As usual

421 45 17
                                    

Hari baru, kebiasaan lama.

Butuh waktu yang lumayan lama untuk bisa bertemu pada hari yang dinanti ini. Pasalnya, mereka harus melewati 5 hari penuh drama hingga akhirnya mendapat waktu berkualitas bersama.

Mereka siapa?

Perkenalkan tokoh utama pada cerita ini, Jung Wooyoung dan Choi San. Keduanya sudah menjalin hubungan hampir setahun dan masih terbilang romantis untuk takaran hubungan yang penuh lika-liku.

Hari Sabtu yang dinanti akhirnya tiba. Taman bermain, taman kota, museum, perpustakaan, ruang latihan dance, karaoke sampai berburu jajanan pasar sudah pernah mereka lakukan bersama.

Kali ini pemilihan tempat yang tergolong biasa saja sudah ditetapkan. Pusat perbelanjaan.

"Dingin, ya."

Kalau sudah seperti ini, San hanya menahan kekehannya. Wooyoung memang pandai mencuri waktu di tiap kesempatan. Sebelah kuasanya digunakan untuk merangkul sang kekasih kemudian mengecup puncak kepalanya sekilas sebab tak mau jadi pusat perhatian.

Keduanya kini melangkahkan kaki menuju tempat yang biasa mereka jadikan titik kumpul saat ingin bertemu atau peristirahatan setelah berkeliling.

"Siapa yang pesan, nih?" tanya San. "Ah, kamu lah!" jawab Wooyoung cepat. "Loh, tapi kemarin-kemarin udah aku?" respon San tak mau kalah. "Ish, masih grogi tau!"

San tertawa kecil. Kalau boleh buka kartu, baik Wooyoung dan dirinya masih merasa tertekan dan panik ketika hendak memesan apalagi seperti outlet Chatime yang mereka datangi ini.

Kalian pasti tahu rasanya, kan?
Agak sulit mendeskripsikannya, tetapi saya yakin kalian paham apa perasaan yang saya maksud.

Sebab penulis pun merasakannya ㅜㅅㅜ

"Giliran kamu, dong?" bujuk San lagi. Kebetulan antriannya tak begitu ramai sehingga perdebatan mereka harus selesai dengan cepat. "Ish, kamu aja!"

Wooyoung menggunakan senjata ampuhnya berupa rengekan. Namun kali ini San sudah diselimuti rasa panik sehingga senjata itu tak mempan. "Buruan lah, udah keburu kita nih. Aku beli makanan yang lain deh, kamu yang antri?" tawar San. "Kalo gitu, aku aja lah?" tawar Wooyoung tak mau kalah.

"Masalahnya kemarin-kemarin udah aku, loh? Masa aku lagi?"

"Ya kan berarti kamu udah biasa pesen, aku takut soalnya."

"Ya diberaniin, gimana mau bisanya nanti coba?"

"Ish, tapi kali ini kamu ajalah yang pesen, ya?"

"Kamu, dong?"

"Selamat datang, ingin pesan apa?"

Keduanya terdiam. Ternyata ini sudah giliran mereka. "Samain aja," bisik San di telinga Wooyoung. "Pure cocoa yang ukuran large dua, less sugar terus esnya normal."

Ia menghela nafas pelan.

"Atas nama?"

"San."

"Baiklah,"

Kemudian dilanjutkan dengan pembayaran dan keduanya menyingkir dari antrian. San melayangkah cengiran khasnya sementara Wooyoung menatapnya datar. Ia memberikan struk pembayaran pada San dan duduk di bangku yang menyediakan meja panjang, biasanya terletak di pojok outlet. Lalu San hanya tinggal menjemput pesanan mereka tadi.

Kejadian tersebut hanya satu dari hal yang biasa mereka perdebatkan. Hanya satu dari sekian banyak hal. Mungkin orang-orang menanggapinya dengan menganggap mereka bertengkar, tapi tidak. Keduanya sering dilanda panik ketika memesan hal-hal seperti tadi. Hanya itu saja.


END



Requested pair by febrinamltma

WOOSAN: OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang