2 - [ Pulang ]

39 2 0
                                    

2

[ P u l a n g ]

,-,-,-,

Suara pukulan drum Hammam mengakhiri latihan mereka. Nafas Ali tersenggal senggal. Raja mengambil beberapa botol minum dari dalam tasnya dan mengoper minum tersebut ke arah Ali, Hammam dan Ilham. 20 menit yang lalu latihan mereka cukup intens menyanyikan beberapa lagu tanpa istirahat. Sebagai persiapan lomba dan mengisi acara untuk minggu depan, mereka rutin berlatih setiap hari.

Ali terduduk di lantai dengan lelah. Dia menyekat pelipisnya yang berkeringat. Ruangan mereka sudah berAC tapi tetap terasa seperti sauna menurut Ali. Raja mengambil remote AC dan menurunkan lagi suhu ruangan tersebut kemudian terduduk di kursi panjang sambil mengecek pesan di handphonenya.

Hammam mendelik kearah Ali begitu selesai meneguk Air mineral. "oya Li, kemarin lo ke ruangan Pak Tagar kena Damprat apa sama dia?" Ali menoleh, sesaat tidak menjawab pertanyaan Hammam.

"cuman dapet pengarahan tambahan dari salah satu anak MIPA unggulan,"

"wih serem anak anak ambis, trus trus?" Raja menimpal Penasaran.

"apanya yang terus terus hah? Ya.. Mau ga mau gue diawasin sama dia satu semester. Cewek sih namanya April," lanjut Ali.

"cakep kaga anaknya?" Hammam bersiul menggoda.

"Alah, sampah lo mam," hardik Ilham.

"yailah kan kalo cakep lumayan, jiwa jiwa Fakboinya Ali pasti keluar lagi tuh yaga?" Hammam membela diri.

"lo tuh ga konsisten banget dah, kemarin kan lo yang nyuruh dia buat tobat segala macem tetek bengeknya, trus ngapain lo hasut lagi anak orang." Raja melempar handuk bekas mengelap keringatnya ke wajah Hammam.

"jorok Jaa anjir, Anak perawan ga boleh jorok Ja,"

"taek mam."
.
.
.

"tapi serius, ini cewek masalahnya kayak ga suka gitu sama gue, sama grup VoyVand kita ini. Kenapa ya? Seinget gua mau dari anak unggulan 10,11,12 ya tetep aja pada demen kalo kita manggung. Cuman dia doang yang gua rasa beda."

"nah, kemarin kan lo koar koar tuh, mau nyari cewek berotak. Cobalah lo pepet," Tantang Ilham

"bang ilham, mulut anda ini luar biasa benernya," sambung Hammam sambil terkekeh senyum senyum penuh makna ke arah Ali.

"menurut lo gimana Ja? Lo kan satu satunya yang ga sakit jiwa disini. Enaknya gua pepet apa enggak?"

"up to you, kalau dirasa lo pengen banget deket sama April coba aja. Itung itung nyari tau juga kenapa dia bisa gedeg sama lo."

"gosah sok sok inggris gitu Ja, eneg dengernya." Raja tertawa saja dikomen seperti itu oleh Hammam. Ucapan Raja dicerna baik oleh Ali. Dia berfikir sampai kening nya berkerut. Kemudian saat mengecek jam ditangannya Ali terburu buru bangkit mengambil jaket denim dan mengantongkan handphone.

"Lupa gue ada janji sama dia jam istirahat, gue duluan ya," Ali berucap sambil Membuka pintu.

Langkah kakinya terhenti saat secara kebetulan didepan pintu ada Nanda yang hendak mengetuk pintu. Terlihat ditangan kanannya tergantung totebag lumayan besar.

"Eh Ali!" kata Nanda sedikit terkaget. Sesaat senyumnya merekah begitu melihat Pujaan hatinya ada didepan dia.

"hai Nan, Gue duluan ya. Lo masuk aja, Di dalem ada Raja, Ilham sama Hammam," kata Ali dengan gestur tubuh terburu buru. Nanda secara refleks menahan lengan baju Ali.

"Lo mau kemana? Ini gua bawa makanan buat kalian berempat Dimakan dulu aja," ucap Nanda berharap Ali menerima tawarannya.

"waduh, thanks banget tapi sorry gua lagi ada urusan. Bagian gue, lo aja yang makan ya Nan." sebelum berlari, Ali sempatkan menepuk pundak Nanda sesaat. Mata Nanda mengikuti arah Ali berlari sampai hilang dari pandangannya. Dia sedikit tersenyum kecut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelantang [on-hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang