14. SEPERTINYA WAKTU MULAI MENGAJARKAN CARA MERINDU

4.8K 446 45
                                    

Sore, Dears!

Hara balik lagi buat menemani malam Selasa kalian. Semoga update-an Hara bisa menghibur kalian yang mencanangkan #dirumahsaja. Atau bagi kalian yang masih bekerja di luar rumah dan tidak bisa ditinggalkan, semoga sehat-sehat selalu sampai Indonesia kita sembuh.

Bab ini panjang seperti biasa, ya. Cerita Aira memang tidak Hara potong jadi 2 bagian. Sengaja biar kalian puas. Hehe

So, budayakan vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita.

Tolong cek typo, ya ...

Happy reading!

***

Persiapan pernikahan Aira berjalan lancar meskipun ada beberapa kendala kecil. Mengingat adanya perubahan tempat, yang rencananya akan diadakan di luar negeri, tetapi mendadak berubah di Indonesia, maka Aira dan Ardi harus berlapang hati untuk mengundur pernikahan mereka satu bulan lebih lama.

Kedua keluarga sepakat untuk mengusung dua adat sekaligus. Adat Sunda saat akad nikah, lalu adat Bali untuk unduh mantu. Sedangkan untuk resepsi, semua tetua membebaskan Aira dan Ardi untuk memilih tema. Akhirnya, pilihan keduanya jatuh pada tema internasional dengan garden party agar lebih luwes dan santai menyapa para tamu.

Dalam proses pernikahan itu, Aira tidak diizinkan mengurusnya langsung, melainkan diserahkan pada wedding organizer ternama pilihan Delisa dan Marta. Aira hanya memberikan sumbangsih kecil dengan memilih beberapa pernak-pernik pernikahan sesuai seleranya. Tentu saja dengan didampingi Ardi meskipun pria itu hanya akan mengangguk, lantas berkata iya akan pilihan Aira.

Seperti saat ini, Aira sedang kebingungan memilih souvernir pernikahan. Pilihannya ada dua, lilin yang dibentuk dalam gelas dengan hiasan cantik dan dominan warna ungu, atau lilin dalam bentuk gaun pengantin wanita dengan lilitan pita di sekitar pinggang yang memberikan kesan manis. Otaknya hampir meledak saat disuruh memilih. Karena sumpah demi apa pun, Aira sudah jatuh hati pada keduanya.

"Bagaimana, Sayang? Kamu mau yang mana?" Marta menegur Aira yang sibuk mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu.

Aira menggerakkan kepalanya ke samping. Netranya berpendar penuh kebingungan. "Menurut Mami, lebih bagus yang mana?" tanyanya frustrasi.

Tawa Marta mengudara diiringi senyum geli Johan. Melihat riak wajah putri bungsu mereka yang kebingungan setengah mati, laksana hiburan tersendiri bagi keduanya.

"Kamu sukanya yang mana, Sayang?" Johan tak tahan untuk ikut bertanya. Sudah satu jam Aira tak memberikan keputusan apa pun akan pilihannya. Dia takut kalau petugas WO yang membawakan sampel souvernir itu mulai jengah.

"Aira suka keduanya, Pi," jawab Aira lesu. Bahunya bergerak turun. Bibirnya mengerucut, masih berusaha menimang dua pilihan di depannya.

"Ya sudah, ambil semua saja. Tidak masalah, 'kan?" Marta menyarankan.

Seketika bola mata Aira membulat. Dia menoleh ke arah Marta seraya berkata, "Mana bisa begitu, Mi! Aira tidak mau. Lagi pula, Mas Ardi pasti juga tidak akan setuju suvenirnya berlebihan seperti itu. Satu saja cukup."

"Ya sudah, pilih!" titah Johan. Dagunya mengendik pada dua souvernir yang bertengger cantik di atas meja.

Fokus Aira kembali pada dua benda yang menyita waktunya selama satu jam terakhir. Diamatinya lekat-lekat dua lilin dengan bentuk berbeda itu. Matanya yang jeli berusaha menemukan kekurangan antara salah satunya. Akan tetapi, baru lima menit menimang pilihan, dia kembali menyerah.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang