Xavera chalista angelia. Gadis berumur 16 tahun dengan seragam abu abu yang masih melekat di badannya itu mendongak. Membiarkan wajah cantiknya ditampar keras oleh hujan. Tamparan keras, namun menenangkan. Menghilangkan sedikit rasa sakit yang menjalar di hatinya.
Gadis itu membuka matanya perlahan. Menatap langit yang sedang menangis. Seperti dirinya saat ini. Menangis menghadapi kenyataan. Kenyataan yang amat pahit.
Vera masuk ke dalam rumahnya. rumah yang besar dan menyenangkan. Tetapi berputar balik 180° dari keadaan. rumah yang terlihat besar, hangat dan tentram itu nyatanya hanya sebuah rumah yang sepi, sunyi dan menyimpan banyak kepedihan. Tak ada, bahkan takkan pernah ada lagi yang namanya kebahagiaan, kehangatan, ketentraman bahkan keceriaan di rumahnya saat ini.BRAKKK...
Vera auto menoleh." Dari mana saja kamu! " bentak Rama -Papanya Vera. "udah Mas..... " " diam kamu! " " Vera abis dari.... "
PLAKKK...
Rasa perih dan panas menjalar di pipi putihnya. " Mas! "
Pintu ruang tamu di buka. Muncul seorang perempuan cantik berambut sepundak. Itu Mylan. -kakaknya vera. Betapa terkejutnya Mylan melihat Rama baru saja menampar vera. adik kesayangan nya.
" Papa apa-apaan?! " mylan menghampiri Vera yang sedang memegang pipinya yang memerah.
Vera menepis lengan Mylan " Kakak gak usah sok perhatian sama aku?! Kalau nyatanya itu cuma kakak lakuin buat cari muka ke Papa dan orang ini." Vera pergi meninggalkan rumah. " ra... vera! " Rama menahan lengan Mylan " masuk ke kamar " "tapi pa...... ". "masuk!" Bentak Rama. "Papa jahat. Papa bukan papa aku yang dulu" Mylan pun pergi ke kamarnya.
Vera berjalan tanpa arah tujuan dengan ditemani oleh sang hujan. Teman yang selalu ada saat ia sedang butuh ketenangan.
'Oh hujan. Terus temani aku. Sampai aku mendapatkan ketenangan dan kedamaian yang sebenarnya.'