Bagian 3

1.5K 93 0
                                    

Hai, bagian 3 sudah di update di (https:// trakteer.id /christal-alice) atau klik link yang ada di bio saya.

Dan sepertinya saya kesulitan hanya update di hari minggu, jadi akan di update kapan saja jika saya sempat xD

.

Bagian 3

Length of Words: 5.183

Price: 1 Cup Coffee/ 5k

Teaser

.

Mobil-mobil di jaman ini telah berubah. Beberapa lebih kecil, dan beberapa jauh lebih besar. Lalu, ada semacam LED di dalamnya. Layar kecil yang menampilkan sebuah peta yang bisa menunjukkan area mana pun yang ingin dituju.

Seokjin menyentuh banyak tombol yang ada di sana.

Kemudian, radio di jaman ini memiliki ratusan saluran. Sungguh mengagumkan. Musiknya terdengar hebat dan iramanya lebih cepat juga lebih keras dari yang Seokjin ingat.

Dan kursi yang dia duduki sekarang... itu terasa lebih tebal dan lebih hangat.

Seokjin menyukainya.

"Ya, mereka menyerang di luar bar," kata Namjoon, berbicara melalui ponselnya. Ponsel yang tampak tipis dan kecil.

Seokjin mengerutkan kening penasaran ketika dia menatap ponsel itu. Terakhir kali dia melihat ponsel, ukurannya sangat besar. Tetapi, ponsel yang Namjoon miliki ukurannya lebih kecil dan sangat tipis.

Dan tidak ada serangkaian tombol pada ponsel itu. Namjoon baru saja menyentuh layarnya dan sesuatu terjadi.

Seokjin juga menyukai benda itu. Dia harus segera mendapatkan salah satu ponsel yang seperti itu. Benda bernama gadget selalu membuatnya penasaran.

"Kami sedang dalam perjalanan. Tetaplah waspada, Taehyung." Perintah Namjoon dan mengakhiri panggilannya.

Nah. Sekarang adalah gilirannya. Seokjin merebut ponsel itu dari tangan Namjoon tanpa izin. Dia menyentuh layar ponsel tersebut dan seketika menyala, lalu dia menekan-nekan sesuatu di layarnya, kemudian musik meraung dari sana. Lalu, di sana juga ada semacam permainan burung-burung kecil yang muncul dan─

Namjoon merebut kembali ponsel itu dari tangan Seokjin, "Apa yang sedang kau lakukan?"

Seokjin ingin protes. Dia menginginkan ponsel itu kembali. Tapi, pada akhirnya dia hanya diam. Lalu, jari-jarinya mengepal di atas pangkuannya. Karena dia selalu di ajari... jangan biarkan orang lain tahu apa yang kau inginkan. "Asal kau tahu saja, banyak yang telah aku lewati selama dua puluh tahun."

.

.

Namjoon tahu apa yang ingin Seokjin lakukan. Pemuda itu ingin berburu. Pergi untuk mencari mangsa dan mencicipi darah mereka.

Namjoon menghela napas. Itu tidak akan berhasil, sayang. Kau sudah terikat padaku. Apakah Namjoon harus merasa bersalah tentang hal itu? Tidak. Akhir-akhir ini, Namjoon tidak bisa merasa bersalah tentang apa pun dan─

Seokjin tiba-tiba menghilang.

Namjoon bergegas mengejarnya ketika jantungnya berdetak kencang di dadanya. Gerakannya sangat cepat dan─

Tiba-tiba, sesuatu mendorongnya mundur hingga punggungnya membentur batang pohon yang besar.

"Serius? Kau tetap mengikutiku? Yang benar saja! Apa yang harus aku lakukan padamu!" Seokjin berkacak pinggang dengan raut wajah yang tampak begitu kesal. "Apa aku harus memenggal kepalamu agar kau bisa menjauh dariku?"

.

.

"Werewolf selalu sama saja," Seokjin menghela napas saat dia menjauh dari Namjoon. "Kalian selalu berpikir bahwa kalian bisa mengendalikan semua orang─mengendalikan semua hal yang ada di sekitar kalian." Lalu, dia melenggang menuju lorong gelap kemana Taehyung pergi.

"Tidak juga." Kata Namjoon datar.

Seokjin berhenti melangkah, kembali menoleh untuk menatap pemuda itu.

"Aku tidak bisa mengendalikan semua hal. Jika aku bisa, maka, mungkin masih ada lebih dari enam anggota pack-ku yang masih hidup." Namjoon mengikuti Seokjin. Sengaja melakukannya. "Jika aku bisa mengendalikan semuanya, keluargaku mungkin masih hidup. Aku tidak akan pulang untuk menemukan ayah dan ibuku mati. Mereka dibunuh dengan cara yang keji. Jika aku bisa mengendalikan semuanya, Ken tidak akan mungkin bisa membunuh mereka." Orang tuanya datang ke negara ini karena mereka ingin memulai awal yang baru. Mereka membawa semua anggota pack mereka pindah ke negara ini. Awalnya, mereka semua begitu berharap.

Entah itu rasa simpati atau mungkin juga iba, melintas dalam tatapan Seokjin. Namun, emosi itu hanya membangkitkan kemarahan Namjoon. Rasa kasihan adalah hal terakhir yang dia inginkan dari Seokjin.

.

.

Perlahan, Namjoon melangkah maju, "Itu tidak berhasil," kata pemuda itu datar.

Tentu saja, Namjoon tahu yang sebenarnya. Seokjin pun juga. Dia hanya terlalu... putus asa.

"Itu membuatmu sakit, bukan?" Tanya Namjoon. "Ketika kau meminum darah orang lain."

Ya. Dan, bagaimana seorang vampir hanya bisa meminum darah dari satu orang? Seokjin benar-benar jatuh terlalu jauh dari kekuasaannya. Dia bukanlah teror mengerikan bagi para warga kota lagi.

Namjoon berlutut di sampingnya. De ja vu. Karena Seokjin pernah berada di posisi itu sebelumnya. "Aku ingin kau meminum darahku. Ambil darahku... aku tidak peduli. Aku bisa memberikan apa yang kau inginkan. Hanya aku."

Namjoon tidak mengerti. Tapi saat itu, Seokjin tidak punya energi dan kontrol untuk membuat pemuda itu mengerti.

Dua puluh tahun. Seokjin merasa dirinya sudah mati saat itu, tetapi pikirannya terus menerus menangis dalam kesakitan.

.

.

Visit my account in >> Trakteer Id to read full part 3 The Mortal Instrument

The Mortal Instrument | NamJin [Trakteer] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang