01

324 24 4
                                    

Jira.

Gue tersenyum bahagia kala hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali dan kasus dinyatakan selesai dengan klien gue sebagai pemenangnya. Apalagi, job gue lagi banyak-banyaknya karena terus memenangkan kasus hampir menyaingi seorang Hotman Paris.

Bedanya dia senior gue bahkan pilar gue supaya bisa berdiri tegak atau bisa menjadi bahan sugesti gue kalau gue harus seperti dia.

Suatu kebahagiaan bagi gue, karena menjadi seperti beliau. Maksudnya bisa saingan gitu lah pokoknya.

Gue langsung berjabat tangan dengan klien gue sambil tersenyum.

"Makasih ya Bu, tanpa Ibu saya pasti masih sama mantan suami saya." kata klien gue dengan mata yang udah berkaca-kaca.

Namanya bu Amira, dia mengalami KDRT udah dua tahun disaat pernikahannya sudah menginjak tahun kelima. Pernikahan mereka membuahi dua orang anak, laki-laki yang berumur 3 tahun dan yang perempuan berumur 2 tahun. Bahkan anaknya sendiri juga dipukuli oleh Ayahnya, stress ga tuh orang?

Soal hak asuh anak dipegang oleh Bu Amira, karena mantan suaminya yang tempramental gitu hakim memutuskan hak asuk jatuh kepada ibunya. Sebenarnya waktu sidang tentang hak asuh anak terjadi persaingan sengit, karena mantan suaminya bu Amira selalu bilang 'saya yang membiayai semuanya dan istri menyerahkan asuhannya kepada baby sister'

Mau tau gue pengen banget bereaksi gimana?

'Apasi?'

Tapi karena sedang sidang gue harus bersikap profesional. Gue terus berargumen untuk menyakinkan hakim ketua dan berhasil!

Gue memenangkan sidangnya.

"Bu Jira sibuk ya sampai saya dilupain gitu." gue langsung menoleh kesamping dan terkejut. Manusia keling ada dihadapan gue dengan baju seragam yang... Wow, amazing! Sesek-sesek aduhai.

"Ehhh, Kapten Mingyu ada perihal apa datang kemari?" balas gue sambil tersenyum semanis mungkin.

"Saya lagi butuh pengacara Bu." katanya sambil berjalan disamping gue menuju kamar mandi, gila ini baju gerah.

Di depan toilet yang ada tanda wanita pake rok gue berhenti. "Untuk apa yah Pak?" tanya gue.

"Untuk membela saya dihadapan hakim ketua bahwasannya saya sudah mencuri hati Bu Jira."

Ga deg-degan sumpah gue, garing tau ga? Geli malahan gue.

"Garing Gyu sumpah, udah ah aku mau ganti baju bentar ya?" kata gue sambil menyerahkan tas dan berkas-berkas tadi. "Nah, aku juga nitip ini. Okey?"

"Siap, laksanakan." gue ketawa mendengar perkataannya barusan yang terkesan tegas.

Selesai mengganti baju gue langsung keluar dan menemui Mingyu yang kayanya lama nunggu gue, buktinya mukanya udah jutek gitu.

"Maaf, nunggu lama yah?" kata gue sambil nepuk pundaknya yang lagi mainin hapenya. Terbukti hapenya landscape bukan potret.

Mingyu nengok langsung matiin hapenya terus dikantongin hapenya. "Ngga kok, udahkan? Yuk!" katanya sambil gandeng tangan gue.

Niatnya mau nanya lagi tapi gue udah lemes banget tadi pas sidang menguras tenaga gue, karena lawan gue tadi sedikit ngotot. Bahkan hampir aja minta studi banding ke hakim ketua dan untungnya ditolak karena gue memiliki banyak bukti.

"Heh bengong aja, mau makan dimana?" tanyanya sambil menjalankan mobil untuk keluar dari parkiran yang padat ini.

"Braga city walk yuk!" ajak gue. Disiang bolong ini kayanya sepi jalanan.

"Jam makan siang loh, macet terus rame disana gapapa?" katanya, sambil menyetir mobil yang sekarang sudah berbaur dengan kendaraan yang lainnya dijalanan.

"Iya gapapa." jawab gue sambil menyenderkan badan gue dikursi. Gila, capek banget hari ini gue. Udah berapa kali gue bilang capek hari ini? Tapi serius, ga biasanya gue sampe kecapean gini.

Apa gue mau kedatangan kali ya? Ah taulah mikirin yang ga jelas bikin kepala gue nyut-nyutan.

"Hari ini capek banget yah?" gue mengangguk dan mendapati Mingyu yang nyuri-nyuri pandang sambil nyetir mobil kesayangannya, jaguar XJL 3.0 yang harganya sempat gue jantungan. Waktu ditanya kenapa beli mobil itu jawabannya hampir buat gue opname detik itu juga.

"Gapapa aku iseng pengen beli mobil."

Mentang-mentang keluarganya kaya jadi songong ni makhluk keling. Kurang ajar ga tuh jawabannya?

Iya, Mamanya Mingyu punya butik dibeberapa daerah bahkan udah keluar kota dan luar negri. Papanya itu pemilik minyak bumi didaerah Lampung, nahkan bayangin gila ga tu manusia, sekaya apa?

Tapi anehnya dia gamau lanjutin Papanya, dia malah jadi abdi negara. Dan, orangtuanya setuju dukung aja. Asal hal yang positif dan bermanfaat, jadi yah gapapa katanya.

Mobil tiba-tiba berhebti di restoran The Kiosk Braga tempatnya rame dari yang lagi kumpul sama temen, pacaran bahkan sampai satu keluarga ada disini.

Tempatnya rame karena nyaman dan santai pas buat melepas penat. "Gyu."

"Apa?"

"Kamu yang bayarkan?"

"Emang kapan kamu pernah bayarin aku makan?"

"Pernah!"

"Kapan?"

"Dimimpi."

Dan gue berhasil buat muka dia bete setengah mampus.


Dan gue berhasil buat muka dia bete setengah mampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

HAHAHA JADI DONGGG~

AKU MAU UBAH TEMPAT JADI DI BANDUNG, ASIKKKK. Dua partkan yass??:"

vomment yaa~

-xoxo

Captain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang