Author Point of View
Pagi yang cerah, matahari bersinar terang, dedaunan mulai menghijau, beberapa burung kecil beterbangan kesana-kemari. Sungguh pagi yang damai.
Seorang remaja laki-laki yang mengenakan seragam SMA berjalan santai sembari memandangi sekelilingnya. Menikmati musim panas yang akan datang.
"Sudah mau musim panas ya" gumam remaja berambut coklat dengan manik amber itu sambil memandang langit
"Aileen!!" sebuah suara memanggilnya dari belakang
"huh?" sontak ia berbalik
"Pagi bro!" ucap suara tadi yang ternyata seorang remaja seumurannya yang bersurai hitam
"Pagi juga, Yamato-san" jawab Aileen dengan nada datar dan senyum tipis
"umm, kamu ya. . ." Yamato memandangnya dengan tatapan sedih
"Apa? " tanya Aileen
"Bisa manggil nama kecilku aja? Lagipula caramu menyebut namaku terlalu sopan, kita teman sekelas kan?" tanya Yamato dengan nada agak sedih
"Ah, itu ..." Aileen memandang ke samping
"Ya sudah deh, aku agak risih dengan kumpulan cewek-cewek di belakang kita" Yamato lalu kembali melanjutkan jalan diikuti Aileen
Yamato melirik remaja di sampingnya
"Susah ya, jadi populer~"
Aileen hanya terdiam dan tetap berjalan
"Nee, cuek juga ya kau" lanjut Yamato
Aileen balas meliriknya "huh?"
Remaja berambut hitam tersebut menghela napas
"Ano, na! kau tidak merasakan sesuatu meski dikagumi dan diidolakan para gadis -gadis di sekolah?!!" Yamato mulai tidak sabaran
"Itu...Tidak" Aileen menjawab dengan datar
"He..hei, entah se-tidak tahunya dirimu setidaknya kau tahu kenapa gadis-gadis sekolah senang menyapa dan sering mengajakmu bicara bukan?" dengan nada kesal Yamato menjelaskan permasalahannya kepada Aileen
"Menjalin hubungan"
"h..hah?" mata hitam Yamato membulat kecil
"Dalam dunia kerja, menjalin hubungan dengan orang yang kemampuannya bisa diandalkan adalah salah satu strategi yang bagus" ucap Aileen datar
"Eh?"
'apa orang ini terlalu banyak makan buku ya?' batin Yamato sebenarnya ingin bilang tapi tak tega
Aileen yang sedari tadi memasang tampang datar kini sedikit tersenyum
"Begitupun kamu kan? Tuan dengan nilai paling bawah?" Aileen terkekeh lalu jalan lebih cepat
"A..apa??!! sini kau Aileen!!!"
Yamato yang tersulut emosi langsung mengejarnya.
-------------------------
Aileen Point of View
Pandai, dikagumi banyak orang. Aku akui banyak orang yang memang datang padaku karena kelebihanku. Namun, yang menggangguku adalah, mereka ingin aku menikmati keadaanku yang terlihat 'sempurna' dimata mereka. Semuanya sama saja. Seolah aku harus bersikap lebih menikmati sesuatu hal yang tak ingin kulakukan.
"Aileen!!mau makan siang bareng?" sekelompok siswa sekelasnya mengajak Aileen yang duduk memandangi jendela
"Sekali-kali makan siang bersama teman kelasmu itu hal yang bagus lo" ucap seorang siswa dengan kacamata dan berambut oranye, dia adalah ketua kelasku
Kupandang mereka datar, lalu tersenyum tipis
"Aku, tidak usah" Aku mengambil bekalku dan pergi meninggalkan kerumunan tersebut.
--
Satu-satunya tempat sepi hanyalah di atap, aku memandang langit cerah dalam-dalam lalu duduk membuka bekalku. Hei, dulu aku tidak seperti ini kok. Tapi tuntutan 'takdir' ku yang membuatku seperti ini.
Ayahku telah bercerai dengan ibuku. Sebagai single parent, hidupku sudah di 'jadwalkan' penuh oleh ibuku. Teman, prestasi, masa depan. Semua harus sesuai dengan targetnya.
-siswa di kelasmu bukanlah 'teman' , mereka adalah orang-orang yang bersaing denganmu-
Aku bukanlah orang bodoh yang tidak tahu kalau apa yang diajarkanku adalah sesuatu yang kurang tepat. Namun, mematuhi orang tua juga hal yang harus dilakukan bukan?
Aku mengambil sumpitku "Ittadaki-"
"Ah, disitu kau rupanya" dari balik pintu datang Yamato dengan membawa kantong plastik berukuran sedang di tangannya
Aku lalu kembali melanjutkan aktivitasku, seperti biasa orang satu ini datang menggangguku
Yamato terkekeh pelan
"Padahal aku hanya pergi ke kantin sebentar" remaja itu lalu beranjak duduk disampingku
"Mau coba?" ia memberiku sekaleng susu coklat yang sepertinya ia beli saat pergi ke kantin sebelumnya
Aku menggeleng pelan lalu melanjutkan makan "Aku membawa minuman sendiri"
"Hah, kau pun sepertinya sangat menjaga jarak dengan teman mu ini" Yamato yang telah menyerah lantas mengambil sebungkus sandwich dari kantong plastik
"Teman, ya" Aku terdiam sejenak, bibirku kembali menyunggingkan senyum lalu sejenak memandang langit entah untuk ke- berapa kalinya
"hng? mm adwa apwa?" tanya Yamato yang masih mengunyah sandwichnya
"Jangan bercanda" ucapku pada Yamato lalu menutup bekalku yang masih tersisa banyak dan pergi
-----
Menyebalkan. Aku mulai merasa muak dengan semuanya.
Dengan gusar aku berjalan melewati orang-orang di koridor lalu berhenti di lorong yang sepi sambil memandang ke depan, dimana tepat di sebelah sekolahku berdiri sekolah Elit Swasta yang cukup terkenal.
Pandanganku memusat pada seorang gadis berambut pendek sebahu berambut Silver dengan manik biru tengah berdiri sendirian dan menatap langit dengan tatapan kosong.
"Ah, sepertinya kau juga..." gumamku memandang gadis tersebut dengan raut muka yang lebih tenang dari sebelumnya
Jangan berpikir macam-macam dulu. Dia adalah salah satu 'temanku' , Putri bungsu dari perusahaan ternama Takahashi Group , ibuku berhubungan baik dengan ibunya. Ia dan ibunya juga sering mengunjungi restoran ibuku.
Tak lama berselang, pandangan sang gadis kembali menghadap ke depan, sepasang mata kami tak sengaja bertaut. Aku mengangkat tangan kananku ke depan, sebagai isyarat untuk menyapanya, ia menatap dalam diam sejenak lalu menganggukkan kepala dan segera pergi.
Yah, cukup asing untuk ukuran 'teman' bukan?
Teng nong Teng nong
Mendengar bel masuk telah berdenting, aku melangkahkan kakiku menuju kelasku.
Namun, baru beberapa langkah, aku perlahan berhenti melihat kumpulan siswa yang menatapku dengan tajam. Aku tak mengenal mereka, dan sepertinya bukan teman sekelasku. Salah seorang dari mereka maju tepat di depanku.
"Aileen Senan Eoin, itu kau bukan?" tanyanya dengan ketus
Baiklah, sedari dulu ibuku hanya mengajariku untuk unggul dalam hal pelajaran dari siswa-siswa lain.
Bagaimana aku melewati yang satu ini?
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Change Your Fate
Teen FictionBagi mereka, Kehidupan mereka memuakkan. Semua sudah tergariskan sejak lahir. Pasangan, masa depan. Semuanya telah ditetapkan. Namun, jika suatu saat kau bertemu dengannya "Apa kau. . . . . . ingin merubah takdirmu...