-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)
🌹
"Adek, baru pulang"
"Anjing!! Astagfirullah Bibi ngagetin aja, kok bibi belum pulang tumben?"
Jevan tersentak kaget saat kegiatan mengendap-ngendap masuk rumahnya di pergoki oleh Bibi, membuatnya reflek mengumpat
"Bibi baru aja mau pulang, dek. Adek kenapa ngendap-ngendap begitu, kaya mau maling aja" ucap si bibi, mengernyit bingung melihat tingkah anak majikannya
"Ngga pa-pa Bi, tadi cuman iseng aja" elaknya, seraya menggaruk tengkuknya canggung
"Oiya Bi, Abang di rumah??" Tanyanya berbisik
"Abang Jeff sama abang Mark ada di rumah, baru pulang sekitar tiga puluh menit yang lalu, kenapa dek?"
"Nggak pa-pa, tanya aja, Jevan ke kamar ya Bi"
"Iya adek, bibi juga mau pamit pulang ya. Oiya, adek kenapa pake masker sama kacamata hitam didalam rumah? Adek sakit?" Tanya bibi sebelum Jevan pergi
Jevan kembali berhenti berjalan, berbalik menghadap bibi dengan tangan yang kembali menggaruk tengkuknya
"Ohh ini, Jevan lupa tadi ngga dilepas waktu naik motor, duluan ya Bibi sayangku, Jevan masuk kamar dulu" Jevan pun langsung saja berlari menaiki tangga, untuk segera masuk kamarnya, sebelum bibi kembali bertanya-tanya
.
"Untung bang Jeff sama bang Mark ngga keluar kamar" Jevan bersandar dibelakang pintu kamarnya, setelah berhasil masuk kamar tanpa ketahuan abangnya
Dia melepas kacamata hitam juga masker yang menutupi wajahnya, "Aww, sakit juga ternyata" ringisnya, seraya meletakkan kacamata juga maskernya di nakas samping tempat tidurnya
Sepulang sekolah tadi, tepat sepulang dari acara kelulusan sekolah putih birunya. Jevan dan tiga devil lain iseng-iseng ikut gabung tawuran yang tak sengaja mereka lihat di jalan pulang, berakhir luka lebam menjadi hadiah, ya tentu saja, tubuhnya yang sekarang, masih di bilang terlalu kecil untuk melawan anak-anak bagong STM
.
Baru dia merebahkan tubuh babak belurnya pada ranjang nyamannya, terdengar suara pintu kamarnya yang diketuk beberapa kali, namun Jevan enggan merespon, sudah hampir nyaman bertemu kasur kesayangan, di tambah suasana kamar yang gelap membuat Jevan malas untuk kembali bergerak
Ttok ttok ttok
"Dek, buka pintunya" Jevan masih tak bergeming dari rebahan nyamannya, padahal suara kakak pertamanya terdengar memanggil
"Jevan, buka pintunya" ulangnya lagi, saat tak mendapat respon dari sang adik
Panggilan kedua, Jevan mulai panik, lalu segera berdiri, memakai kembali kacamata dan maskernya yang tergeletak di samping tempat tidurnya
"Iya bang sebentar!!"
Buru-buru Jevan membuka pintu, kemudian meringis walau tak terlihat, "ada apa bang Jeff? Tumben ih di rumah?" Tanyanya saat pintu terbuka dan menampilkan kakak pertamanya di depan pintu kamarnya