Devil: Part 2

343 38 16
                                    

Ada suatu hal yang Lesley tidak sengaja ia ketahui.

Ayahnya yang seorang jaksa akhir-akhir ini sering pulang larut malam karena sebuah kasus. Prostitusi di bawah umur, orang tua dari korban sindikat prostitusi itu memohon pada ayahnya agar membantu mereka, tetapi masih belum cukup bukti apakah anaknya diancam atau memang kehendaknya sendiri masuk ke pekerjaan kelam itu.

Ia pernah membantu ayahnya membereskan dokumen kasus itu yang tergolong cukup banyak--meski awalnya ditolak karena ayahnya merasa kehadirannya akan mengganggu konsentrasi. Lesley lebih kasihan pada sang ayah dengan kantung mata kian menua itu semakin berkerut saja. Tanpa diketahui ayahnya, ia membaca dokumen berupa hasil cetak tangkapan layar sebuah chat si korban dengan pelaku. Awalnya--dari chat pelaku hanya meminta foto-foto seperti biasa. Ia pikir, pelaku agak tidak sabaran saat 2 hari kemudian ia meminta foto tanpa busana korban dan mengancam akan menyebarkan video nudisnya.

*

How dare you flirt me?
I know what you're trying to do
A clumsy trick, tears, and the light you received
I'm gonna take all of them,
It's a price for what you've done

*

"Ayah, sepertinya aku mengetahui sesuatu." Lesley berujar dengan cicitan di akhir kalimat saat ia membuka pintu. Tangannya yang memegang ponsel sedikit gemetar dengan pandangan pada ayahnya yang sibuk dengan laptop.

Pergerakan tangan Hans di mousepad terhenti, menatap lurus pada Lesley yang menggigit bibir bagian dalam, takut-takut mendekati tempat duduk ayahnya.

"Ayah harus baca ini." Lesley menyerahkan ponselnya pada sang ayah, menampakkan sebuah ruang chat dengan seseorang.

Membetulkan letak kacamata, lelaki paruh baya itu membaca dengan saksama apa isi chat yang ditunjukkan anaknya. Di awal memang minim ekspresi, sampai sebuah balon chat terbaru yang muncul membuat kedua netranya melebar.

"Bisa dijelaskan hubunganmu dengannya?"

"Ayah, dia teman sekelasku. Dia pernah memintaku jadi pacarnya, tetapi aku tidak pernah menjawab iya. Dan dia sering meminta fotoku."

Night, honey
send me ur sexy lips?😘

"Ayah lihat sendiri, kan? Hampir sama dengan pola chat dari screenshot chat kasus ayah."

Lesley menunggu jawaban atas kembali datarnya pandangan sang ayah pada ponselnya, sedikit menahan napas.

"Anakku." Dengan lembut lelaki itu mengelus rambut Lesley, seperti ada sesuatu yang tertahan untuk dia ungkapkan.

"Berhati-hatilah. Jangan kirimkan apapun padanya, kosongkan foto profil. Ayah akan melindungimu."

"Ayah! Jadi apakah ayah...."

"Jangan gegabah, tim ayah akan membereskannya. Sekarang, kembalilah ke kamar. Ayah pinjam ponselmu."

"Baik, ayah." Lesley berbalik meninggalkan meja kerja sang ayah sampai ia tak lagi terlihat di pandangan lelaki itu, sampai pintu tertutup. Mengambil ponsel hitam miliknya di sebelah kanan laptop, mencari sebuah kontak dan menekan tombol panggil.

"Tanyakan pada korban mengenai anak ini. Aku akan mengirimkan nomor kontaknya. Ya. Selidiki tentangnya."

Panggilan dimatikan. Meletakkan kembali ponsel di meja, Hans membuang napas berat. Mengurut kelopak mata setelah melepaskan kacamata untuk mengenyahkan kelelahan dan tanda kantuk.

Beralih pada sebuah bingkai foto yang menampakkan seorang wanita dengan helaian rambut burgundi, ia menatap sayu.
"Lunar, cintaku. Anak kita diincar bahaya, dan aku tak akan membiarkan itu terjadi," lirihnya bersamaan dengan ia yang membelai wajah perempuan di foto.

