2. Mungkin itulah yang terjadi

0 0 0
                                    

  Kadang terasa lelah untuk mengurus kost sendiri. Ya... sama seperti mengurus kamar sendiri. Apalagi kost ini lumayan besar daripada kamarku sendiri.
  Bahkan, saat aku harus membersihkannya... aku butuh waktu selama satu jam untuk bersihkan semua yang ada.
  "Kakak...!!!"
  "Kenapa kau berteriak sekeras itu..!! Ada apa sih ?" Aku menghampiri adikku yang berada di depan pintu dengan nafas yang tak beraturan.
  "Kak, aku dapat berita dari Universitas kita. Katanya akan diadakan ujian khusus untuk mahasiswa yang ingin dapat kelas unggulan."
  Aku membuka mulutku sangat lebar, karna terkejut akan kabar gembira itu.
Aku sangat gembira. Karna aku pasti bisa mendapat kelas unggulan itu.
  "Benarkah ?. Kapan mulai pendaftarannya ?"
  "Katanya sih... kalau secepatnya, mungkin akan cepat juga proses ujiannya."
  Aku tersenyum gembira dan mengajak Doni kembali kesana untuk mendaftar ujian masuk kelas unggulan.

📚📚📚

  Aku berjalan menuju koridor kelas tengah yang sudah dipenuhi banyak calon Mahasiswa yang mendaftar. Aku menghentikan langkahku saat mendengar sesuatu yang dibicarakan seseorang di sampingku.
  "Apa kau tahu ? Katanya, ujiannya sangatlah sulit." Ucap orang itu.
  "Benar, katanya juga ujian ini tak seperti ujian yang biasannya. Akan ada tes mental" sahut yang lainnya.
  Aku hanya diam tak mampu bergerak. Apakah aku bisa menjalani ujian khusus ini ?. Mungkin akan sulit bagiku. Kalau adikku sendiri sih, mana mau. Dia adalah orang yang selalu mengambil langkah simple dalam semua hal di hidupnya.
  Tapi bagiku... hal-hal sulit adalah hal yang membuat hidup kita lebih seru dan menyenangkan.

📚📚📚

  Selesai mendaftar, aku mengajak Doni untuk makan siang di cafe dekat Universitas. Cafe yang sangat besar, tapi jarang dipenuhi oleh orang kota. Karna kebanyakan saat liburan, kafe dipenuhi oleh banyak Mahasiswa Universitas.
  Aku memesan dua mie pangsit pedas. Dan memaknnya bersama Doni.
  Tiba-tiba, ponselku berdering dan merusak suasana indah di kafe. Aku mengangkatnya dan mendapati suara ayahku yang sedang menelpon.
  "Fajar, apakah disana menyenangkan ?" Tanya ayahku dari telepon.
  "Sangat menyenangkan ayah. Aku yakin disini kami berdua akan jadi anak mandiri yang pernah ayah miliki." Jawabku dengan percaya diri. Meski itu tidak kelihatan masuk akal bagiku.
  "Baiklah, ayah akan menghubungimu lagi. Ayah masih banyak kerjaan"
  Ayah menutup panggilannya. Aku melanjutkan makan bersama Doni. Doni tiba-tiba saja menatapku dengan tatapan sinisnya. 'Kenapa anak ini... awas kalau kau menatapku sinis seperti itu lagi ' ucapku dari dalam hati.

📚📚📚

  Hari yang ku nanti-nanti akhirnya datang. Hari dimana aku harus ikut ujian khusus untuk mendapatkan kelas terunggul di Universitas itu.
  Aku mengemas semua buku pelajaran yang aku dapatkan dari ayah. Benar saja, ayahku adalah Alumni Universitas yang akan aku tempati.
  "Don, kamu jangan keluar kemana-mana. Tetap di rumah dan jaga rumah agar tetap aman" aku menyuruh Doni untuk menjaga rumah selama aku pergi. Ya, sekarang aku menyebut kost ku sendiri sebagai rumah baruku sendiri. Meski terkadang aku selalu rindu rumah asliku.
  Doni mengangguk dengan rasa malas yang terpendam dalam dirinya. Aku bisa melihatnya.
  Bukannya sombong, dari kecil aku dianugerahi keajaiban dalam diriku. Yaitu mampu membaca pikiran orang lain. Entah darimana aku mendapat keajaiban seperti itu. Tapi, kata ayahku. Aku dapat keajaiban itu karna kecelakaan yang aku alami ketika masih berumur 7 tahun.

Flashback on
  Aku diculik oleh seorang penculik dan penculik itu mengancam ayahku. Jika ia tak membayarnya 100 juta, maka aku akan mati.
  Tapi aku adalah anak pemberani. Aku berhasil melarikan diri dari penculik itu dan menuju ke sebuah kantor polisi. Tapi saat aku tengah melarikan diri. Sebuah truk kecil pengantar paket menabrakku.
  Tubuhku terpental jauh dari tempatku tertabrak. Dan membuatku terbentur sebuah pohon besar.
  Aku pingsan dengan kepala yang bercucuran darah. Mataku terbuka sedikit demi sedikit dan melihat sesuatu di depanku. Seperti cahaya yang sangat terang. Aku tak tahan akan rasa sakit dan kembali pingsan.

Flashback off

📚📚📚

  Aku memasuki ruang kelas ujian khusus yang sudah dipenuhi banyak orang. Aku duduk di sebelah anak laki-laki berambut hitam pekat dengan heandshet di lehernya. Aku mencoba mengajaknya berkenalan.
  "Kenalkan, namaku Fajar Ali Nugroho. Panggilannya Fajar. Tapi kadang sering dipanggil kusut. Ya... kau tahu sendiri kan wajahku yang amat kusut ini."
  Yang diajak kenalan malah asik mendengarkan musik dan menggoyangkan tangannya. Aku merasa dikacangin. Tak dianggap ada oleh anak ini.
  "Nama gue Hendra. Nggak usah dipanjangin. Panggil gue hendra" anak dengan nama hendra itu tiba tiba menjawab dan tersenyum kepadaku.
  Semoga saja awal perkenalan kami berdua menjadikan kami sahabat sejati.

📚📚📚

  Ujian akhirnya selesai dan akan diumumkan hasilnya secara online di website Universitas. Aku memutuskan untuk naik bus.
  Halte bus yang akan aku datangi ternyata sangat sepi. Aku baru lihat, kalau disini haltenya sering sepi. Kalau di rumahku kan haltenya sering rame.
  "Fajar..."
  suara itu terdengar familiar di telingaku. Aku membalikkan badan dan mendapati Hendra sedang berlari kearahku dengan nafas yang masuk keluar dengan cepat.
  "Ada apa ?" Tanyaku kepada Hendra yang masih mengatur nafasnya.
  "Pulang bareng yuk ?"
  Ya ampun... anak ini... ku kira ada masalah yang terjadi. Ternyata oh ternyata, dia hanya ingin pulang bareng.
  Akhirnya aku dan Hendra pulang  bersama dengan menaiki bus.

  Dan mungkin itulah yang terjadi bagiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seperti Cerita[TAHAP PENULISAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang