. Selalu seperti itu ketika Langit ingin berbicara sedikit pun kepada Hanna, Hanna selalu saja menolak dengan alasan lelah.

" Oke, Langit mau nanya apa? " ucap Hanna.

" Langit mau tau tentang Ayah, sedikit aja Bun. Seenggaknya Langit tau nama Ayah Langit siapa. Langit mohon Bun. " ujar Langit memohon lagi.

" Sudah berapa kali Bunda bilang kepada Langit, Ayah sudah meninggal. Langit tak perlu tau nama Ayah Langit, tidak penting! Sekarang Langit masuk kamar terus tidur! " gertak Hanna.

" Tapi Langit berhak tau nama Ayah Langit. Kalo Ayah sudah meninggal, tolong bawa Langit ke tempat Ayah dikubur Bun. " jawab Langit, matanya terlihat sendu.

" LANGIT MASUK KAMAR! " kata Hanna dengan tegas.

" Kenapa Bunda selalu nutupin Ayah ke Langit? Emang Ayah salah apa sama Bunda? " tanya Langit lagi.

" LANGIT, BUNDA BILANG MASUK KAMAR! " gertak Hanna kembali.

" Tolong Bun, kasih tau Langit. " kata Langit memohon lagi dan lagi.

" LANGIT SUDAH BERAPA KALI BUNDA BILANG, JANGAN TANYAKAN AYAH MU LAGI. AYAH LANGIT SUDAH MENINGGAL. SEKARANG LANGIT MASUK KAMAR! " ucap Hanna dengan nada tingginya itu.

" Yaudah kalo Bunda gak mau ngasih tau Langit tentang Ayah, Langit bisa nyari tau sendiri tentang Ayah langit. Maaf Bun. " ucap Langit sendu lalu pergi keluar rumah, entah itu kemana.

" LANGIT, MAU KEMANA KAMU? " teriak Hanna.

" LANGIT, DENGAR BUNDA TIDAK? LANGIT KEMBALI KE KAMAR! " lanjut Hanna.

Langit hanya diam. Lalu bergegas menuju rumah Matahari. Saat ini Langit sangat membutuhkan Matahari dan Angkasa.

Sesampainya dirumah Matahari, Langit mengetuk pintu depan. Tak lama pintu pun dibuka dan langsung disambut oleh gadis cantik nan lugu itu.

" Lan lo kenapa? " tanya Matahari khawatir. Langit tak menjawab hanya menatap Matahari dan langsung memeluk Matahari.

" Gue butuh lo, butuh Angkasa. " kata Langit pelan. Matahari membalas pelukan Langit, ia tau saat ini Langit sedang rapuh.

" Cerita sama gue, lo kenapa Lan? " tanya Matahari lagi. Lalu Langit melepaskan pelukan Matahari, tetapi masih menatap Matahari dengan tatapan sendu.

" Ayo masuk dulu Lan. " ucap Matahari mempersilahkan Langit masuk.

Setelah Langit duduk, Matahari mengambil minuman dan sedikit cemilan untuk Langit. Lalu Langit langsung menceritakan kejadian yang terjadi tadi bersama Bundanya.

" Mungkin Bunda lo punya alasan kenapa lo gak dikasih tau tentang Ayah lo. " ucap Matahari menenangkan Langit.

" Tapi gue juga berhak tau Ayah gue. Bunda seharusnya gak gitu, Bunda juga seharusnya tau gue juga butuh Ayah. " ucap Langit. Matahari hanya diam, bingung harus berkata seperti apa lagi kepada Langit. Andai disini ada Angkasa, pasti Angkasa akan menemukan solusinya.

Matahari tersenyum kepada Langit, " Udah Langit, gak usah sedih. Kalo Ayah Langit gak ada kan masih ada Hari dan Angka. "

" Makasih ya Hari. " balas Langit sambil senyum.

" Lan lo gak usah senyum. Itu digigi lo ada cabe. " ejek Matahari asal kepada Langit.

" Kurang aja ya lo. " jawab Langit. Matahari hanya tertawa lalu diikuti dengan Langit.

Tiba-tiba Abi datang, tampaknya Abis baru saja pulang dari kantor.

" Hari kenapa kamu belum tidur? " tanya Abi kepada Matahari. Matahari dan Langit reflek langsung berdiri.

Matahari hanya diam, " Gak papah. "

" Ini sudah malam seharusnya kamu tidur. Cowo ini siapa? " tanya Abi sambil menatap kepada Langit.

Matahari mengembuskan nafas kasar, " Hari udah berapa kali kenalin Langit sama Papah? Tapi setiap kali Langit atau Angkasa main kesini Papah selalu lupa. Langit dan Angkasa itu sahabat Hari, kalo Papah lupa. " ucap Matahari sedikit kesal kepada Abi.

" Tak penting bagi Papah, Langit atau Angkasa itu sahabat kamu. Yang penting sekarang kamu masuk kamar lalu tidur. " ujar Abi sedikit tegas.

" Langit dan Angkasa itu penting bagi Hari. Mereka itu selalu ada buat Hari. " balas Matahari kepada Abi lalu Matahari menarik Langit untuk pergi dari rumahnya.

" MATAHARI MAU KEMANA KAMU? SUDAH MALAM, CEPAT MASUK KAMAR KEMBALI DAN TIDUR! " teriak Abi. Tetapi Matahari tak menjawab semua ocehan Abi.

" Maaf ya Hari, gara-gara gue lo berantem sama bokap lo. " ucap Langit meminta maaf.

Matahari menatap Langit lalu tersenyum, " Bukan salah Langit kok. "

Langit Bima Adimanyu, kesepian dan kerapuhannya akan selalu menemaninya. Tetapi Matahari dan Angkasa akan selalu menghapus kerapuhan Langit. Kerapuhan Langit akan berubah menjadi kebahagiaan Langit.

Ini tentang Langit Bima Adimanyu bersama dengan kesepian dan kerapuhannya.

***
Hallo...
Tunggu aja ya kelanjutan cerita Matahari, Angkasa dan Langit.
Daripada kalian bosan karena #dirumahaja mending baca wattpad deh, hehehe. Sampai bertemu dichapter berikutnya ya...

Tentang Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang