Dibalik 'Tawa' ada 'Tangis'
Dibalik 'Kebohongan' ada 'Kebenaran'
Dibalik 'Cerita' ada 'Kenangan'
Dibalik semua itu, ada 'Peristiwa yang diselenggarakan oleh waktu, dan sekenario dari takdir'
⚫⚪
⚫
⚪
☆
Seorang gadis berjalan menyusuri koridor sekolah barunya dengan kagum. Meskipun, sebenarnya ia sedang kebingungan mencari ruang kepala sekolah."Apa aku bisa beradaptasi di sekolah ini? Ini terlalu keren," gumamnya.
Dia terus melangkah, dengan pandangan diarahkan ke segala penjuru. Senyum akan kagumnya terhadap sekolah ini, tak kunjung lepas dari wajah manisnya. Bahkan dari sejak pertama kali menginjakkan kaki di depan gerbang SMAN Melati Jaya.
Setelah menyusuri hampir setiap lorong, ia duduk di sebuah kursi panjang, dan beberapa kali menghembuskan nafas kasar.
"Kalau saja aku tidak telat bangun, mungkin aku bisa datang ke sini pagi-pagi. Dan bertanya pada salah satu murid. Dasar males!" Ia merutuki dirinya sendiri. Karena datang saat siswa-siswi sedang belajar.
"Oh iya! Kenapa tadi gak tanya ke satpam aja? Ah ogeb emang." Percuma saja, dia juga lupa jalan balik ke gerbang.
"Udah males, ogeb pula! Mau jadi apa kau nak? Gausah sekolah! Pulang aja sono, tidur lagi." Jika ada yang melihat, mungkin manusia ini akan di cap gila."Aku lelah. Sebenarnya seberapa besar sekolah ini? Sampai-sampai aku tidak bisa menemukan ruang kepala sekolah," gerutunya yang mulai kesal. Lalu menyandarkan tubuh pada tembok. Berniat memejamkan mata sebentar saja.
Setelah tenaganya kembali, ia membuka mata. Sudah ada seorang lelaki di depanya.
"Luas sekolah ini? Aku tidak tahu soal itu. Tapi gedung ini berlantai 4 dengan fasilitas yang lengkap. Sepertinya kau murid baru, ada yang bisa aku bantu?" lelaki itu tersenyum dengan ramah. Membuat siapapun akan terpanah, dalam waktu yang singkat.
"I-itu, aku.. mencari ruang kepala sekolah! Benar, ruangan kepala sekolah," jawabnya dengan gugup. Dia tidak mimpi apa-apa semalam, tapi sekarang ada malaikat penolong di depanya. Apa, ini keberuntungan?
"Rehan Pratama, kelas 12 A IPS," ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Meisa Khairunnisa." Gadis ini menerima uluran tangan Rehan. Saat melihat kakak kelasnya masih tersenyum, mata Meisa dengan cepat memotret wajah cowok itu dengan kualitas HD.
Rehan mengeratkan genggamannya, lalu menarik Meisa dari duduknya.
"Ikuti aku!" katanya di depan wajah gadis yang baru ia kenal beberapa menit lalu.Dimana oksigen? Kenapa aku tidak bisa bernapas? Batin Meisa.
Rehan mulai berjalan dengan tenang, meninggalkan Meisa yang masih berdiri tegap tanpa rasa bersalah. tangannya yang dimasukan ke saku celana, membuat dia terlihat semakin tampan.
"Kau tidak mau ikut?" tanyanya tanpa menoleh kebelakang.
"Tu-tunggu aku!" Kesadaran Meisa mulai kembali, setelah tadi hilang gara-gara Rehan.
Meisa mengikutinya dari belakang, dia juga menunduk terus sampai tak sadar kalau sudah berada di depan ruangan kepala sekolah, dan saat itu juga Rehan membalikan badanya.
Bruk!
Meisa menabrak Rehan. "Maaf, maaf, gak sengaja," Ucapnya yang masih menunduk.
Rehan tersenyum. "Jangan berjalan sambil menunduk."
"I-iya."
"Kau juga harus menatap lawan bicaramu, agar ia tidak tersinggung."
Mendengar itu, Meisa dengan cepat mengadahkan pandanganya pada Rehan. "Apa kau tersinggung?" tanyanya dengan cemas.
Rehan memegang bahu Meisa. "Tidak, tapi mungkin orang lain akan. Ingat dengan baik kata-kataku tadi! Agar kau baik-baik saja disini. Masuklah, aku harus pergi."
"Emm, Makasih," Jawab Meisa. Ia bisa melihat Rehan hanya melambaikan tanganya sambil berjalan.
⚫¤⚪
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki seseorang yang memakai high heels, menggema di penjuru lorong yang bersih dari debu. Ada Meisa yang mengikuti di belakangnya.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Pagi, bu Rina!!" Semua murid membalas sapaan guru tersebut. Meskipun sebagian hanya menjawabnya dalam hati.
"Ada kabar baik untuk kalian hari ini, kalian akan mendapat teman baru. Masuklah!"
Meisa menggembungkan pipinya dahulu sebelum masuk, berharap itu akan mengurangi rasa gugupnya. Tapi sayang, itu tidak berhasil, bahkan ia lebih gugup saat berada di depan untuk memperkenalkan dirinya.
"Hai, Namaku Meisa Khairunnisa. Kalian bisa memanggilku Meisa." Ia mengatakan itu dengan satu tarikan napas.
Krik, krik, krik!
Semua orang menatap Meisa tanpa ekspresi, mereka sedikit acuh.
Apa ada yang aneh denganku?- Batin Meisa.
"Kau bisa duduk di bangku paling ujung bersama Agni, atau Alvan yang disebelahnya," ujar bu Rina.
"Aku ingin bersama Agni saja," jawab Meisa. Bu Rina hanya mengangguk, dan pergi keluar.
Meisa berjalan menuju meja paling belakang dengan senyum tipis di wajahnya.
"Apa aku boleh duduk di sebelahmu?" Meisa bertanya terlebih dahulu, ia takut jika nanti dia malah diacuhkan seperti yang barisan paling depan lakukan.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa kau mau duduk bersamaku?" Agni juga takut, ia takut Meisa diperlakuan sepertinya disekolah ini.
"Eeh, tentu saja aku mau." Meisa langsung saja duduk dengan senang, juga mengulurkan tanganya. "Meisa, kau Agni-kan?"
"Agnia putri," jawab Agni yang menerima uluran tangan Meisa.
Sebenarnya, Meisa juga berniat untuk menyapa laki-laki bernama Alvan yang duduk di sebelahnya. Tapi, dia tidur dengan lelap. Meisa terkadang heran dengan orang yang bisa tidur dalam kelas, apalagi jika kelas sedang berisik.
'Sepertinya ini awal yang bagus, semoga saja aku bisa hidup dengan damai di kota ini.'
⚫M E I S A ⚫
⚪
⚫
⚪
Ini story pertama yang aku bikin dengan serius. Jadi, mohon saran dan kritikanya jika ada kesalahan kata, tanda baca, atau yang lainya.
Makasih udah mampir ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISA
Teen Fiction>| On Going |< "Manusia tidak bisa mengubah sekenario takdir. Tapi, seseorang bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik. Kau tahu? Sebenarnya, sekenario takdir adalah cerminan dari dirimu. Fikirkanlah apa maksudnya." Start : 29/03/2020 Publish :13/0...