PART 3

123 16 8
                                    

Eunha menghela nafas panjang, menyadari kebohongan yang selama ini ia sembunyikan dari Daniel, Ayah-nya. Eunha jelas tahu dimana Eunseo sekarang, apa yang dikerjakan kakaknya itu dan apa yang kakaknya lakukan selama ini. Semuanya, Eunha tahu semuanya.

Eunha tak sampai hati untuk mengatakan yang sebenarnya pada Daniel. Bahwa sebenarnya Eunseo berada di Seoul, bukan Kanada. Eunseo sama sekali tidak melanjutkan kuliahnya disana namun disini.

Alasannya, Eunha tidak pernah tahu mengapa Eunseo melakukan semua itu. Mengapa ia membohongi Daniel. Eunha masih mengingat jelas hari itu, bagaimana ia bertemu pertama kali setelah sebulan kepergian Eunseo yang katanya ke Kanada.

Saphire Cafe, Seoul.
15.47 PM

"Capuchino, satu." ucap rekan kerjanya yang menjaga bagian kasir, membuat Eunha segera membuat minuman tersebut. Eunha memang bekerja part-time di sebuah cafe. Bukan berarti uang yang diberikan Daniel tidak cukup, namun ia hanya tidak ingin memberi tanggungan yang cukup besar untuk Daniel. Jelasnya, Eunha merasa dirinya sudah begitu menyusahkan Daniel sejak dari kecil.

"Nona Jung." panggil Eunha saat minumannya telah selesai dibuat.

Matanya terpaku ketika sosok itu bangkit dari kursinya dan bagaimana ia melangkah dengan menunduk tanpa melepaskan pandangannya dari gadget yang ia genggam.

"Eonnie." lirih Eunha pelan, namun sangat jelas terdengar oleh seseorang yang ia panggil tadi tersebut.

Ia mengangkat wajahnya, ekspresinya sama kagetnya dengan Eunseo sekarang. Bahkan ponselnya terjatuh ke lantai menimbulkan suara gaduh yang cukup menggema di seisi cafe yang lumayan sepi tersebut.

"Sial, paling tidak seharusnya aku ke Jepang." ucap Eunseo pelan.

•••

"Kenapa Eonnie membohongi kami?" tanya Eunha memecah keheningan. Namun Eunseo hanya menyesap kopinya pelan, tenang.

"Kau mau jawaban jujur atau bohong?"

"Aku sedang tidak main-main, Eonnie!" pekik Eunha kesal bahkan nafasnya memburu sekarang.

Eunseo hanya menaikan sebelah alisnya, seakan reaksi Eunha barusan berlebihan menurutnya.

"Baik, kalau begitu kau meminta jawaban jujur." kata Eunseo sambil bersandar pada pembatas rooftop.

"Karena aku ingin." sambung Eunseo membuat Eunha mengepalkan tangannya erat.

Mendengar jawaban main-main kakaknya ia mendekat dan mencengkram erat kemeja kakaknya yang lahir beberapa detik lebih dahulu darinya

"Eunseo, aku tidak main-main." ucap Eunha tanpa menggunakan kata formal lagi pada kakaknya itu.

"Apaan sih? Jauhkan tangan hinamu itu dari bajuku. Ini baju mahal, nanti ketularan jelek sepertimu." kata Eunseo sambil menepis tangan Eunha.

"Kau gila! Bagaimana kalau Appa sampai tahu kalau kau hanya menghamburkan uangnya untuk hal tidak jelas. Dia pasti sangat sedih!" teriak Eunha tepat di wajah Eunseo.

"Jangan bilang." ucap Eunseo gamblang, membuat Eunha terdiam.

"Kau tidak ingin Appa sedih, kan? Jangan bilang padanya, simple kan?"

Plak.

Eunha menampar pipi Eunseo. Namun tamparan itu hanya membuat Eunseo tersenyum sinis tanpa mau mengakui kesalahannya, apalagi meminta maaf.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, stay! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang