Rekaman dan fakta sebenarnya

36 2 0
                                    

         Kini Jungkook berdiri di depan makam bertuliskan nama Park Jimin. Dia menangis seorang diri karena orang yang lainnya sudah meninggalkan makam itu.

Air mata Jungkook tak kunjung henti. Mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Ia sudah kehilangan 3 hyung berharganya dan kini ia kehilangan satu lagi. Ditambah begitu syoknya dia saat melihat hyungnya ini mati secara menggenaskan dengan tubuh yang tak utuh sebab tabrakan. Dan itu karena hyungnya melindungi Jungkook.

"Bodoh... hiks... aku bodoh... hiks.. gara-gara aku.. hiks.. semuanya... gara-gara aku hiks... mereka mati karena aku.. hiks.." Jungkook mengeluarkan kertas lagu milik Namjoon dan name tag Jimin lalu ia memeluk kedua benda itu.

Tes! Tes! Tes!

Hujan. Jika ia berada di kuburan, hujan pasti turun. Hujan seakan seperti air matanya disini. Namun Jungkook membenci itu.

"KENAPA KAU MENGAMBIL MEREKA SEMUA DARIKU TUHAN??!" Jungkook berteriak lirih.

Kertas lagu milik Namjoon sudah basah karena hujan itu. Jungkook segera memasukkannya kedalam plastik agar tak sobek. Tak lupa ia memasukkan name tag Jimin ke dalam plastik itu juga. Lalu setelah itu dia memeluk batu nisan Jimin.

"Chim hyung maafkan aku.. hiks.. mianhae.. hiks... aku dongsaeng yang buruk bukan? Hiks.." Jungkook menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya yang dilipat diposisi jongkok.

Kau harus bangkit Jungkook-ah, kau bukan dongsaeng yang buruk, percayalah kau itu dongsaeng yang sangat baik

"Lupakan hyung, aku ingin mati saja.. hiks.. aku ingin menyusul kalian hyung..." Jungkook mengeluarkan kembali name tag Jimin. Dia mengarahkan sudut name tag yang tajam itu pada pergelangan tangannya.

Kau tak boleh berkata seperti itu Kook-ah, kau harus hidup!

"Bodo amat hyung!"

Grep!

Pergerakan Jungkook terhenti karena ada tangan seseorang yang menahan tangannya. Jungkook menatap tajam ke arahnya.

"Kau tidak boleh seperti ini. Kau harus kuat meskipun orang yang kau sayangi pergi jauh meninggalkanmu. Kau itu punya harapan hidup. Kau harus hidup! Lalui semuanya meskipun itu sulit." Katanya sembari menunjukkan senyum khasnya.

"Ta.. tae.. tae-hyung..?.." kata kata Jungkook terhenti karena ia tiba tiba ambruk.

"Ya, Kookie-ya! Sadarlah! Andwae!" Pemuda itu menggedong Jungkook dan membawanya ke rumah sakit.

'Selamat tinggal Jimin..' batin pemuda itu lirih.

Sesampainya dirumah sakit, dia meminta para dokter untuk menangani Jungkook. Jungkook diperiksa di dalam ruangan icu. Sedangkan pemuda itu duduk diluar sembari menunggu hasil.

"Bagaimana keadaannya hyung?" Tanyanya ketika sang dokter keluar. Sepertinya dia dan sang dokter itu saling kenal.

"Taehyung? Kau keluarganya?" Tanya sang dokter.

"Nee, hyung. Aku salah satu hyungnya." Jawab Taehyung.

"Ikuti aku. Ada yang mau kukatakan Taehyung-ah."

Dia mengikuti sang dokter hingga sampai di ruangan dokter itu. Lalu dokter mempersilahkannya untuk duduk di depannya.

"Apa dadanya pernah terbentur?" Tanya dokter.

"Aku tak tau hyung. Memangnya kenapa?" Tanyanya balik.

"Karena benturan itu, jantungnya tak mampu memompa darah dengan baik. Aliran darahnya menjadi tidak stabil. Dia bisa saja dinyatakan koma jika kau tidak cepat membawanya kesini."

Only Dream[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang