Karra POV
Aku benci melihatnya.
Aku menyesali keputusanku sekarang.
Dadaku sakit, air mataku turun tanpa kuminta.
Michael diam tak bersuara dibelakangku, memegangi pundakku, menahan tubuhku agar tak jatuh.
"Sial, kenapa aku harus melihat ini..." Tanganku menyeka air mataku kasar. Tubuhku gemetar, bertepatan dengan rasa sakit menyerang tengkuk leherku tanpa ampun.
Kubalikkan tubuhku cepat. Aku berjalan melewati Michael yang hanya berdiri dalam diam. Tanpa sengaja menabrak bahunya.
Aku bersumpah aku tak akan pernah lagi masuk ke dalam sel terkutuk itu!
Kubuka salah satu sel yang kupilih secara acak. Sel itu langsung terbuka, seolah tak terkunci. Aku melirik Michael, meminta penjelasan, "Sel itu tidak bisa dibuka oleh Lightsiders, hanya kita yang bisa membukanya. Jadi sepertinya tidak perlu repot-repot dikunci jika hanya kita yang bisa membukanya." jelasnya singkat. Aku mengangguk paham.
Di dalam sel itu ada seorang gadis kecil yang tengah menangis meraung-raung, meminta pertolongan. Aku tak mengerti mengapa ia meminta pertolongan disaat tak ada siapapun yg bisa menolongnya. Pakaiannya putih tetapi terdapat noda coklat kotor, rambutnya juga berwarna putih, tetapi iris matanya merah. Aku mengernyit, kenapa iris matanya seperti seorang Darksiders?
Aku tak peduli.
Aku tersenyum simpul. Kutarik lengan kurusnya dengan paksa. Ia meringis kesakitan. Aku tersenyum semakin lebar.
Tanganku yang lain menangkup rahangnya kasar. Memaksanya menatapku. "Hei gadis kecil, kalau mau cepat selesai, coba diam saja, oke? Ini tak akan menyakitimu, kecuali kau yang ingin disakiti...." ujarku lirih. Gadis itu diam, tubuhnya gemetar. Matanya menatapku sendu.
Jadi begini...
Energi Lightsiders ternyata begini ya...
Aku tak mengerti, tapi rasanya tubuhku semakin ringan, semakin segar, rasa sakit di tengkuk leherku perlahan hilang. Energi Lightsiders itu mengalir ke tubuhku. Membawa kekuatan baru untukku.
Dan, sepertinya ada hal lain...
Entah cuma halusinasiku, atau sepertinya energi ini membawa sensasi hangat ke tubuhku. Kemudian, mulutku mengecap rasa manis. Padahal aku tak memakan apapun.
Yah... kecuali energi Si Gadis Kecil ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Michael POV
Sebelumnya aku tak pernah memprediksi hal ini.
Bagaimana bisa...
Sel itu, sel yang paling gelap, paling sunyi, dan paling terpojok dari sel lainnya, menyimpan hal yang mengerikan.
Setidaknya bagi Karra.
Bagaimana tidak, darah berceceran di lantai sel, darah itu sudah mengering, menimbulkan bau tak sedap.
Potongan tubuh dimana-mana. Kaki, tangan, kepala... semuanya berceceran seperti sengaja dihamburkan diruangan itu. Sebuah kepala dengan otak yang berhamburan... kedua bola matanya tak jauh dari kepala itu, terpisah total dengan kepala, mulutnya menganga dengan darah kering di ujung bibirnya.
Tangan tanpa jari... Kaki yang sudah terpotong menjadi bagian bagian yang kecil.
Aku tak tahu harus berkomentar apa, tubuh Karra sudah hampir tumbang sejak memasuki sel itu.
Aku tak tahu apakah benar tubuh yang berada disini adalah ibunya Karra. Aku tak yakin.
Cih, bahkan sudah tidak pantas disebut tubuh kalau dengan kondisi seperti ini.
Tapi melihat reaksi Karra yang tampak terpukul, dengan tubuh yang gemetar, sepertinya benar. Sel itu menyimpan potongan tubuh ibunya.
Karra membalikkan tubuhnya cepat, menabrak bahuku dan kemudian beralih ke sel lainnya. Sepintas aku melihat air matanya jatuh yang langsung diusapnya dengan kasar.
Dan kini...
Gadis kecil berambut putih yang mendekam di sel itu tergeletak di lantai sel. Kulitnya putih pucat. Mata gadis itu terpejam, Karra terkekeh.
"Bagaimana menurutmu, Mike? Gadis ini akan mati tidak?" tanya Karra lirih. Ia berbalik, sebuah senyum terukir jelas di bibirnya.
"Cukup, Karra." ujarku tajam. "Kau berlebihan, gadis itu hampir mati sekarang, kau--"
"Lalu bagaimana? Kau mau menyembuhkan dia, hah?" tantang Karra sinis. Secepat kilat tangannya bergerak mencengkeram kerah bajuku erat. Matanya menatapku tajam.
Nyut!
"Arghhhhhh!" Aku jatuh terduduk memegangi kepalaku.
Aku berharap kepalaku meledak! Sungguh! Rasa sakit menyerang kepalaku tiba-tiba, rasanya seperti kepalaku ditusuk dalam-dalam. Dan itu tidak hanya sekali, tapi berkali-kali, pandanganku memburam. Bibirku terus meneriakkan teriakkan kesakitan yang baru kali ini kulakukan.
Sebuah tangan menangkup kepalaku kasar, dan pandanganku bertubrukan dengan mata Karra.
Nyut!
"Arghhhhh!" Teriakkanku sepertinya semakin keras, aku tak tahu, tapi aku tak tahan dengan rasa sakit yang malah bertambah ketika aku menatap Karra. Aku menutup mataku paksa dengan rasa sakit yang terus mendera membuat tubuhku gemetar.
"Berisik!" Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Perih dan panas sekali. "Coba lihat ini... kau sekarang berlutut dihadapanku, Mike. Padahal tak perlu sampai segitunya....
"Nah, sekarang aku sudah tahu banyak tentang diriku sendiri. Bagaimana? Bukankah sekarang itu berarti kita sejajar? Aku bahkan bisa melampauimu, hehe." Suara lirihnya terdengar berdengung di telingaku.
"Mulai besok dan seterusnya... jadilah partner-ku. Aku ingin kau yang selalu membantuku. Hanya kau. Dengar kan?
"Aku... akan benar-benar menghabisi Lightsiders, aku membenci mereka! Dan kau..., Mike. Kau harus tetap membantuku kan... Kau tak mau merasakan rasa sakit seperti ini lagi bukan?"
Mendadak, rasa sakit yang tadi mendera kepalaku hilang. Hilang sepenuhnya, seolah tak pernah ada. Tapi, sungguh, aku tak akan pernah melupakan sensasi rasa sakit itu. Sepertinya, Karra benar-benar mengendalikan rasa sakit barusan. Aku dalam bahaya...
Bruk!
Karra jatuh tiba-tiba, mataku membelalak kaget. Darah mengalir keluar dari bibirnya. Dengan jumlah yang banyak. Pangkal rambutnya memutih tiba-tiba...
Sial, sepertinya bukan aku yang dalam bahaya sekarang...
"Karra!"
To be continue.......
Hai! Maaf ya kalau update cerita ini gak nentu, aku harap kalian tetap suka sama ceritanya yaaa
Kritik dan saran donk, butuh banget nihh, hehe XD
Jangan lupa vote dan coment yahh♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Lightside And Darkside
FantasíaDunia telah terbagi menjadi dua. Sisi gelap (darkside) dan sisi terang (lightside). Hal ini menyebabkan umat manusia juga terbagi menjadi dua kelompok besar. Setelah sebuah kejadian besar yang membuat dunia terbagi menjadi dua sisi, umat manusia kin...