Pelangi

268 15 4
                                    

Hari-hariku bersamamu takkan salah, karna bersamamu adalah maklumat hatiku yang mengutuk karismamu.

Kau tahu, kaulah narasi yang aku Aamiinkan setiap malam.

"Ra?"

Aku masih terpaku dengan linangan air hujan, yang melangkahkan akalku mendobrak tembok yang kokoh, namun aku mampu merobohkannya, huh... Itu hal mudah.

"Angga, diem kamu"

Kita sedang bersembunyi dari Ayahku yang aku tak tahu kemana sifat baiknya bila berhubungan dengan pria berhidung perosatan disampingku ini.

"Udah, kamu masuk aja, gak baik perawan keliaran malam-malam"

"Kamu ngusir aku?" Rajukku.

"Ngusir? Ini rumah kamu Ra"

"Siapa diluar?" Teriak Ayahku tanpa kehilangan sedikitpun sikap diktatornya.

"Aku bilang diem Angga" Dilengkapi dengan kerlingan tajam dari mataku.

Sial ayah menemukan presensi kami, matanya menatap kami tajam. Habis sudah...

"Jadi kamu, saya sudah bilang berapa kali, jangan bergaul dengan anak saya, kamu tidak layak bersama Zara, jangan bermimpi ketinggian kamu-"
Setiap helaan nafasnya tercetak nyata berusaha meredam amarahnya.

"-kamu Zara, masuk!" Perintah yang tidak bisa menerima interupsi.

Angga berusaha menghampiri Ayahku, aku mengintip dari celah jendela.
Oh... Kau bodoh Angga.

"Jangan hampiri saya, pulang sana!" Usirnya kasar.

***

"Ra, ayo pulang!"

Ah kenapa selalu seperti ini, pikiranku membuana kesatu arah dan aku terpenjara disana.

Abun menggandeng tanganku dengan lembut, ya seperti biasa.
Dia adalah pria baik yang Tuhan ciptakan untukku, seorang wanita yang tuli akan kehidupan.

"Kamu kenapa Ra?, Keinget dia lagi?"

Sial, kenapa dia tak bisa kukendalikan.

Abun merengkuh tubuhku.

"Jangan ditahan Ra, I'm ok"

Aku menguatkan kayuhanku, dia mempunyai kaki panjang dan tenaga yang bisa diadu dengan sapi, gak tau apa aku sulit menyeimbangkannya.

"Ah cupu banget si kamu"
Balasnya tanpa hati.

Aku merasakan rintikan hujan dan aku semakin menguatkan kayuhanku, ku lihat dia berhenti tepat di depan gazebo yang disebrangnya ada sebuah danau.

"Angga, sini!" Aku menariknya sekuat tenaga, agar dia menyeiramakan langkahku.

"Hujan Ra"

"Uthu... Uthu... Anak mommy takut hujan"
Ledekku tanpa mengurangi kekuatan tarikanku.

Yeah, Angga menyerah... Aku menyeretnya untuk menikmati rintikan air yang membawa ketenangan ini.

"Ra"

Angga menempelkan tubuhnya kepadaku, aku bingung, ada apa dengan dia?

"Tembus banget Ra"
Dan melemparkan jaketnya ke wajahku.

"Anggggggaaaa, mesum lu gak hilang-hilang ya"

Aku mengejarnya sampai gazebo, aku menyenderkan kepalaku ke dadanya. Seperti biasa dia akan menggenggam tanganku memberikan kehangatan untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

rainbow sundayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang