Depresi

14 0 0
                                    

Sebulan setelah insiden telpon bunda Nadha memutuskan untuk pulang kampung dan berhenti kerja. Karena setelah kejaian Itu bunda selalu meneror Nadha pesan yang selalu membuat Nadha menangis. Diabahkan sempat mau bunuh diri karena stres dengan teror pesan bunda.

" Kak, Rasya lapar. Masakin dong. " Rasya menghampiri Nadha yang melamun menghadap jendela.

Nadha menoleh dan melihat jam yang sudah menunjukan jam 11.00. " Astgafirullah. Kamu pasti lapar yah. Maaf kakak masak dulu. kamu ganti baju dulu sana."

Dia mulai memasak sayur yang sudah dibeli ayahnya pagi-pagi sekali. Nadha sangat pandai masak karena sudah belajar masak sejak masih kelas 3 SD. Dari kecil dia sering ditinggal bunda dengan ayah di rumah dan mengurus adik-adiknya. Jadi Nadha sudah biasa membereskan rumah dan memasak. Hal itu pula yang membuat Nadha lebih dekat dengan ayah dari pada bunda.

" Kak kok belum selesai masak?" suara ayah membuyarkan lamunan Nadha.

" Maaf yah tadi Nadha lupa masak. untung Rasya ingetin.Tapi ini bentar lagi selesai kok. Ayah duduk dulu kakak siapin makan siangnya,"

 Ayah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri sulungnya itu. Ayah pun menyalakan tv dan duduk dilantai dengan santai menyaksikan siaran  yang muncul dilayar tv. Pria itu tahu anaknya masih sedih atas perpisahanya. Tapi istrinya sudah menghancurkan harga dirinya sehingga dia tak mungkin mempertahankan rumah tangga mereka.

"Sudah siap yah. Ayo kita makan siang dulu."

"Rasya, Ayo makan dulu!"

mereka pun makan dengan tenang. Masakan sederhana yang dibuat Nadha sangat nikmat dan mampu membangkitkan selera makan siapa pun yang memakannya. Nadha mewarisi kemampuan memasak bundanya. Rasa masaknnya sama persis dengan masakan bundanya sehingga tak yang merasa kehilangan masakan bunda,

"Assamualaikum. Princes pulang" Nabila datang dengan suara cemprengnya.

" Waalaikumsalam."

"Ganti baju sana. Habis itu makan bareng sini." ayah meilhat putrinya yang baru datang.

Nabila menurut dan langsung pergi ke kamarnya. Setelah menggati pakaiannya dia duduk makan bersama yang lainnya. mereka makan dengan tenang seperti biasa. Seolah tak ada yang terjadi di antara mereka.

" Nadha, Bunda masih kirim pesan aneh-aneh sama kamu?" Tanya ayah saat Nadha baru selesai shalat magrib

" Masih ayah, tadi siang bunda kirim pesan lagi." jawab Nadha sambil menunduk.

" Ayah nggak mau mengajarkan kamu untuk membenci bundamu. Bagaimana pun dia orang yang sudah melahirkan kamu. Kamu dan dia tetap punya ikatan darah. Kalau kamu dan adik-adikmu mau menemui ibumu temuilah. Tapi ayah takkan bisa kembali pada bundamu."

" Nadha takut ayah." Nadha menunduk.

" Kamu tidak perlu takut kamu tidak salah. Ini kesalahan bundamu bukan kamu kak. Ayah dulu sudah sering memperingatkan bundamu. tapi dia yang tidak mau mendengarkan ayah. Walau dia bilang melakukan semuanya demi membayar hutang ayah tapi tidak dengan begitu caranya. Mau di simpan dimana harga diri ayah, ayah laki-laki walau sekarang sedang dalam masalah ekonomi tapi ayah masih bisa berusaha untuk membayar hutang ayah sendiri."

" Ayah apa mungkin semuanya bisa di perbaiki? Apa mungkin ayah dan bunda bisa bersama lagi."

"Kak kalau kamu ayah stres pulang mabuk pulang mabuk kamu boleh minta ayah kembali lagi pada bundamu."

 Nadha spontan memandang wajah ayahnya. Tergambar keseriusan dalam setiap ucapannya barusan. Nadha tak mungkin membiarkan ayahnya melakukan hal itu. kalau sampai dia melakukan hal itu sama saj dia merusak hidup ayahnya.

Makna HadirkuWhere stories live. Discover now