Jendela itu terbuka lebar, sinar matahari masuk ke dalam kamar dan menusuk indra penglihatan Nara yang sedang tertidur pulas dengan nyamannya.TRIINGG
Jam beker berwana biru tersebut berbunyi nyaring, sehingga cukup membuat Nara terlonjak kaget diatas kasur empuknya. Perlahan tangan lentik Nara mengambil jam beker itu dan-
"BUSET GILA!! KENAPA DAH JAM SEGINI LAGI WOY ELAH!!"
Gina - mama Inaara - menutup telinganya rapat. Teriakan Nara barusan cukup membuat telinga dari ibu anak 1 itu berdengung. Walaupun, ia sedang berada di lantai bawah.
Nara segera menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya dengan cepat. Menyebalkan, biasanya ia menghabiskan waktu 20 menit untuk membersihkan diri.
Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Ketika ia hendak mengenakan baju seragamnya, tiba-tiba, "Woi, lo mau make baju di depan gue?"
Suara itu terasa sangat familiar di telinga Nara. Suara seseorang yang selalu mengganggu hidupnya yang tenang selama ini.
"LANGIT ADRIELL REYMOND!! KELUAR LO SEKARANG DARI KAMAR GUE!!! BISA-BISANYA LO MASUK KAMAR GUE TANPA IZIN, HAH?!! DASAR COWOK MESUM! PEDOFIL!!"
Cowok itu tidak bergeming sama sekali. Ia hanya memasang wajah polos tak bersalah yang semakin membuat Nara kesal.
Kali ini, Nara mulai melempari barang yang ada di sekitarnya. Ugh, bahkan gunting sekalipun yang membuat Langit melotot kaget. Bagaimana jika mengenai aset berharga miliknya?
"IYA IYA GUE KELUAR!" Lelaki itu melesat cepat keluar dari kamar sahabat perempuannya itu, yang langsung dikunci oleh Nara dari dalam.
"Apaan? Katanya dia cuek, jutek, dingin. Tapi, di depan gue nggak tuh. Malah keliatan kayak singa, galak banget." Lelaki itu mencibir pelan.
***
Sepasang remaja itu berjalan menyusuri tangga, hendak menuju ke meja makan. Ah tidak, mereka hanya ingin salam ke mamanya Nara saja. Jika mereka sarapan terlebih dahulu, waktunya tidak akan sempat.
"Ma, Nara berangkat dulu ya," ucapnya sambil mencium tangan Sang Ibu, lalu diikuti oleh seorang lelaki yang berada di belakangnya.
"Iya, udah sana kalian berdua berangkat, nanti telat, lho." Lalu, dijawab dengan anggukan dari Nara dan Langit.
Setelah sepersekian detik, Nara menarik tangan Langit yang membuat lelaki itu mengumpat dengan tertahan. Nara yang tergesa menyuruh Langit untuk menyalakan motor miliknya dan dengan cepat dilakukan olehnya.
"Pegangan."
Tanpa aba-aba, ia langsung saja melajukan motornya secepat mungkin agar bisa menghemat waktu, karena sebetulnya mereka sudah sangat telat sekali.
Sesampainya di gerbang pintu sekolah, Nara menghela napas lega, karena gerbang tersebut belum sepenuhnya tertutup.
Langit memarkirkan motornya di parkiran, Nara langsung saja melompat dari jok kursi motor tersebut dan hendak lari menuju kelasnya.
"Ett, seenaknya aja lo mau ninggalin gue, ga bilang makasih lagi. Bareng," langsung saja Langit menggenggam tangan kurusnya Nara. Mereka berjalan melewati parkiran, sepanjang perjalanan banyak orang berbisik tidak suka dengan interaksi mereka berdua.
Tak heran, Langit adalah primadona sekolah ini. Wajahnya yang cukup tampan, dengan rambut acak-acakan khasnya, mampu membuat hati para gadis meleleh.
Banyak yang tidak suka, atau bahkan iri, jika Langit dan Inaara dekat. Mereka tidak cocok sama sekali, begitu pikir semua orang. Inaara Rosalie yang memiliki wajah datar tak berekspresi, dingin dan jutek, sama sekali tak bisa disandingkan dengan Langit yang memiliki wajah bak pangeran.
Mereka memasuki kelas yang sudah ramai dipenuhi oleh celotehan-celotehan anak murid yang sudah datang lebih dulu.
"Woi, bolang!"
"Yo, ikan rebus!"
Sungguh sapaan yang menarik.
Nara hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. Barusan itu adalah teman dekatnya Langit, namanya Delvin Daniyal.
Mungkin, karena namanya Delvin? Anak itu dipanggil ikan?
Lumba-lumba = Dolphin
Delvin = Dolphin (?)Ah, sudahlah. Tidak berguna.
Jam sudah masuk pukul 7 pas. Waktunya belajar akan segera dimulai. Semua murid duduk di bangkunya masing-masing. Tak lama kemudian, guru dengan kacamata bening itu masuk ke dalam kelas. Membuat seisi kelas menjadi hening seketika.
Kekuatan guru killer memang hebat.
"Baiklah, saya minta tugas minggu kemarin dikumpulkan sekarang,"
Deg.
Oh, ini buruk. Nara lupa untuk memasukkannya ke dalam tas semalam. Keringat dingin membanjiri pelipisnya dan tubuhnya bergerak gelisah kesana-kemari.
"yang tidak mengumpulkan, saya hukum."
Nara berteriak dalam hati. Detak jantungnya berdegup kencang.
Guru itu mengecek tugasnya satu persatu dengan telaten, tidak tertinggal satu pun.
"Apa ada yang bernama Inaara Rosalie?"
"S-saya bu," berdiri dengan hati-hati dari bangkunya, gadis itu mengangkat tangannya.
Semua murid menantikan hukuman apa yang akan diberikan oleh guru yang terkenal dengan killer-nya itu.
"Sini kamu." Semua murid menahan napas seketika. Terkecuali Langit yang tampak duduk dengan tenang.
Nara mendekat ke guru tersebut dan-
"Kamu bersihin kacamata saya. Kacamata saya agak kotor, nih."
"I-iya bu, baik."
"Nangis darah gue, bu."
"Ha? Apa? Telinga gue lagi banyak congek, nih."
"Gue cogan, gue diem."
"Si Ibu kayaknya lagi kerasukan malaikat."
"Kenapa gak disuruh bersihin genteng aja, sih!?"
***
Hehehe, gue baru pemula, yamaap kalo bahasanya belepotan:'(
Gue minta voment nya dong xixixi ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheerful
Teen FictionInaara Rosalie. Seorang gadis berkepribadian jutek, dingin, tidak murah senyum, dan segala sifat buruk lainnya. Inaara juga tidak disukai orang-orang karena sifatnya itu. Namun, selalu mampu untuk membuat hati semua orang yang disayangnya senang. "L...