Pelangi tak akan terbit

5 1 0
                                    

Siang itu Nadha menjaga warung seperti biasanya. Kehadiran seorang pria paruh baya mengganggu ketenangnannya siang itu. Pria itu hadir lagi setelah bertahun-tahun Nadha tak pernah melihat wajahnya. Kebencian, Kemarahan dan dendam dalam hatinya bergojolak ingin pelampiasan.

" Ehhh Nadha, apa kabar? lama om gak lihat kamu. udah gede yah sekarang." Sapa pria itu tanpa tahu malu.

Nadha menggepalkan tangannya kuat-kuat menahan emosinya. Nadha mengacuhkan pria itu begitu saja. Mungkin pria itu berpikir Nadha tidak mengingat kejadian itu. Sehingga dengan santainya dia menyapa Nadha. karena diacuhkan pria itu masuk kedalam bergabung dengan yang lain yang sedang berjudi.

" Tahan emosimu Nadha, Kamu kuat untuk menghadapi semua ini. Ingan kamu adalah harapan ayahmu dan contoh bagi adik-adikmu." Batin Nadha menguatkan dirinya.

Nadha menyibukan diri dengan melayani tamu dan membersihkan meja dan gelas kotor. Dia berusaha menggalihkan pikirannya dari pria mesum di masa lalunya itu. Dia tak ingin ada yang tahu kejadian itu, terlebih kedua orang tuanya. Karena dia tak mau membuat keadaan semakin buruk dengan masalah yang dihadapinya. Masalah kedua orang tuanya sudah cukup rumit.

" kak masak apa hari ini? Aku lapar nih." Nabila yang baru pulang sekolah langsung melihat lemari tempat Nadha bisa menyimpan makanan.

" Makan saja apa yang ada." Sahut Nadha.

Hari ini Rasya tidak bersama mereka. sudah seminggu Rasya dibawa Shanum ke rumah bunda karena bunda merindukan Rasya. Shanum adik Nadha nomor dua. Semnjak orang tua berpisah Shanum tinggal bersama bunda. Walau awalnya sempat kabur dari rumah karena tak terima dengan perceraian orang tua.

" Habis makan kamu istirahat dulu. Habis itu gantiin kakak jaga warung yah. Kakak capek pengen tidur siang."

" Iya."

" Ayah mau kemana?" Nadha melihat ayahnya baru saja keluar dari tempat judi.

"Mau tahu aja urusan orang tua. Ayah mau keluar dulu."

" Makan dulu yah. Ayah belum makan dari pagi."

Ayah langsung menghentikan langkahnya. Dia pun bergabung dengan Nabila untuk makan. Nadha juga ikut makan bersama mereka. Satu kebiasaan Nadha saat makan, dia tidak suka makan sedirian. Dia lebih suka makan beramai-ramai dari pada makan sedirian. Kadang dia sering memaksa ayahnya makan bersamanya saat dia tidak ada teman makan.

" Anak emas ayah tak akan mau makan tanpa ayahnya." Ucap Nabila menyelesaikan makannya.

" Tidak ada anak emas semuanya sama." kata ayah.

" Sama apanya. Dari dulu kak Nadha selalu diistimewakan oleh ayah. Apa yang diinginkan di minta selalu ayah berikan. Dia selalu jadi yang pertama dan ayah selalu mempercayakan semuanya pada dia."

" Ciieee yang lagi iri sama kakak. Makanya jadi anak penurut dong." Nadha menimpali.

" Udah ahh. aku mau istirahat dulu."

Julukan anak emas diberikan bunda padanya. Sehingga adik-adiknya mengikuti bunda sering mengatakan Nadha sebagi anak emas ayah. Karena dalam semua hal Nadha selalu didahulukan karena dia anak pertama dan fisiknya yang lemah. Tapi bukan berati ayah lupa dengan anak-anaknya yang lain. Mereka juga akan dapat bagian tapi bergantian. Namun karena rasa iri dan cemburu sudah menguasai hati mereka tak mau mengerti itu dan sering marah saat Nadha selalu didahulukan.

Tidur siang Nadha terusik saat mendengar suara tangisan anak kecil di depan. suara itu seperti suara adiknya Rasya. Tapi Rasya kan di rumah bunda. semakin didengar itu benar suara Rasya. karena penasaran Nadha bangun dan keluar ddari kamarnya.

Makna HadirkuWhere stories live. Discover now