Terimakasih

56 10 1
                                    

Hari ini aku ngobrak ngabrik tulisan yang pernah aku tulis di Facebook, ku share tahun 2013. Nostalgiaaaaaaaa.

Tahun itu, aku menulis ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun itu, aku menulis ini. Sekarang, aku mau share lagi cerita singkat itu, di sini. Tentu aja dengan beberapa perubahan dan tata bahasa yang lebih baik, supaya kalian nyaman bacanya. (Waktu itu tulisanku kriuk banget)

Jadi,
Selamat membaca!

xxx

Cerita ini terinspirasi saat aku sedang mendengarkan sebuah lagu dari Monkey Majic, judulnya Tada Arigatou, artinya Terimakasih.

Kalian harus coba dengerin lagunya, karena lagunya ringan dan penuh makna, mendengarkan lagu itu membuatku —secara nggak sengaja— membayangkan wajah orang-orang yang telah berjasa pada kehidupanku.

Setelah itu, aku berpikir ..

Ternyata,
kata ‘terimakasih’ itu, indah banget ya?
Apakah kalian pernah berpikir seperti itu juga?

Dengan pikiran-pikiran itulah aku menuangkannya dalam sebuah cerita,  ingin memberikan sedikit gambaran tentang betapa bermaknanya ucapan terimakasih itu

Dan kepada kamu yang sudah sudi mampir, ku ucapkan juga,

Terimakasih, sudah meluangkan waktumu 🥰

xxx

Aku melirik Sandy.

Laki-laki itu berdiri cemas sambil memangku tangan pada meja informasi. Matanya jelas menatap penuh harap pada seorang suster yang sedang mengotak-ngatik data di depannya. Sesekali Sandy menahan napas, sekedar meredamkan rasa tidak sabar-nya yang sejak tadi menguasai.

Aku menghela napas, entah mengapa, melihat dia berdiri penuh kegelisahan seperti itu, membuatku ikut merasa cemas.

Aku menepuk bahunya dua kali, cukup pelan, tapi malah membuatnya spontan menoleh seperti kaget. "Santai aja, San. Ngeliat lu gusar begitu bikin gue gusar juga tau," ucapku ringan sambil tersenyum tipis.

Sandy balas tersenyum. "Gue nggak gusar,"

Aku mendecak pelan, jengah mendengar jawabannya yang kontras sekali dengan kenyataan.

Sandy terkekeh.

"Anu, mas .."

Kami berdua kompak menoleh pada suster yang baru saja bersuara. Suster ini adalah suster yang sejak tadi di liatin Sandy, membuat laki-laki itu kembali cemas dengan informasi apa yang akan di berikan oleh suster itu.

"Arika Asiyah ?" tanya suster itu memastikan sekali lagi.

Sandy mengangguk kuat-kuat "Iya mba, Arika Asiyah. Leukemia akut. Gimana?" tanyanya tak sabar.

MOSAICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang