"Minggir gendut"
"Lo? suka sama gue? ngaca sanah"
"Hama"
"Sampah"
"Anak bodoh"
Putra tidak mau mengambil hati semua cacian yang tertuju padanya,hingga Rafi melempar tas nya ke tengah lapangan. Tidak berhenti disitu,Rafi menginjak dan meludahi tas Putra. Melihat kelakuannya,Putra hanya menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya berusaha untuk meredam amarahnya dan mengambil tasnya. Namun perkataan Rafi selanjutnya membuat langkah dan dunia nya seakan berhenti. Kesabarannya sudah habis.
"lo cuma anak rendahan dan ga sepantasnya lo masih berpijak disini. Mestinya lo mati sama nyokap lo yang sama rendahannya sama lo"
BUGH
Rafi jatuh tersungkur di lapangan,tentu saja ulah tangan Putra yang menghantam keras rahangnya. Keadaan ini membuat semua pasang mata menatap kearah keduanya. Rafi bangkit dan menendang perut Putra keras hingga membuatnya oleng. Seolah tontonan semakin seru,bahkan lama kelamaan koridor yang menghadap langsung ke arah lapangan sudah penuh dengan siswa maupun siswi yang mengenakan bawahan biru tua. Ada juga yang membuat taruhan perkelahian Rafi dengan Putra.
Tidak puas hanya dengan menonjok,kini Putra mendorong bahu Rafi menonjok pipi kanan dan menendang perutnya sekaligus. Belum sempat Rafi membalas,Putra memukul keras hidung Rafi hingga mengeluarkan cairan anyir berwarna merah bata. Seolah tidak ada hari esok untuk menuangkan amarahnya,Putra semakin tak terkendali menghabisi Rafi. Tak mau terlihat kalah,Rafi mengayunkan kaki ke arah muka Putra. Dengan gesit Putra menangkis serangan dari Rafi,Putra mencengkram kuat kerah baju Rafi
"Lo gue diemin. Tapi lo ngomong yang bahkan gak ada hubungannya sama masalah gue dan lo. Mau lo apa?" Rafi menyeringai menatap rendah kearah Putra.
"Lo mati"
×××
Makasih yang udah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Sekat
Teen FictionInti dari cerita ini adalah tentang meninggalkan dan ditinggalkan,yang tentu saja tak lekang dari rasa penyesalan dan kekecewaan.