"Aku akan menjaganya sampai maut membawaku untuk bertemu denganmu."

*

Lesley menggerutu setelah melemparkan ponselnya sembarang sampai terselip di selimut. Bagaimana tidak, ia bangun kesiangan dan mendapatkan chat dari ketua di ekskul jurnalistik bahwa ialah yang menggantikan anak divisi liputan lapangan untuk meliput pertandingan final basket antar sekolah. Sekolahnya bertanding dengan Cavalry High School yang berjarak tempuh 1 jam dari LoD High School apabila memakai kendaraan roda dua. Ia yang belum bersiap apa-apa harus bergegas menyusul mereka sebelum jam 10 pagi.

"Benar-benar seenaknya," desis Lesley masih merengut memandangi cermin dan memoleskan liptint seadanya. Berbalik, diraihnya lagi ponselnya--mendapati balasan bahwa ia akan ikut bersama mobil yang dibawa ketua divisi liputan lapangan dari sekolah. Membalas dengan kata "OK" ia mengantongi ponsel di saku rok dan bergegas keluar dari kamar ke lantai bawah menuju dapur.

"Sis, sedang buru-buru?" Harley yang hendak meminum susunya tidak jadi ketika mendapati Lesley yang wajah kusut dan kepangan rambut agak berantakan.

"Harl, Ayah. Mungkin aku akan pulang malam, tiba-tiba Khufra menyuruhku liputan menggantikan Selena."

"Sis, bahkan aku belum memakan rotiku," keluh Harley dengan mengambil roti bakar yang masih panas dengan tisu.

"Rotimu bisa dimakan di mobil, bawa susu kotak saja. Aku terdesak."

Hans yang menyimak percakapan kedua anaknya memilih melipat koran pagi yang dibacanya, meletakkan di meja. Mengambil kunci untuk ke garasi dan memanaskan mobil.

*

Sepanjang pelajaran, Lesley sama sekali tak dapat berkonsentrasi. Ia hanya mencoret-coret kertas, bagaimana rencananya akan terlaksana. Rencana yang terbilang cukup ekstrim untuk ukuran anak sekolah. Ia akan menjebak Claude mengenai kejadian yang menimpa temannya--dengan cara berlaku sebagai umpan.

Rencana yang lumayan tersusun rapi. Malam tadi Claude memintanya untuk datang ke hotel tempat skuad basket sekolah bermalam, berdalih minta bawakan pr dan mengajarinya matematika. Ia akan meletakkan pulpen dengan hidden camera untuk memantau pergerakannya dan memakai alat kejut listrik seperti yang diinstruksikan ayahnya apabila ia dalam keadaan bahaya.

Selagi mencoret-coret kertas, ia tidak menyadari bahwa anak lelaki yang duduk di belakangnya--Gusion berpindah tempat duduk sejak pagi di sebelah kanan bagian belakang. Memperhatikan gerak geriknya. Membaca coretan-tulisan yang ada di bukunya, terlihat jelas dari kacamata khusus yang ia gunakan.

Jam pelajaran telah berganti ke waktu istirahat saat dering bel dari luar terdengar. Lesley menutup buku, bersiap untuk mengambil surat izin keluar sekolah dari ruang ekskul jurnalistik. Masih tidak menyadari sosok laki-laki yang tidak mau melepaskan pandangan darinya.

Lalu, lelaki itu menekan telinga bagian dalam yang memakai wireless, berkata--hampir tak terdengar.

"10 menit lagi. Ubah ke plan B. Kalian bersiap. Aku akan menghubungi pak jaksa Hans karena situasi berubah."

Ia mematikan sambungan dengan menekan tombol kecil dari wireless sekali lagi.

TBC

penasaran kah dengan yg akan terjadi? atau malah membingungkan? sama, otor jg bingung sekira gak absurd kayak gini awkakwkakwk

Once Upon a Time: Anthology of Gusley FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang