Januari 2019.
Seoul, 07.40 PMMinkyung berjalan mendekati lelakinya yang tampak gusar menentukan nasib ke depannya. "Lakukan jika kau yakin, mundur jika kau tak yakin!" ucapnya pada lelaki di seberang mejanya.
Lelaki itu menatap jendela berembun di dekatnya sore itu. Bagian luar jendela tampak berair sisa salju semalam yang mulai mencair. "Tapi ini satu-satunya kesempatan terakhirku"
"Ya sudah lakukanlah!" tegas Minkyung.
"Apa menurutmu aku bisa melakukannya?" tanya Seungwoo pada wanitanya.
"Menurutmu?" tanya Minkyung kembali.
"Ah, aku tak yakin!" wajahnya kian menunjukkan rasa cemas. "Kau sendiri yang bilang bahwa survival itu tidaklah mudah." Kini ia menatap dalam mata wanita itu.
Minkyung menyeruput kopinya, "Memang benar! Tidaklah mudah, dan di dunia ini tidak ada hal yang mudah!" wanita itu meletakkan cangkir Kopinya. "Kau bilang ini kesempatan terakhirmu. Kau bilang ini satu-satunya cara menyelamatkan grupmu, maka lakukanlah!"
Seungwoo mencerna tiap kalimat tegas yang dilontarkan kekasihnya. Otaknya dipenuhi bermacam-macam kemungkinan di depan mata, tentang apa yang akan terjadi tiap ia menentukan langkahnya.
"Bagaimnana dengan kita?" tanya Seungwoo kemudian. Laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan mendekat pada wanitanya. "Bagaimana dengan kita?" tanyanya lagi. Ia duduk tepat di sebelah kursi kekasihnya.Minkyung terdiam, kini giliran otaknya yang dipenuhi oleh banyak pertanyaan, segala dampak pengiring dan semua kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya, pada hidupnya.
Seungwoo mengacak rambutnya, frustasi. "Menurutmu bisakah kita berbohong dan menyembunyikan semua ini? atau bisakah akuㅡ"
"Dengarkan aku! Aku sangat mendukung setiap keputusanmu. Jadi tolong pikirkan baik-baik, pikirkan semua ini dengan matang." Minkyung memotong ucapan kekasihnya. Tangan kirinya menyentuh tangan kekasihnya kemudian menggenggamnya. "Tolong pertimbangkan juga masa depanmu." pintanya tulus.
"Tapi kau juga bagian dari masa depanㅡ"
"Masa depanmu yang lain!" lagi-lagi ia memotong kalimat Seungwoo. "Kau bilang kau ingin menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tuamu, para noonamu, menjadi leader yang dibanggakan member grupmu, dan captain yang dibanggakan penggemarmu"
Seungwoo kembali terdiam. Kini pandangannya hanya tertuju pada lantai cafe dengan ornamen serba cokelat kayu itu. Setiap kalimat yang dilontarkan kekasihnya itu menampar keras dirinya, membuatnya mengingat akan perjuangannya yang bertahun-tahun lamanya.
Sama seperti dirinya, kekasihnya pun harus melalui perjalanan panjang untuk meraih mimpi debut sebagai anggota grup idola. Bahkan lebih dari dirinya, perjuangan kekasihnya itu berkali lipat dibandingkan dengan dirinya saat ini.
Minkyung menjadi trainee suatu agensi, mengikuti survival pada tahun 2016, gagal melakukan debut di acara survival tersebut, kembali menjadi trainee di agensinya, menunggu debut saat dua calon member grupnya purna tugas bersama grup debut survivalnya, melakukan debut bersama 9 anggota lainnya pada tahun 2017, melakukan debut sub unit lima anggota, lalu grupnya bubar begitu saja dua tahun kemudian.
Padahal untuk ukuran rookie, grupnya terbilang cukup sukses karena berhasil menyabet piala ROTY. Kini ia kembali menjadi trainee seperti tiga tahun yang lalu.
Pernah ia mencoba mengubur semua mimpinya, tapi semangat Seungwoo selalu berhasil membuatnya bertahan hingga saat ini."Oppa, apa yang menjadi kekhawairan terbesarmu?" tanya wanita itu membuyarkan lamunan Seungwoo.
"Dirimu." Jawab Seungwoo lirih. "Aku mengkhawatirkan dirimu" ia menatap dalam mata wanita yang selalu bersamanya tiga tahun terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
101 SERIES : Redebut 101
Fanfic"debut itu sulit, tapi redebut jauh lebih sulit" ucap Han Seungwoo pada gadis di hadapannya. acara survival itu kembali memaksanya berjuang sekali lagi untuk meraih mimpinya. sebuah mimpi menjadi idola yang bisa berdiri di tengah stage dan mendengar...