1

506 32 0
                                    


play with music



ORIGINAL BY CHANIE

Memories of Water - Part of Point of View Book

1

"Dari air yang mengalir itu terdapat kejujuran dan seberkas kenangan."

-----------------

Aku pernah dengar jika air memiliki memori. Entah dengan mendengar, melihat, membau, menyentuh, maupun merasa, air akan mengingat yang menyertainya. Mulai dari yang dangkal, maupun yang dalam. Dari yang deras maupun yang hanya sekedar tetesan. Air memiliki memori dibalik dua hidrogen dan sebuah oksigen dalam senyawanya.

"Terima kasih untuk tanggapannya, Professor Bang. Suatu kehormatan bagi saya untuk mendapat pujian dari anda." Sebuah pujian yang halus. Kurasa Taehyung tidak akan melupakan kejadian hari ini.

Semua orang tahu kalau Taehyung mengidolakan Professor Bang. Beliau adalah guru besar dari pemilik yayasan yang menaungi tempat ini. Kedatangannya hari ini cukup mengejutkan karena kami bahkan tidak diberi waktu untuk menyiapkan sambutan. Kabarnya, beliau datang mendahului jadwal karena besok ada agenda besar. Mulanya kupikir beliau datang karena ingin melihat kondisi lingkungan ini untuk evaluasi pribadi. Akan tetapi, semakin kupikirkan, semakin aku yakin kalau beliau datang juga untuk mewakili pemilik utama yayasan. Aku mungkin baru 5 tahun (secara resmi) berada disini, tapi aku selalu mengamati. Beliau pasti hadir sebagai pengganti pimpinan yayasan yang tidak bisa (atau tidak berkenan?) hadir ke tempat ini. Pengganti seorang ayah yang menghidupi kami.

"Jungkook, di mana Jimin?"

Kepala pengajar menanyaiku, dan semua mata mulai mengarah padaku. Mulanya aku tidak tahu mengapa mereka menanyakan Jimin padaku. Kemudian aku menyadari kalau Mingyu sudah selesai maju.

"Ah, Jimin tadi ijin ke kamar kecil, Bu Guru. Sebentar lagi dia kembali. D-dia juga sudah siap membacakan ceritanya," jawabku. Jemariku menunjuk pada selembar kertas yang Jimin tinggalkan di atas meja kami.

"Benarkah?" Kepala pengajar mengerutkan kening ke arahku. "Tapi, Professor tidak punya banyak waktu. Bagaimana jika kamu menggantikannya dan membacakan ceritamu terlebih dahulu?"

"Eh?" Kurasakan punggungku semakin dingin. Rasa mulas juga mulai menyerangku. Ibuku mengatakan, ini adalah serangan panik. Ah, tapi menurut petugas unit kesehatan, kata-kata itu terlalu hiperbolis. Serangan panik yang sesungguhnya bisa lebih parah dari itu. Mungkin seharusnya ini disebut gejala panik? Yang jelas, aku mulai merasakan bibirku mengering.

"Jungkook?"

"Ya?" Aku terkesiap ketika suara Professor menyebut namaku. Aku reflek menjawab dan menatap beliau. Ekspresi orang tua setengah abad itu agaknya benar-benar memperhatikanku. Apa beliau tahu kalau aku ragu untuk maju?

"Aku bisa melihat ruh sucimu, kau tahu?"

Aku tidak tahu harus merespon bagaimana. Aku tahu soal kemampuan beliau yang begitu mumpuni itu. Akan tetapi, aku tidak tahu mengapa beliau mengatakan itu padaku.

Kulihat beliau tersenyum hangat. Tangannya mengulur ke arahku dan suaranya yang bijak seperti merangkulku.

"Kau tidak perlu ragu. Ayo, latihlah alpha mudamu. Majulah, dan bacakan ceritamu," ucap beliau padaku.

Memories of WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang